Perias Jenazah:Sebuah Profesi Tanpa Henti

Setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam menjalankan hidup ini, begitu juga bagaimana mereka memperoleh penghasilan, karena setiap orang sudah ditetapkan rejeki mereka dan kita sebagai manusia hanya berusaha untuk mendapatkan rejeki yang baik dengan cara yang baik. Hampir semua orang berjuang untuk bisa bekerja ditempat yang dianggap layak, dengan gaji besar, maka tidak heran mereka berbondong-bondong mencari pekerjaan digedung-gedung bertingkat, yup..karena bekerja tidak hanya mengenai dimana, berapa, tapi juga apa, bekerja adalah sebuah Gengsi. Tapi bagaimana dengan pekerjaan yang tidak dianggap bergengsi oleh sebagian masyarakat? Seperti Perias ?ya..walaupun banyak juga yang menjalani profesi ini justru dibilang sukses.

Menjalani profesi sebagai piñata rias memang bukan hal yang aneh, banyak orang-orang yang membuka jasa rias, seperti rias pengantin, rias untuk disalon, bahkan rias artis. Namun anda pernah membayangkan merias mayat? Aduhhh gak kebayang ya..bagiamana seremnya merias mayat, tapi bagi sebagian orang ini justru penghasilan mereka.

Tugas perias mayat adalah mempersiapkan mayat sehingga terlihat cantik dan ganteng. Mayat sebelumnya dimandikan atau dibersikan kemudian diberi pengawet formalin agar mayat tidak cepat busuk dan kulit tidak kisut, selanjutnya dipakaikan gaun untuk wanita dan jas untuk pria, dimana gaun dan jas disiapkan oleh keluarga, biasanya yang dipakaikan adalah gaun atau jas kesayangan mayat selama hidup, kemudian wajah mayat dirias supaya tidak terlihat pucat. Mulai dari pemberian alas bedak (foundation), bedak, memperindah alis, hingga lipstick, dan semua itu membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Agar wajah tidak tampak pucat, terlebih dahulu dibaluri ramuan dempul seprti lilin buatan Switzerland, bahkan bisa disamarkan dengan warna kulit

Merias jenazah bukanlah perkara mudah, apalagi bila kondisi mayat sudah tidak utuh lagi atau bisa dibilang rusak, yang biasanya mayat korban kecelakaan. Untuk mayat korban kecelakaan dibutuhkan kerja ekstra untuk menyambung bagian tubuh mereka. Cerita-cerita seram diseputar pekerjaan mereka sudah tidak terhitung lagi, seperti kisah yang dialami Munawar, salah seorang perias jenazah. Menceritakan bahwa dia pernah menyambung kepala dengan badan mayat yang akan dia rias. Dengan perasaan ngeri bercampur jijik yang menjadi satu, dia pelan-pelan berusaha menyambung kepala kliennya, coba bayangkan disambung dengan apa? Hanya dengan plester, ya walaupun tetap terlihat retak-retak, namun dia mengakalinya dengan memakaikan syal agar leher yang tersambung tidak terlihat oleh pelayat.

Lain kisah diceritakan oleh Agus, dia justru beberapa kali didatangi lewat mimpi oleh orang-orang yang sudah dia rias. Bahkan temannya malah diganggu dengan menepuk-nepuk bagian belakang, menarik-narik bajunya, bahkan meniup telinganya, ya..kalau sudah begitu sih biasanya dia hanya mengucap istighfar.

Tiap-tiap kepercayaan biasanya mempunyai cara berbeda dalam merawat jenazah, misalnya orang Tionghoa dan penganut Khonghucu, biasanya jenazah diberi baju berlapis, jumlahnya harus ganjil, dan biasanya jumlahnya 11 lapis. Begitu juga pola make up, untuk wanita berusia diatas 50 tahun, makeup tidak boleh mencolok, dan dipilih warna-warna natural, bila usianya lebih dari 80 tahun dan sudah punya cicit, harus menggunakan baju merah.

Menjalani profesi sebagai perias jenazah dibutuhkan mental dan keberanian yang tinggi, dan mungkin ini adalah syarat utama sebagai seorang perias jenazah. Namun pekerjaan ini masih dibilang sepi peminat, apakah karena banyak orang yang takut berurusan dengan mayat atau karena pekerjaan ini tidak dianggap punya gengsi? hmm..bisa jadi. Namun jangan salah ternyata menjalani profesi ini cukup menghasilkan banyak uang, untuk perias jenazah di Tempat Duka Atmajaya Jakarta, mereka digaji 1,5 – 2 juta perbulan, belum termasuk tip minimal 100 ribu, dan untuk 1 perias biasanya mengurusi 5-10 mayat perbulan. Jadi siapa bilang profesi ini tidak menguntungkan? yang pasti profesi Perias Jenazah adalah sebuah profesi tanpa henti, ya..tentu saja karena lahir dan meninggal adalah siklus kehidupan, tanpa tergerus oleh perkembangan jaman dan waktu.

Written by Ardy Messi

Work in PR agency, Strategic Planner wannabe, a bikers, a cyclist, music and movie freak, Barca fans.

Bank Sampah: Tempat Dimana Sampah Bisa Jadi Untung

Kuliner Bebek Kian Diminati