Hutomo Dwi
Jika Anda masih jomblo hingga hari ini, sementara orang lain di sekitar Anda pacaran atau sudah menikah, maka bisa jadi sumbernya adalah di DNA Anda. Saat ini, para ilmuwan di Beijing telah mengidentifikasi adanya “singleton gene”. Mereka menemukan bahwa 20 persen orang yang memilikinya lebih cenderung menjadi jomblo daripada yang lain.
Kesimpulan tersebut didapat para ilmuwan dari Univeristas Peking di Beijing telah menguji sampel rambut dari 600 mahasiswa di sana. Mereka menganalisis gen yang disebut 5-HTA1, yang mana memiliki dua versi yang berbeda.
Orang-orang yang terlahir dengan gen versi “G” lebih cenderung menjadi jomblo dibandingkan yang terlahir dengan versi “C”. Gen versi “G” kekurangan Serotonin, yaitu zat di otak yang berhubungan dengan suasana hati dan kebahagiaan. Orang-orang dengan gen versi “G” juga lebih sulit untuk dekat dengan orang lain.
Selain itu, mereka dengan gen versi “G” lebih cenderung neurotik dan gampang menderita depresi. Dilansir dari jurnal Scientific Reports, Jumat (21/11/2014), para ilmuwan mengatakan bahwa ketika orang-orang dengan gen versi “G” mengalami gangguan psikologis, maka hal itu dapat menurunkan peluang kencan dan menyebabkan gagalnya hubungan percintaan.
Seorang pakar hubungan, Dr Pam Spurr, mengatakan bahwa kita tidak harus membiarkan gen kita mengatur hidup kita. “Aku tahu bahwa warisan genetik kita menentukan beberapa perilaku kita, tapi kita selalu punya pilihan,” ujarnya.
Salah seorang ahli gen dari King College London, Profesor Tim Spector, bahkan mempertanyakan seberapa kuat kebenaran penelitian ini. Gen bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan hal tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari kembar identik. Mereka biasanya tertarik dengan tipe orang yang sama pada awalnya, namun akhirnya menikah dengan pasangan yang sangat berbeda. Jadi, gen tidak selalu menjadi jaminan berhasil atau tidaknya seseorang dalam sebuah hubungan. (tom)
