Delphine Boel: Putri Raja Belgia yang Terbuang

Adalah hal yang wajar apabila di dalam kerajaan terdapat masalah internal yang kemudian menjadi konsumsi publik. Dan persoalan yang hampir selalu diciptakan keluarga kerajaan adalah tentang perselingkuhan dan hubungan cinta terlarang yang terkait dengan perbedaan strata.

Hal ini lazim terjadi mengingat terbatasnya ruang pergaulan para anggota kerajaan. Tak jarang itu menjadikan perselingkuhan sebagai masalah utama para anggota kerajaan, dan dari situ muncul jugalah anak-anak hasil hubungan diluar nikah.

Hal inilah yang dialami oleh seorang seniman terkenal di Belgia, Delphine Boel. Statusnya sebagai anak di luar nikah dari hasil perselingkuhan Raja Albert II dan Sybille de Selys Longchamps telah menggegerkan seluruh warga Belgia sekaligus seisi Keluarga Kerajaan Belgia. Berita ini terungkap setelah seorang penulis Belanda bernama Mario Danneels menerbitkan buku biografi Ratu Belgia bertajuk Paola from La Dolce Vita to Queen.

Di dalam buku itu dijelaskan secara terbuka bahwa Delphine lahir diluar pernikahan sah sang raja. Namun ketika berita tersebut tersebar, Delphine yang bergelut di bidang seni patung bubur kertas itu menutup mulut dan tak ingin menanggapi apapun tanggapan media terhadapnya.

Wanita bernama lengkap Delphine Michelle Anne Marie Boel ini sebelumnya memang dikenal sebagai salah satu seniman terkemuka di Belgia. Karya-karyanya yang menarik dan imajinatif dalam seni patung membuat namanya melambung dan karya-karyanya diakui sebagai masterpiece. Wanita kelahiran 22 Februari 1968 itu selama ini hidup dengan bahagia bersama ibu dan ayah tirinya, Jacques Boel, hingga kemudian kehidupan dan karirnya terusik sejak terbitnya buku Ratu Paola tersebut.

Ia sendiri baru mengetahui dirinya putri dari sang Raja ketika umurnya 18 tahun. Ketika delphine masih berusia sekitar 9 tahun, hubungan sang ibu dengan Raja Albert II tetap terjalin dengan baik meskipun harus bersembunyi di belakang Ratu Paola. Bahkan Raja Albert II pernah berniat menceraikan Ratu Paola dan menikah dengan ibunda Delphine.

Namun ibunda Delphine menolak karena saat itu Raja Albert II masih menjadi Putra Mahkota dan takut hubungan mereka menjadi dampak negatif. Akhirnya mereka hanya melanjutkan hubungan dari telepon dan menjaga keakraban satu sama lain.

Namun sang Raja tak pernah lagi menghubungi Delphine dan ibunya sejak Delphine menginjak usia 16 tahun. Bahkan ketika Delphine menelepon sang Raja dan berusaha meminta tolong atas perlakuan seorang jurnalis yang tak menyenangkan terhadap ibunya, sang ayah kandung malah menjawabnya dengan kasar dan meminta Delphine untuk tak menghubunginya lagi karena ia bukan putrinya lagi.

Hal tersebut cukup untuk membuat wanita berkulit pucat ini untuk melupakan sang ayah kandung dan tak berniat untuk mengakui sang Raja juga sebagai ayahnya. Apalagi saat ini Delphine mengaku sangat bahagia memiliki ayah seperti ayah tirinya. Baginya Jacques adalah kepala keluarga yang hangat dan bertanggung jawab. Apalagi dengan jasa kedua orangtuanya itu, Delphine berhasil menjadi anak yang tumbuh dengan cerdas, kuat, dan memiliki prestasi yang tinggi di karirnya sekarang.

Meskipun tak mengindahkan tanggapan yang tersebar di media massa tentang dirinya, namun Delphine sempat merasa emosi atas pidato yang diucapkan Raja Albert II setelah berita tersebut keluar, yang mengatakan bahwa ia telah mengatasi masa tersulit perkawinannya berkat cinta sang Ratu. Istri dari James Oâ??Hare itu mengungkapkan kemarahannya ke dalam karya seni yang berani yang mengambil tema kerajaan, Belgia, dan sosok lelaki yang digambarkan dalam bentuk alat vital. Ia merasa bahwa ayah kandungnya telah keterlaluan karena masih tidak mengakui kesalahannya dan tidak mengakui anak kandungnya juga.

Berikutnya ia juga menumpahkan segala kisah kehidupannya kedalam sebuah buku yang ditulisnya yang berjudul â??In Cutting The Umbilical Cordâ??. Buku ini berisi tentang penolakan-penolakan yang pernah ia dan ibunya terima dan segala kisah pahit mereka yang berkaitan dengan Kerajaan Belgia.

Delphine mengatakan sudah tidak peduli lagi terhadap ayah kandungnya dan ia tidak akan mengharapkan pengakuan apapun lagi tentang hubungan darah ini. Ia selamanya akan hidup sebagai seorang Delphine Boel dan memiliki ayah bernama Jacques Boel. Meskipun begitu, Delphine mengaku bahwa ia tidak bisa membenci Raja Albert II karena biar bagaimanapun darahnya mengalir didalam dirinya.

Sekarang kehidupan Delphine terasa lebih melegakan setelah seluruh kisah hidupnya dituangkan dalam buku tersebut. Dan dengan lahirnya anak keduanya beberapa minggu setelah peluncuran bukunya, Delphine dan keluarganya memilih untuk menetap di Brussel dan tetap aktif dalam berbagai kegiatan dan pameran seni.

Sumber: Kartini No. 2219

Written by Ardy Messi

Work in PR agency, Strategic Planner wannabe, a bikers, a cyclist, music and movie freak, Barca fans.

Sadari Resiko Kehamilan Dini pada Wanita

Comic Sans, Font yang Dibenci