STORY: Cinta Tak Direstui, Pria Ini Bunuh Kekasihnya

Apabila seseorang ingin menikah, tentu saja harus mendapatkan restu dari orangtua masing-masing. Itu dimaksudkan agar kehidupan mereka setelah menikah bisa langgeng hingga kakek nenek. Kisah nyata ini terjadi saat dirinya ingin meminta izin untuk mempersunting kekasihnya.

Pria bernama Tugiris ini sampai bekerja keras demi menikah dengan sang pujaan hati. “Pada saat itu, saya betul-betul cinta sampai mati sehingga tiada hari tanpa bertemu dengan dia. Istilahnya dunia itu milik berdua. Memang betul saya menjalani peristiwa itu.” kata Tugiris, seperti dilansir Jawaban.com, Rabu (17/9/2014)

Suatu hari, Tugiris berniat memperkenalkan diri kepada orangtua Ani. Ayah Ani adalah seorang mantan tentara. “Saya tidak menyangka kalau orangtua Ani itu akan melarang saya berhubungan dengan Ani,” ujarnya.

Bukan disetujui, Tugiris malah diancam oleh ayah Ani agar tidak mendekati putrinya lantaran Ani sudah ada yang melamar. “Jadi karena saya sudah ditolak sama orangtua Ani, saya tidak lagi semangat kerja. Dari situ saya penasaran. Benarkah Ani ini sudah dilamar orang. Jadi setiap hari saya tungguin dia (Ani) keluar dari gang (hanya untuk melihatnya),” papar Tugiris.

Mendengar perkataan Ayah Ani, Tugiris pun emosi dan menceritakan kejadian ini kepada sahabatnya. Sang teman menyarankan Tugiris untuk menghabisi sang ayah dengan celurit. “Sebenarnya di dalam hati saya ada keraguan. Tapi karena ada ancaman dari orangtua Ani, maka saya jadi semakin bertekad bulat.” imbuhnya

Pada hari yang sudah ditentukan, Tugiris membawa celurit di dalam sebuah map. Dia lalu datang ke rumahnya. Karena gelap mata, Tugiris pun nekat melakukan niat jahatnya. Setelah itu, Tugiris langsung lari ke sebuah gedung, dia meminta satpam yang ada di sana untuk menelepon polisi dan dia pun menunggu di atap gedung.

“Celurit yang ada darahnya itu, saya lapkan ke celana saya. Setengah jam kemudian, saya menyerahkan diri kepada polisi dan polisi menangkap saya. Saya dibawa ke kantor polisi, lalu saya diproses.” pungkasnya.

Rupanya, Tugiris telah membunuh Ani, bukan calon mertuanya. Dia bertekad tidak ada orang lain yang boleh memiliki Ani.

“Pada saat itu saya sadar, saya telah membunuh seseorang. Apalagi seseorang yang terbunuh adalah orang yang pernah dekat dengan saya. Setelah dikurung 12 tahun, kondisi di dalam penjara itu sungguh menakutkan. Membuat saya jadi stress, sehingga saya merasa tidak ada harapan lagi masa depan saya. Karena 12 tahun di penjara itu menurut saya lama sekali.” sesal Tugiris

Menyesali semua perbuatan jahatnya, Tugiris pun minta ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Saya minta ampun, kalau memang di penjara inilah akhir hidup saya.” katanya

“Ternyata Tuhan mendengarkan dan memberikan kesempatan kepada saya. Saya dipulihkan dari sakit itu. Selama di dalam penjara, saya terus merenungi dan menyesali atas segala perbuatan saya. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban, khususnya kepada orangtua Ani. Selama 6 tahun dalam penjara, itu cukup untuk membentuk hidup saya. Baik secara rohani maupun dalam kehidupan saya, sehingga saya tahu mana yang salah, mana yang benar.” lanjutnya

Pasca dipenjara selama 7 tahun, akhirnya Tugiris bebas dari jeruji besi. Ia pun begitu senang karena masih diterima di dalam keluarga. Saat ini, ia sudah hidup di jalan yang benar.

“Saya mengerti sekarang, kalau saya dulu pernah luka batin, sakit hati, tapi saya tidak mencari obatnya kepada Tuhan. Malah saya mencari obatnya dengan akal saya sendiri. Saya bercerita kepada orang, maka akhirnya saya jadinya salah dan saya jadi pembunuh. Kalau andaikata dulu saya mencari obatnya kepada Tuhan, saya tidak akan ada dalam penjara.” ungkapnya

“Kalau nanti saya nanti menderita sakit hati dan luka batin, saya tidak mau melakukan tindakan bodoh lagi. Saya hanya akan berserah kepada Tuhan, karena dengan penyerahan kepada Tuhan saya mendapatkan kedamaian dan ketenangan.” tutup Tugiris. (nha)

 

Written by Janah

Simple Girl

Kuro Diamond, Burger Hitam khas Jepang

Mamacita Antarkan Suju ke Puncak Chart Musik Asia