STORY: Karya Unik dari Penderita Cerebral Palsy

Paul Smith lahir pada tahun 1921, ketika orang-orang dengan cerebral palsy menerima sedikit dukungan dan perhatian dari masyarakat. Dia adalah seorang seniman jenius yang menciptakan semua karyanya dengan menggunakan mesin ketik.

Cerebral palsy (CP) sendiri merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak. Kondisi ini bertahan seumur hidup, tetapi umumnya tidak akan memburuk dari waktu ke waktu. Kondisi ini dipicu oleh kerusakan pada otak yang sedang berkembang, baik selama kehamilan atau pun segera setelah kelahiran.

Dilansir dari Oddity Central, Kamis (30/10/2014), semasa kecil, Paul tidak memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah umum. Dia bahkan tidak diajari untuk membaca atau menulis. Ketika Paul lahir pada 21 September 1921 di Philadelphia, dokter tidak percaya bahwa dia akan hidup lama.

Namun, dia berhasil mematahkan anggapan itu dan hidup sampai usia 85 tahun. Umur tersebut jauh lebih lama dari umur rata-rata untuk seorang pria dewasa. Meskipun kondisinya membuatnya sulit untuk memegang pena atau pensil, makan, berpakaian, atau bahkan mengutarakan pikirannya, dia tetap tekun belajar. Dia bahkan membutuhkan waktu 16 tahun untuk belajar berbicara dan 32 tahun untuk belajar berjalan.

Sebagian besar kreasi Paul menampilkan simbol harapan, termasuk cahaya mercusuar, semburan sinar matahari, dan petunjuk dari surga. Karena di awal kehidupannya Paul tinggal di dekat rel kereta api, banyak dari karyanya menampilkan kereta api.

Kemudian, Paul mulai berteman dengan tupai, yang juga digambarkannya dalam banyak karyanya. Meski pria ini telah tutup usia pada tanggal 25 Juni 2007 silam, namanya tetap dikenang sampai sekarang. Dunia bahkan menjulukinya Typewriter Artist atau Seniman Mesin Ketik.

Kegigihan dan prestasi Paul telah membuatnya menjadi sumber inspirasi bagi semua orang, dan kemampuannya dalam melukis dengan mesin ketik menjadi sesuatu yang mungkin tidak dikuasai oleh orang lain.

Kalau Paul yang memiliki banyak keterbatasan itu bisa menjadi inspirasi bagi semua orang, kenapa kita yang sempurna ini tidak bisa mengikuti jejaknya? Bukankah kita tidak membutuhkan waktu belasan tahun untuk belajar berbicara dan puluhan tahun untuk belajar berjalan? Kita yang masih diberikan kesehatan serta bagian tubuh yang lengkap ini juga jangan mau kalah dengan Paul. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Pelawak Indonesia yang Pernah Terseret Kasus Narkoba

Gemerlapnya Diwali, Festival Lampu di India