Sawarna, Mengintip Wajah Samudra Hindia di Selatan Banten

Indonesia memang surganya wisata alam. Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau ini memiliki banyak sekali obyek wisata pantainya. Salah satunya adalah Sawarna. Terletak di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, kawasan ini menjadi destinasi wisata favorit beberapa tahun belakangan. Bibir pantainya yang langsung menghadap ke Samudra Hindia menciptakan hembusan angin yang menyapu ombak.

Sawarna sendiri bukanlah nama pantai melainkan nama desa yakni Desa Sawarna. Desa yang penduduknya masih berbahasa Sunda ini memiliki pantai yang saling berdekatan, Pantai Ciantir dan Pantai Tanjung Layar. Meski wisatawan kini lebih mudah menyebut Pantai Sawarna, kawasan yang masih termasuk provinsi Banten ini memiliki banyak destinasi wisata lainnya yang tidak kalah menarik. Pasir Putih, Karang Taraje, Legon Pari, Karang Bereum, Goa Lalay, Goa Langir, Karang Bokor, dan Pulo Manuk.

Sejarah Sawarna

Banyak versi cerita tentang asal usul nama desa yang terletak 30km sebelah barat Pelabuhan Ratu ini. jadiBerita.com yang beberapa lalu menyusuri kawasan ini mengira jika nama Sawarna berasal dari bahasa sunda yang artinya “Satu Warna”. Rupanya asal usul desa yang cukup populer di mata turis bule ini berasal dari seseorang bernama Suwarna Dwipa. Ia dan beberapa anak buahnya terdampar di desa ini. Kapalnya hancur dan dibiarkan begitu saja karena tersapu badai. Kapal milik Suwarna inilah yang konon sering wisatawan sebut sebagai Tanjung Layar. Dua karang yang menyerupai dua layar ini merupakan salah satu tempat favorit wisatawan saat berkunjung ke Pantai Sawarna. Saat sunset dan sunrise, tempat ini menjadi tujuan bidikan lensa para pecinta fotografi.

Ketika Suwarna Dwipa telah lama tinggal di desa hingga memiliki seorang putra. Tak jauh dari bibir pantai ada sebuah sungai yang mengalir deras menjadi tempat bermain putranya. Sungai itu kemudian menenggelamkan putra Suwarna Dwipa. Sungai yang dilintasi oleh jembatan gantung berbahan kayu itu pula merupakan bagian dari sejarah desa Sawarna. Sampai saat kini sungai yang menghubungkan jalan utama wisatawan untuk menuju ke pantai Sawarna itu pun masih berfungsi meski airnya tidak sederas dulu.

Berselancar di Pantai Ciantir

Pantai Ciantir (Dokumentasi Pribadi)
Pantai Ciantir (Dokumentasi Pribadi)

Pantai Ciantir, Desa Sawarna merupakan pantai yang terkenal karena ombaknya yang telah menghipnotis para bule hingga enggan beranjak diatas papan selancarnya. Peselancar profesional dari Australia, Jepang, dan Korea sering menghabiskan kegiatannya untuk surfing di pantai ini. Karena ombaknya yang sesuai dengan selera mereka, Pantai Ciantir sudah terdaftar dalam situs GlobalSurfers.com sebagai salah satu spot yang wajib dikunjungi.

â??No crowd at all. only 3 local surfer as far as i know. this wave can be such a giant. it can reach 12ft +. the only problem is to get there. bumpy road making your ass feels fucked. from the nearest village you must walk for about 1km to the beach. no losmen(hostel) ar any other accomodation accept local houses. you can rent a room at the kepala desaâ??s (head of the village) house.â?, demikian tulis salah satu member di situs GlobalSurfers.com via jinjingransel.blogdetik.com.

jadiBerita.com beberapa waktu lalu sempat mengunjungi pantai berpasir putih ini. Menurut penduduk setempat, turis-turis mancanegara hanya ke sini pada bulan-bulan tertentu saja. Bulan Maret adalah waktu yang paling sering menjadi pilihan untuk para Bule untuk ke Pantai Ciantir.

“Kalau kesini pas bulan maret, karena ombaknya lagi bagus-bagusnya dan cuaca nggak seperti ini (hujan)”, kata seorang penduduk yang menyewakan Homestay di kawasan Desa Sawarna.

Sunrise Pantai Tanjung Layar

Pantai Tanjung Layar (Dokumentasi Pribadi)
Pantai Tanjung Layar (Dokumentasi Pribadi)

Sunrise selalu menjadi buruan para pecinta fotografi. Meski membidik dengan cahaya matahari yang sama, Sunrise akan selalu terlihat berbeda. Begitu pula yang dirasakan saat wisatawan mengarahkan pandangan matanya di pagi buta menuju Pantai Tanjung Layar. Pantai yang pada jaman Hindia Belanda dulu disapa dengan panggilan Javaâ??s Eerste Punt atau “Ujungnya pulau Jawa” menyajikan keindahan yang membuat mata seolah enggan berkedip.

Letak maskot dari obyek wisata desa Sawarna ini memang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Jaraknya yang kurang lebih 3.8 kilometer dari jembatan gantung Sawarna dimanfaatkan para jasa Ojek mengantarkan para wisatawan. Cukup merogoh kocek Rp 5,000 maka Ojek siap menghidupkan motornya untuk mengantarkan para wisatawan yang tak sabar menuju Tanjung Layar.

Sawarna yang bikin kangen saat ditinggalkan

Demikian beragam pesona di Desa Sawarna hingga membuat siapa saja yang bertamu ke tempatnya selalu dihantui perasaan belum puas. Maka benarlah jika Sawarna bukan berarti “Satu Warna” sebab keindahan pantainya yang beragam mampu membawa kisah-kisah berbeda. Wajah Samudra Hindia yang mengintip di Selatan Banten itu bernama Sawarna. (jow)

Written by Alfath

Journalist at Weekend @jdbrta

Afgan Ternyata Pernah Di-Bully di Sekolah

STORY: Dari Banyak Utang Kini Sukses Jadi Bos Sido Muncul