Janah
Rian, teman semasa kecil yang tidak Aku sangka akan meninggalkan dunia ini karena Aku. Ceritanya sangat panjang, singkatnya kami sama-sama besar di kota Tomohon. Namun orangtuaku pindah ke kota Manado dalam beberapa tahun. Setelah lulus SMP, aku (Nina) beserta keluarga pindah lagi ke Tomohon.
Kala itu, aku bertemu lagi dengan Rian. Rasa senang karena bertemu teman lama tentu ada. Setelah menjalani hari-hari seperti biasanya, beredar kabar dia menyukai diriku. Entah benar atau tidak. aku pun tidak begitu memperdulikannya. Sangat lama, hingga aku memiliki rasa juga terhadapnya. Sangat lama memang, karena saat itu aku sudah duduk di kelas 2 SMK dan dia sudah bekerja.
Kami sering ketemu dan kadang ada rencana untuk kencan. Tapi cukup aneh karena saat itu kami belum resmi berpacaran. Rian juga kenal dengan keluargaku. Sekedar tahu, banyak hal yang diam-diam dia lakukan dibelakangku. Tapi salah satunya nanti akan diketahui setelah kematiannya. Sebelumnya aku dan dia belum pernah pacaran sama sekali. Itu karena kami sama-sama pemalu.
Jadi wajar jika kenal beberapa tahun baru berani untuk melakukan PDKT. Singkat cerita, dia ingin mengajakku kencan. Dia ingin mengatakan sesuatu yang katanya sangat penting. Tentang isi hati Rian yang sudah lama terpendam katanya. Waktu dan tempat pun sudah ditentukan. Saat itu aku menunggu dirinya. Aku tunggu lama akhirnya tidak datang juga.
Menyerah dan merasa dikecewakan. Tapi pagi harinya aku dapat kabar Rian mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat. Dia tabrakan dengan truk saat akan datang menemuiku. Bagai disambar petir mendengar kabar tersebut, lebih mengagetkan lagi dalam dompetnya ditemukan foto diriku yang sudah lama diminta melalui kakakku.
Di tas yang dia bawa juga ada coklat kesukaanku, dia bawakan itu untuk diriku. Aku sempat trauma dengan kejadian itu. Sampai sekarang Rian tidak pernah bisa dilupakan. Itu fakta meskipun sudah ada beberapa pria yang hadir dalam hidupku. Selamat jalan Rian, Semoga kamu tenang disana. Aku mencintaimu. (nha)
