Mengenal Noise, Genre Musik ‘Bising’ yang Mulai Merambah Indonesia

Mungkin sebagian besar dari kita masih cukup asing dengan musik noise. Musik noise tidak seperti genre lain yang memiliki pola nada tertentu sehingga membuatnya menjadi unik. Musik noise dapat dikenali dengan mudah lantaran komposisinya yang kerap tak beraturan, dan sudah pasti, bising. Bahkan untuk bisa menjadi musisi musik noise tak dibutuhkan keahlian bermain alat musik, karena tanpa adanya lantunan alat musik apapun, musik noise masih bisa dibuat. Hal ini dikarenakan musik noise bisa diambil dari mana saja, seperti misalnya suara gergaji, atau suara angin.

Meski demikian, musik noise ini masih memiliki pendengar setia. Menurut buku berjudul “Not Your World Music, Noise In South East Asia: Art, Politics, Identity, Gender, and Global Capitalism”, awal mula sejarah musik noise modern seringkali merujuk pada kiprah artis avant-garde asal Italia, Luigi Russolo. Ia disebut-sebut sebagai artis noise pertama. Manifestonya yang berjudul “Lâ??arte del rumori” (The Art of Noise) yang terbit pada 1913, menjelaskan bahwa revolusi industri memberikan peluang kepada manusia untuk mengapresiasi bebunyian yang kian kompleks. Suara-suara mesin dianggap menawarkan cara lain menuju dunia baru dan meninggalkan era tradisi kegelapan.

Luigi Russolo (Architect of Sound)

Namun noise tidak harus merujuk pada apa yang didefinisikan Russolo. Noise, yang dalam bahasa Indonesia memiliki cukup banyak padanan (bising, pekak, hiruk pikuk, berisik, gaduh), bisa juga berwujud suara-suara yang kerap hadir dalam keseharian kita. Gemersik air, suara burung, derap langkah, hembusan angin, dan lain sebagainya, bisa dimaknai sebagai noise. â??Noise adalah bagian dari kehidupan. Ia ada di manapun dan kapanpun,â? kata Rully Shabara, salah seorang musisi eksperimental Yogyakarta.

Musisi avant-garde fenomenal, John Cage, bahkan menyebut karya sunyinya yang berjudul “4â??33” sebagai musik lantaran lagu tanpa suara sama sekali itu disokong oleh noise yang ada di sekitarnya. Ia menyebut suara derap langkah, gesekan kaki kursi yang didudukinya, dan bisikan penonton sebagai bagian dari komposisi lagu yang hanya disajikan secara langsung tersebut.

John Cage (BBC)

Di Indonesia sendiri jenis musik ini sudah mulai diusung beberapa grup, seperti misalnya trio Sarana, yang berisikan 3 cewek. Sarana merupakan trio noise asal Samarinda yang sedang naik daun saat ini. Beranggotakan Annisa, Istanara, dan Sabrina, ketiga cewek kece ini berhasil menarik perhatian lewat karya mereka yang anti mainstream.

Terbentuk sejak 14 Mei 2015, Sarana punya alasan tersendiri di balik pilihan mereka mengusung musik noise. â??First, kami bertiga suka musik, namun enggak jago memainkan instrumen seperti yang biasanya orang awam gunakan. Terus, kalau di noise, bisa lebih bebas berekspresi dan enggak terkungkung dengan pakem musik yang selama ini ada,â? jelas Annisa seperti dikutip dari Prokalco, Selasa (24/1/2017).

Sarana (Prokal)

Sarana sendiri berhasil mendobrak pakem dengan menjadi female noise group pertama di Asia Tenggara. â??Awalnya sebagian besar orang yang enggak percaya kenapa cewek main noise. Kita juga banyak mendapat komentar negatif yang isinya keraguan. Bahkan ada yang menganggap kami cuma pengin eksis dan terkenal karena gender. Tapi enggak sedikit juga yang men-support Sarana. Bahkan musisi-musisi di daerah Jawa ikut bantu mem-publish dan memperkenalkan kami dengan pelaku noise lain dari dalam dan luar negeri. Rasanya bangga banget,â? kata Istanara semangat.

Sarana juga berhasil membuktikan, jika eksistensi mereka di kancah musik noise tak main-main. Rilisan EP dan collab atau split dengan noise maker lainnya menjadi bukti bahwa Sarana benar-benar serius mengerjakan musik mereka. EP berjudul “Heal” yang ditelurkan mendapat sambutan hangat dari penikmat noise music. Bahkan mereka telah melakukan kolaborasi dengan beberapa noise act asal luar negeri. Seperti Electromagnetic Compilation rilisan Musica Dispersa dari Inggris pada 2015, Noisenesia vs World dari Inggris pada 2016, Split with Ankbktnoisecape dari Malaysia pada 2016, ??????? (Life in a Dark World: Volume 1) Italia pada 2016, dan Indo x USA Noise Compilation yang akan rilis 2017 ini.

Grup noise yang pernah terpilih sebagai March’s Best Noise dan Village Voice dari Amerika Serikat tahun lalu ini berharap jika geliat musik noise semakin meningkat. â??Indonesia itu potensial banget di skema musik noise. Setiap ada festival noise, banyak banget musisi dari luar dan dalam negeri datang. Di Samarinda sendiri, perkembangan musik noise mulai menujukkan progresifitasnya. Meski masih sedikit yang bermain, tapi terlihat banget jika ada peningkatan,â? terang Annisa. Ke depannya, Sabrina ingin agar musik noise bisa mendapat apresiasi dari seluruh kalangan, tak cuma dari penikmat musik keras saja.

(tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Kisah Inspiratif 5 Polisi Hebat di Indonesia

Keren, Komik Buatan Indonesia Ini Ajarkan Cara Berbahasa yang Baik