Sulaiman Labai, Sang Robin Hood dari Indonesia

Robin Hood merupakan satu tokoh yang sudah dikenal dunia karena kedermawanannya. Rupanya, kisah serupa juga ada di Indonesia. Salah satunya adalah Robin Hood dari tanah Silungkang, Sumatera Barat, yaitu Sulaiman Labai. Berikut sejarahnya seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

Pada tahun 1912, di bawah kekuasan kolonial Belanda, Silungkang merupakan pusat perdagangan dan pertambangan. Seiring dengan interaksinya dengan dunia luar, gagasan-gagasan radikal masuk juga ke tana Silungkang.

Suasana Silungkang zaman dulu (Wikipedia)

Pada tahun 1915, Sulaiman Labai, seorang saudagar muslim, mendirikan cabang Sarekat Islam di Silungkang. Tiga tahun kemudian, ia mulai mempelopori perlawanan terhadap peraturan-peraturan kolonial yang melarang pengangkutan beras.

Saat itu, sebagian besar rakyat Silungkang sedang dilanda kelaparan. Namun, ironisnya, kereta-kereta pengangkut beras belanda tidak pernah berhenti hilir-mudik melewati Silungkang. Beras-beras itu dikirim untuk pejabat dan administrator Belanda yang berada di tambang Ombilin di Sawahlunto.

Di sinilah aksi â??Robin Hoodâ? itu terjadi. Pada tahun 1918, Sulaiman Labai dan puluhan anggotanya memaksa kepala stasiun untuk menyerahkan dua gerbong beras dari kereta api yang melintas di Silungkang. Beras hasil rampasan itu kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat yang kelaparan.

Suasana Silungkang zaman dulu (Wikipedia)

Sulaiman Labai ditangkap gara-gara aksi tersebut. Namun demikian, kisah kepahlawanannya membuat rakyat sangat bersimpati kepadanya dan Sarekat Islam. Dalam sekejap, banyak orang yang ingin bergabung dengan organisasi bentuk HOS Tjokroaminoto tersebut.

SI cabang Silungkang pun berkembang pesat. Selain memimpin SI, Sulaiman Labai juga memimpin koran kiri bernama Panas. Tetapi, sangat sedikit sumber tentang koran ini dan sepak terjang Sulaiman Labai di dalamnya.

Logo Sarekat Islam (Markijar)

Pada tahun 1924, SI cabang Silungkang diubah menjadi Sarekat Rakyat (SR). Meningkatnya aktivitas kaum radikal dalam perjuangan anti-kolonial mendorong pemerintah Belanda melakukan penangkapan-penangkapan. Pada tahun 1926, Sulaiman Labai ditangkap oleh Belanda.

Sulaiman Labai ditangkap sebelum terjadinya pemberontakan anti-kolonial di Silungkang pada malam Tahun Baru 1927. Pemberontakan rakyat itu dipimpin oleh PKI dan Sarekat Rakyat. Pemberontakan itu menemui kegagalan. Ribuan aktivis, kaum tani, kaum buruh, ulama, dan rakyat biasa ditangkap oleh Belanda.

Sarekat Islam (Wikipedia)

Nasib sulaiman Labai sendiri sudah tidak jelas saat itu. Sebuah artikel yang ditulis oleh Anwar Sirin, “Perang Rakyat Silungkang Sumatera Barat 1927”, menceritakan bahwa pada Maret 1928 Sulaiman Labai dan sejumlah pejuang rakyat Silungkang dipindahkan ke sebuah penjara di Pulau Jawa.

Abdul Muluk Nasution, salah seorang tokoh pemberontakan rakyat Silungkang yang turut dibuang ke pulau Jawa, menulis satu lagi kisah keberanian Sulaiman Labai saat berada di penjara Belanda di Glodok, Jakarta.

Pada tahun 1930, dua tahun setelah Sumpah Pemuda, seorang tokoh PNI Jabar yang juga dipenjara di Glodok, Tussin, memberitahu Sulaiman Labai dan kawan-kawan perihal Sumpah Pemuda itu. Tidak hanya itu, Tussin juga mengajari Sulaiman Labai dan kawan-kawa menghafal dan menyanyikan lagu â??Indonesia Rayaâ?.

Pada pukul 8 malam, 28 Oktober 1930, di bawah pimpinan Sulaiman Labai, tokoh pemberontak Silungkang, Sumpah Pemuda dibacakan. Lagu “Indonesia Raya” pun mereka gemakan serentak di setiap sel penjara Glodok, tanpa mempedulikan risiko dicambuk atau diasingkan di sel gelap dengan tangan dan kaki terantai.

Suasana Silungkang zaman dulu (Wikipedia)

Pada tahun 1937, ketika Abdul Muluk dibebaskan dari penjara, Sulaiman Labai yang sudah berumur 60-an tahun masih harus menjalani penjara 15 tahun lagi.

Pada tahun 1942, ketika Jepang menguasai Indonesia, Sulaiman Labai tetap berada di dalam penjara. Ia menolak dibebaskan oleh Jepang. Sebab, baginya, Jepang dan Belanda sama saja, merampas kemerdekaan rakyat Indonesia.

Sulaiman Labai, pejuang rakyat Silungkan yang tak kenal surut, akhirnya meninggal di dalam penjara pada tanggal 15 Agustus 1945, dua hari menjelang Bung Karno dan Bung Hatta membacakan kemerdekaan negeri yang diperjuangkannya.

Sayangnya, meskipun telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia, foto ataupun lukisan wajah dari Sulaiman Labai tak pernah terlihat. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Terungkap, Ternyata Pencipta Merek Fender Tak Bisa Main Gitar

Rahasia di Balik Kesuksesan Film Hangout Raditya Dika