Telok Abang, Tradisi 17 Agustus Ala Palembang

Ada yang unik di Palembang. Selain memperingati perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus dengan cara mengadakan lomba-lomba, Palembang punya tradisi lain yang tak kalah unik. Tradisinya yaitu Telok Abang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi telok abang kembali muncul saat merayakan hari kemerdekaan, 17 Agustus di Palembang. Selain menjadi meriah, tradisi unik ini juga membuat penjual telok abang meraup untung.

Telok abang dengan miniatur kapal laut  (Kaskus)
Telok abang dengan miniatur kapal laut
(Kaskus)

Tradisi telok abang ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, sekitar tahun 1930-an, saat sering diadakannya pasar malam di kawasan pinggiran sungai Musi (sekarang menjadi plaza BKB). Sebelumnya, telok abang digunakan untuk merayakan ulang tahun, Cap Go Meh, atau hari-hari besar kolonial Belanda. Setelah masa kemerdekaan, tradisi ini terus berlanjut dan diteruskan dengan tambahan hiasan bendera merah putih sebagai tradisi peringatan HUT RI.

Miniatur kapal pesiar (Kaskus)
Miniatur kapal pesiar (Kaskus)

Dalam bahasa Palembang, telok berarti telur dan abang berarti merah. Dari dua kata itu disebutkan telok abang adalah telur rebus yang berwarna merah. Dulunya, telur yang biasa digunakan adalah telur bebek, namun berubah menjadi telur ayam.

Agar lebih menarik, telok abang ditancapkan di miniatur perahu, pesawat terbang, mobil-mobilan, dan becak yang terbuat dari jenis kayu gabus. Selain itu ada juga yang berbentuk skuter, helikopter, perahu, naga, bus kota, ataupun jembatan ampera. Seiring sulitnya bahan baku, pengrajin menggunakan gabus dan kertas kardus.

Berbagai macam miniatur pesawat telok abang (Kaskus)
Berbagai macam miniatur pesawat telok abang (Kaskus)

Dilansir dari Merdekacom, Kamis (13/8/2015), Menjelang HUT RI, sekitar pukul 09.00-17.00 WIB, puluhan pedagang menjajakan telok abang di Jalan Merdeka, atau tepatnya di seputaran kantor wali kota Palembang.

Salah satu penjual telok abang, Sudirman, dirinya sudah sepuluh tahun menjual telok abang. Satu telok abang lengkap dengan miniatur alat transportasi dijual berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 100 ribu. Harga itu sesuai dengan ukuran dan bentuknya.

Miniatur Jembatan Ampera (Kaskus)
Miniatur Jembatan Ampera (Kaskus)

“Alhamdulillah setiap tahun laris, banyak yang beli. Orang bilang, 17-an tak lengkap kalau tak beli telok abang,” ungkap Sudirman.

Sementara Amran,  warga Jalan Sido Ing Lautan, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, membeli telok abang untuk anaknya yang masih duduk di kelas dua SD. Amran bermaksud memberikan pemahaman kepada anaknya tentang tradisi di Palembang.

“Setiap hari lewat ngantar anak sekolah. Dia tanya terus dan pingin beli. Sekalian biar tahu telok abang,” pungkasnya. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Pesawat yang Jauh Melebihi Kecepatan Suara Bakal Jadi Kenyataan

Ini Dia Mobil Tempur Buatan Indonesia yang Mendunia