Ini Penyebab Penonton Bioskop Menurun Drastis

Di zaman serba mudah seperti sekarang ini, tentunya kebanyakan orang ingin bisa mendapatkan apapun dengan mudah dan tanpa mengeluarkan biaya. Yang sering terjadi adalah orang lebih baik mengunduh film favorit mereka dibandingkan menonton di bioskop. Alih-alih bertanya apa filmnya sudah edar di bioskop dekat rumah mereka, penggemar justru bertanya apa copy bajakan filmnya tersedia atau belum. Kenapa bisa begini?

Saat membuka seminar IP Rights Forum bertajuk How to Protect & Monetize IP Rights in the Film Industry kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla bisa jadi memiliki jawabannya.

Kata dia, budaya nonton bioskop di sebagian masyarakat kita telah hilang. Wapres mengenang di masa lalu, bioskop jadi tempat kumpul muda-mudi. Termasuk untuk pacaran. “Kalau remaja sekarang pacarannya di mal,” ujarnya dikutip dari Liputan6com, Jumat (8/5/2015).

Wapres JK juga menengarai, pemicu budaya nonton di bioskop luntur juga lantaran tiketnya dinilai terlalu mahal bagi kebanyakan masyarakat.

Bioskop kita kini lebih ditujukan bagi masyarakat menengah ke atas. Bioskop murah tak ada di Indonesia,” kata Wapres. “Kalau bioskop semua dibikin mewah, nanti siapa yang mau nonton film?” ia bertanya pada hadirin.

Lalu, benarkah demikian? Menurut data yang dilansir dari Huffington Post pertengahan April lalu, harga tiket bioskop di Indonesia merupakan yang terendah di seluruh dunia. Dikatakan, harga tiket nonton bioskop di Indonesia berada di kisaran harga Rp 50 ribu. Sementara kota-kota terbesar di Swiss justru mencatatkan harga-harga tiket nonton bioskop paling mahal di dunia. Di Zurich, Swiss, harga satu tiket menonton film di bioskop mencapai USD 19,7 atau Rp 250 ribu atau sekitar lima kali lipat lebih mahal dibandingkan menonton film di Indonesia.

Di AS, harga tiket bioskop rata-rata USD 8 atau Rp 104 ribu. Harga tiket bioskop di Singapura juga lebih mahal, yakni 12 dollar Singapura atau setara Rp 113 ribu.

Menurut JK, tarif tiket bioskop senilai Rp 50 itu masih tetap dianggap mahal oleh sebagian masyarakat. “50 puluh ribuan itu gaji sehari buruh,” kata Wapres.

Dari data yang pernah dilansir Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) awal 2014, saat ini terdapat 100 juta penduduk Indonesia yang penghasilannya di bawah USD 2 sehari. Dari jumlah 100 juta penduduk itu, 30 juta di antaranya berpenghasilan di bawah USD 1 atau sekitar Rp 13 ribu sehari.

Bagi kelompok ini, membeli tiket bioskop tentu teramat mahal. Untuk menyiasati agar tetap dapat hiburan, kelompok masyarakat ini lalu beralih membeli DVD bajakan yang harganya sekitar Rp 6-7 ribu.

Jika perfilman kita ingin maju dan tak ada lagi pembajakan, salah satu solusinya mungkin bioskop murah. “Orang selalu bilang tentang kesadaran, tetapi hal (pembajakan) ini juga ada hubungannya dengan pendapatan juga,” kata Wapres Jusuf Kalla. “Pendapatan rendah, orang ingin beli murah, muncul pembajakan.”

Semoga saja pendapatan orang Indonesia bisa meningkat di masa depan. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Dokter Termuda di Dunia

5 Band Metal Indonesia yang Mendunia