Unik, Ada Garam Berbentuk Pramida di Bali

Garam saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang pasti dapat ditemui di setiap dapur rumah. Selain sangat dibutuhkan oleh tubuh, garam juga menjadi campuran yang hampir pasti terdapat pada masakan. Oleh karena itu, kebutuhan produksi garam dianggap cukup penting.

Namun permasalahan muncul ketika ternyata harga garam di pasaran sangat rendah sehingga para petani garam terus menerus merugi. Uniknya, di Bali para petani garam tradisional ternyata bisa bertahan dan mendapatkan keuntungan cukup tinggi. Bagaimana bisa?

Ternyata, garam yang diproduksi oleh para perani garam di Bali, khususnya di Tejakula kabupaten Buleleng memiliki proses yang berbeda dari yang lain. Salah satu prosesnya adalah menggunakan tanah dan bukan pasir sebagai campuran air laut. Dilansir dari Goodnewsfromindonesiaid, Kamis (3/8/2017), teknik yang digunakan di Buleleng dipercaya merupakan cara-cara yang tradisional dan telah dilakukan sejak ratusan tahun. Teknik ini dinamai dengan nama Teknik Palungan. Diberi nama palungan sebab garamnya di panen dari batang kelapa yang dibelah (palungan).

Garam Tejakula (Garamlautbali)

Pengembangan dari teknik palungan tersebut saat ini dikembangkan menjadi pembuatan garam berbentuk menyerupai piramida. Pembentukan garam menjadi piramida ini memanfaatkan teknologi rumah kaca sebagai bangunan pengeringan. Bentuknya yang unik menjadikan garam palungan ini diminati oleh wisatawan maupun konsumen mancanegara.

Selain dipercaya mengandung banyak mineral, rasanya juga dianggap tidak masam. Berkat inovasi tersebut nilai garam yang awalnya hanya berharga ribuan rupiah per kilogram menjadi puluhan ribu bahkan ratusan ribu per kilogramnya.

Teknik tradisional tersebut saat ini sedang dalam proses menjadi Agricultural World Heritage atau warisan tak benda dunia yang berbasis pangan di organisasi pangan dunia FAO. Kalangan petani garam dengan teknik palungan tersebut juga sempat mendapatkan penghargaan Adi Bhakti Minabahari dari Kementrian Kelautan dan Pariwisata, Desember tahun 2015 lalu. Penghargaan tersebut diberikan berkat daya upaya para petani dalam memanfaatkan teknologi tepat guna untuk produktivitas kegiatan ekonomi, pengembangan usaha yang terkait dengan kelautan. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Video Prajurit TNI Nyanyi Despacito Berlirik Nasionalis Jadi Berita

Mengunjungi Deretan Surga Dunia di Indonesia, Mana Favorit Kamu?