STORY: Tatang Koswara, Sniper Terbaik Asal Indonesia

Tatang Koswara, yang selama ini dikenal sebagai sniper terbaik dunia asal Indonesia, tutup usia hari Selasa kemarin pada usianya yang ke-68. Kemahiran Tatang diakui dunia. Dalam buku “Sniper Training, Techniques and Weapons (2000)” yang ditulis Peter Brookesmith, Tatang masuk 14 besar dalam urutan Sniperâ??s Roll of Honour di dunia. Lalu seperti apa sosok Tatang ini?

Dilansir dari Kompascom, Rabu (4/3/2015), Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada tahun 1977-1978.

Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah pertahanan lawan di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.

â??Dulu Pak Edi Sudrajat bilang ini misi rahasia, tidak boleh diungkapkan sebelum diperintahkan. Saya menyimpan ini rapat-rapat, termasuk pada istri. Namun kini, orang luar (asing) yang mengungkapkannya terlebih dahulu,â? ungkap Tatang.

Ketika masih hidup, terlepas dari usianya yang tidak lagi muda, sorot mata ataupun ingatannya masih sangat tajam. Itu terlihat saat Tatang menceritakan perjalanan hidupnya terutama saat masa perang di Timor Timur.

Di kediaman Tatang, di lingkungan kompleks TNI AU, Cibaduyut, Bandung, masih terpajang sejumlah fotonya saat berseragam lengkap dan sejumlah plakat penghargaan. Di depannya, terlihat hiasan berupa bagian senjata yang ditambahkan pemanis baret hijau TNI AD.

Siapa pun yang datang bisa langsung mengenal siapa sang pemilik rumah dari ruang tamu sederhana ini. Sebagai seorang sniper, kehidupan Tatang sangat dekat dengan senjata. Padahal, dulu, ia tidak sengaja nyemplung di dunia militer.

â??Ayah saya memang seorang tentara. Tapi, saya (awalnya) tidak berniat untuk menjadi tentara,â? ucap Tatang sehari sebelum dirinya meninggal dunia.

Namun, nasib berkata lain. Saat itu, tepatnya pada tahun 1967, Tatang disuruh ibunya mengantar sang adik untuk mendaftar menjadi anggota TNI. Saat melakukan tes, dia bertemu dengan sejumlah perwira Dandim di Banten yang mengenalnya. Tatang pun ditanya kenapa tidak ikut daftar.

â??Saya kenal dengan perwira Dandim karena sebelumnya juara sepak bola. Karena juara sepak bola itu juga dan beberapa prestasi lainnya, saya diminta para perwira Dandim untuk daftar jadi anggota TNI,â? ujar Tatang.

Setelah pulang ke rumah, Tatang remaja sempat bingung. Hingga keesokan harinya, dia menyiapkan semua persyaratan dan mendaftarkan diri lewat jalur tamtama.

Sesuai dugaan, Tatang lulus, sedangkan adiknya harus mencoba tahun depan untuk bergabung ke TNI AD.

Selama di dunia militer, Tatang mendapat sorotan dari atasannya. Pengalamannya hidup di kampung membuat pelajaran militer menjadi hal yang tak sulit baginya, baik dalam hal fisik, berenang, maupun menembak.

Hingga tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.

â??Tahun itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan sniper. Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD,â? imbuhnya.

Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang yang lulus dan mendapat senjata Winchester model 70. Seperti dikutip majalah Angkasa dan Shooting Times, Winchester 70 yang disebut â??Bolt-action Rifle of the Centuryâ? ini juga digunakan sniper legendaris Marinir AS, Carlos Hathcock, saat perang Vietnam. Senjata ini memiliki keakuratan sasaran hingga 900 meter.

Rupanya senjata dan ilmu yang diperoleh dari pasukan elite Amerika Serikat ini membantu Tatang dalam pertempuran di Timor Timur.

Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua sniper saat itu (Tatang dan Ginting). Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis. Kedua, menjadi intelijen. Intinya masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang. Bahkan, ada kalanya sniper ditugaskan untuk mengacaukan pertahanan lawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuhnya korban.

Pada suatu hari, Tatang ditugaskan masuk ke jantung pertahanan lawan. Tanpa disadari, Tatang berada di tengah kepungan lawan. Ada 30 orang bersenjata lengkap di sekelilingnya. Tatang terperangkap dan tak bisa bergerak sama sekali. Dalam pikirannya hanya ada satu bayangan, kematian. Namun, sebelum mati, ia harus membunuh komandannya terlebih dahulu.

â??Posisi komandannya sudah saya kunci dari pukul 10.00 WIB. Tapi, saya juga ingin selamat, makanya saya menunggu saat yang tepat. Hingga pukul 17.00 WIB, komandan itu pergi ke bawah dan saya tembak kepalanya,â? tuturnya.

Namun, ternyata, di bawah jumlah pasukan tak kalah banyak. Tatang dihujani peluru dan terkena dua pantulan peluru yang sebelumnya mengenai pohon.

â??Darah mengalir deras hingga sudah sangat lengket. Tapi, saya tidak bergerak karena itu akan memicu lawan menembakkan senjatanya,â? ucapnya.

â??Saya memiliki prinsip, hidup mati bersama keluarga, minimal foto keluarga. Saya pun berdoa diberi keselamatan agar bisa melihat anak keempat saya yang masih dalam kandungan, lalu mengikatkan syal merah putih. Ternyata, darah berhenti mengalir. Merah putih menjadi penolong saya,â? ungkapnya.

Selama empat kali masuk ke medan perang, Tatang mengatakan, pelurunya telah membunuh 80 orang. Bahkan, dalam aksi pertamanya, dari 50 peluru, 49 peluru berhasil menghujam musuh.

Satu peluru sengaja disisakannya. Ini untuk memenuhi prinsip seorangsniper yang pantang menyerah. Sebagai seorang sniper, dalam keadaan terdesak, dia akan membunuh dirinya sendiri dengan satu peluru tersebut.

Hingga akhir hayatnya, sisa satu peluru itu tak pernah digunakannya. Tatang meninggal dunia akibat serangan jantung, dan kabar meninggalnya Tatang datang dari pembawa acara “Hitam Putih”, Deddy Corbuzier. Pasalnya, sebelum meninggal, Tatang sempat tampil di acara tersebut.

Selamat jalan, Tatang Koswara. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Sniper Terbaik RI Meninggal Usai Bercerita di Hitam Putih

Kasihan, Ada Gadis yang Cegukan Berbulan-bulan