STORY: Blake Ross, Sang Pencipta Browser Firefox

Internet di zamanseperti sekarang ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Karena itu, sekarang sudah banyak orang yang menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Menggunakan internet, tentunya sudah tidak asing dengan browser atau peramban Firefox. Aplikasi yang berlambang rubah api itu kian populer digunakan para pecinta dunia maya. Bagaimana peramban itu bisa tercipta?

Pemuda asal Miami, Amerika Serikat bernama Blake Ross merupakan orang di balik kesuksesan Firefox. Usianya terbilang muda saat menciptakan aplikasi tersebut, yakni 19 tahun. Blake Ross bersama teman-temannya merancang Firefox dengan sedemikian rupa hingga memudahkan penggunanya.

Sejak usia 10 tahun Blake sudah menyukai teknologi dan mencoba-coba membuat website pertamanya melalui American Online. Bayangkan saja saat usianya menginjak 14 tahun, Blake sudah magang di sebuah perusaahan ternama di Netscape Communications Corporation.

Bersama Dave Hyatt dan Joe Hewitt, Blake mulai mengembangkan aplikasi browser Firefox pada tahun 2002. Lulusan Stanford University ini bisa bernapas lega karena Firefox berhasil mensejajarkan posisinya diantara browser lainnya. Pengguna Firefox sekiranya ada 450 juta orang diseluruh dunia terutama Indonesia, Iran, Jerman dan Polandia.

Kini Blake dan teman-teman sudah menikmati hasil jerih payah mereka. Tak tanggung-tanggung, pria kelahiran 12 Juni 1985 ini telah mengantongi penghasilan sebanyak USD 150 juta (sekitar Rp 1,8 triliun).

Hubungan kerjasama pun terus dilakukan Blake demi mensukseskan Firefox, misalnya saja kerja sama dengan Facebook yang sangat menguntungkan bahkan ia sempat menjabat sebagai Director of Product di Facebook.

Kecintaan Blake pada dunia teknologi tak serta merta karena tuntutan uang semata, ia mengaku sangat menggilai serta terus ingin mengembangkan dunia teknologi.

“Saya senang menjalani pekerjaan saya dan bukan karena uang semata. Kesuksesan Firefox juga berkat relawan dari open source Mozila. Saya pastikan Firefox akan selamanya gratis”, ungkap Blake seperti dilansir dari Mirror, Jumat (12/12/2014).

Dari kisah ini bisa disimpulkan kalau tak selamanya menggemari sesuatu itu tidak bisa mendatangkan uang. Mungkin istilah “Do what you love, love what you do” yang artinya “lakukan apa yang kau suka, dan sukailah apa yang kau lakukan” merupakan istilah yang cocok untuk menggambarkan Blake Ross ini. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Akhir Tahun, Kunjungi 3 Destinasi Indah di Bali

Taman 4 Musim Ini Bakal Diterapkan di Monas