Inspirasi Membatik dari Wabah Ulat Bulu

Wabah ulat bulu yang belakangan ini melanda Probolinggo dan beberapa daerah lain di Jawa Timur benar-benar meresahkan penduduk. Penyebarannya yang pesat bahkan hingga sampai keluar kota dan pulau, membuat masyarakat merasa amat terganggu. Tidak hanya itu, penduduk yang berada di luar jangkauan ulat bulu pun merasa was-was kalau-kalau wabah ini sampai ke daerah mereka. Ya, memang wabah ulat bulu sangatlah mengganggu. Bisa dibilang sama sekali tidak ada untungnya karena menjijikkan, mengganggu kenyamanan, bahkan membuat para petani merugi dan rumah-rumah pun jadi sulit untuk ditinggali secara layak.

Namun memang benar adanya bahwa dibalik kenegatifan selalu ada hal positif yang bisa diambil. Hal tersebut dibuktikan dengan timbulnya motif batik baru di Celaket-Klojen, Malang, yaitu motif ulat bulu. Kreativitas tersebut bermula dari ide seorang pengusaha sekaligus pengrajin batik bernama Hanan Abdul Jalil. Melihat ekosistem di daerah Jawa Timur yang telah cacat, membawa inspirasi bagi Hanan untuk mengangkat ulat bulu sebagai motif terbaru batiknya. Desainnya pun terbukti bagus dan mampu menarik perhatian masyarakat.

Gambar ulat-ulat bulu digambar diatas sehelai daun lengkap dengan tambahan telur- telur ulat. Diatas ulat bulu tersebut ditambahkan gambar dua ekor burung dan kupu-kupu. Hanan menjelaskan, burung yang ditambahkan di kain tersebut memang sengaja berjumlah dua, hal itu untuk menggambarkan sedikitnya makhluk predator yang seharusnya menjadi pemangsa ulat bulu. Ini juga lah yang menjadi sebab ulat bulu merajalela tanpa ada yang menahan laju perkembangbiakannya. Di tengah  batik tersebut terdapat pula tugu Malang yang menjadi lambang batik khas Malang.

Ada banyak penduduk lokal maupun wisatawan yang tertarik dengan batik hasil kreasi Hanan beserta 10 pengrajinnya. Namun sayangnya batik ulat bulu ini diproduksi bukan untuk dijual. Meski Hanan mengatakan bahwa seandainya batik tersebut dijual maka bandrol harganya adalah sekitar Rp 300 ribu-an, tapi Hanan berniat menghadiahkan batiknya kepada Dinas Pertanian Pembuatan batik ini memang memiliki tujuan untuk menyadarkan para petinggi daerah di Jawa Timur untuk lebih mawas terhadap rusaknya ekosistem di daerah mereka dan mau mengambil tindakan agar rantai makanan tetap terjaga.Itu adalah bentuk protes yang  diharapkan dapat menyadarkan Dinas Pertanian. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan yang sembrono dan kurangnya perhatian Dinas Pertanian terhadap lingkungan menyebabkan rantai makanan terganggu, hewan pemangsa hama menjadi berkurang, burung jarang dijumpai, dan pada akibatnya adalah wabah ulat bulu yang belakangan ini banyak merugikan warga.

Tapi tidak menutup kemungkinan apabila setelah batik-batik tersebut selesai Hanan akan tetap memproduksinya untuk kebutuhan komersial. Karena jika dilihat begitu banyaknya peminat yang telah menawar batik ciptaannya, bisa dibilang batik tersebut memang memiliki potensi jual yang tinggi. Dengan 10 tenaga pengrajin, Hanan mampu memproduksi sekitar 5 sampai 6 potong batik dalam bentuk kemeja jadi.

Teknik pembatikan yang dilakukan adalah batik tulis. Perpaduan warnanya yang indah dan motif yang cantik sama sekali menjauhkan kita dari kesan jijik seperti ulat bulu yang sesungguhnya. Meskipun batik ini ditujukan kepada petinggi yang berwenang di kota Malang, namun sebaiknya kita sebagai warga negara pun mau memiliki kesadaran diri yang tinggi akan pentingnya menjaga lingkungan sekaligus keseimbangan ekosistem. Karena sudah jelas bahwa wabah dan bencana yang akhir-akhir ini terjadi adalah akibat yang kita petik dari kekejaman kita terhadap lingkungan. Wabah ulat bulu ini hanya salah satu contoh, dan jangan sampai wabah ini menyebar lebih jauh dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Written by Ardy Messi

Work in PR agency, Strategic Planner wannabe, a bikers, a cyclist, music and movie freak, Barca fans.

Peralatan Modern yang Bakal Punah

Si Kambing Penemu Biji Kopi