Wow, Baru 14 Tahun Cewek Indonesia Ini Bisa Bikin Film Animasi

Biasanya film animasi digarap oleh orang dewasa, atau remaja yang paling tidak sudah belajar cara pembuatan animasi di sekolah animasi. Namun ada satu gadis di Indonesia yang mampu menggarap film animasi, yang hebatnya dia belajar sendiri untuk membuat animasi dan tidak belajar secara formal.

Logo BIAF 2016 (Kaskus)
Logo BIAF 2016 (Kaskus)

Gadis berusia 14 tahun ini menghadiri acara Baros International Animation Festival alias BIAF yang berlangsung di kota Cimahi. Acara pesta animasi ini berlangsung setiap tahunnya dan didukung oleh Pemkot Cimahi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi animasi di Indonesia.

Dalam acaranya yang berlangsung tanggal 17-20 November 2016 di Cimahi Technopark ini, ternyata ada cerita unik yang berasal dari salah satu pengisi booth pameran, Hizart Studio. Di page Facebook pemilik Hizart Studio, Hiza Ro, ia cerita tentang pengalamannya kedatangan tamu istimewa di boothnya.

Hiza Ro (Aboutme)
Hiza Ro (Aboutme)

Jadi ada seorang remaja SMP dari Bandung bernama Frisca. Ia datang dan mencoba beberapa flipbook yang ada di booth. Sambil membolak balik artbook di booth Hizarts, ternyata Frisca menyimpan talenta tersembunyi! Siapa sangka kalo Frisca yang masih 14 tahun itu ternyata udah “menyutradarai” 5 film pendek animasi 2D?

Sang ayah yang turut menemani Frisca, akhirnya menunjukkan karya-karya yang dibuat Frisca ke Hiza. Dari cerita sang ayah dan Frisca, ternyata Frisca belajar sendiri membuat animasi sejak kelas SD. Lebih hebatnya, ia belajar animasi ini tanpa bimbingan siapapun, bahkan tak pernah ikut kursus atau melihat teknis pembuatan animasi di YouTube. Frisca adalah animator alami, membuat animasi atas dorongan dari keinginan dirinya sendiri.

Lebih hebat lagi, Frisca ternyata membuat film animasi dengan cara tradisional. Dengan menggunakan kertas dan scanner, terus dibantu software standar bawaan Windows, yaitu Paint dan diedit dengan Wondershare Video Editing, tanpa buku atau video tutorial.

Hiza semakin takjub saat ditunjukkan karya film animasi Frisca yang hampir semuanya bermuatan simbolik. Ceritanya sederhana layaknya imajinasi anak-anak, namun maknanya kuat. Bahkan eksekusi sinematografinya juga hampir matang, untuk seseorang yang bahkan tidak mengerti apa itu sinematografi.

Frisca, mengikuti nalurinya untuk membuat film, mengesampingkan keterbatasan usia dan teknik pembuatan yang ia miliki, dan hanya menggunakan imajinasinya.

Hiza Ro dan Frisca (Facebook)
Hiza Ro dan Frisca (Facebook)

Sebelum pulang, sang ayah bertanya ke Hiza, apa bagus jika anaknya bersekolah di SMK jurusan Animasi? Hiza menjawab dengan sedikit “terpaksa” karena merasa ia juga harus belajar lagi, menurutnya, Frisca lebih baik masuk ke sekolah umum saja karena Frisca tidak perlu belajar di bagian teknis lagi. Ia hanya butuh konten, cerita dan asupan/ nutrisi untuk dikembangkan jadi sebuah cerita. Dari pengalaman Hiza mengajar di SMK, workshop hingga PKL, kurikulum SMK masih seputar praktis sebagai pekerja saja. Cukup belikan Frisca novel-novel atau buku cerita, serta meningkatkan kemampuan berbahasa asing/ lokal, menulis/ membaca dan fokus kepada pencarian karakternya.

Di saat anak-anak seusianya masih sibuk kerjakan PR tugas sekolah, main game online ke warnet, atau masih sibuk dengan gadget canggihnya, Frisca seakan berada di level berbeda.

Status Hiza Ro (Facebook)
Status Hiza Ro (Facebook)

Salah satu karya dari Frisca bisa kamu lihat lewat tautan berikut ini, dimana dia mengerjakan video klip animasi dari “Sight of the Sun” milik FUN.

https://www.facebook.com/hizaro/videos/10154727255633664/

Semoga Firsca kelak bisa menjadi animator besar dan mendunia. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Makin Canggih, Diciptakan Robot yang Bisa Mimpi

Bule Australia Ciptakan Lagu ‘Presiden Sukarno’ Jadi Berita