Fakta-fakta Presiden Pertama RI yang Wajib Kamu Tahu

Tentunya kamu pasti tahu kalau negara kita, Indonesia, pertama kali dipimpin oleh presiden bernama Sukarno. Namun, tak semua tahu fakta-fakta menarik yang terdapat pada Presiden pertama RI tersebut. Berikut adalah fakta-fakta Sukarno yang wajib kamu tahu, seperti terdapat dalam buku otobiografi Sukarno karya Cindy Adams.

1. Namanya Sukarno, bukan Soekarno

Sukarno (Britannica)
Sukarno (Britannica)

Menurut buku “Bung Karno”, Presiden Sukarno berkata bahwa nama aslinya adalah Soekarna, namun dalam ejaan Jawa “a” menjadi “o” maka namanya menjadi “Soekarno”. Berikut kutipan bukunya: “Sekali waktu ada seorang wartawan goblok yang menulis bahwa nama awalku adalah Ahmad (Ahmad Soekarno). Sungguh menggelikan. Namaku hanya “Sukarno” saja. Memang dalam masyarakat kami tidak luar biasa untuk memakai satu nama saja. Waktu di sekolah namaku dieja “Soekarno” menurut ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka aku memerintahkan supaya segala ejaan “OE” kembali ke “U”. Juga ejaan dari perkataan “Soekarno” sekarang menjadi “Sukarno”.

2. Insinyur, tapi tak pandai matematika

Sukarno (Penasoekarno)
Sukarno (Penasoekarno)

Walaupun Presiden Sukarno merupakan Insinyur lulusan ITB, justru sebenarnya dia sangat tidak suka dan tidak menguasai Matematika. Berikut adalah kutipannya: “Aku mempunyai ingatan seperti bayangan gambar (visual) dan dalam pada itu aku terlalu sibuk memompakan soal-soal politik ke kepalaku, sehingga tidak tersisa waktuku untuk membuka buku sekolah. Dewi dendamku adalah ilmu pasti (IPA dan matematika). Aku tidak begitu kuat dalam ilmu pasti. Menggambar arsitektur bagiku sangat menarik, akan tetapi kalkulasi bangunan dan komputasi jangan tanya. Kleinste Vierkanten atau yang dinamakan Geodesi, semacam penyelidikan tanah secara ilmu pasti di mana orang mengukur tanah dan belajar membaginya dalam kaki persegi, dalam semua ini aku gagal.”

3. Pernah jadi guru SMP

Sukarno bersama John F. Kennedy (Jfklibrary)
Sukarno bersama John F. Kennedy (Jfklibrary)

Sebelum menjabat sebagai presiden, Sukarno rupanya pernah menjadi pengajar di SMPN 1 Bandung. Presiden Sukarno mengatakan bahwa selulusnya dari ITB, dia jadi pengangguran di Bandung dan sangat kesulitan ekonomi, sampai Dr. Setiabudi alias Douwes Dekker, yang merupakan pendiri SMPN 1 Bandung, menawarinya jadi guru.

4. Pluralis sejati

Sukarno (Wikipedia)
Sukarno (Wikipedia)

Presiden Sukarno menganggap bahwa Tuhan bukan milik perseorangan atau sekelompok orang. Presiden Sukarno tahu betul kalau rakyat Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan agama. Berikut kutipannya: “Tahun 1926 (ketika berusia 25 tahun) adalah tahun dimana aku memperoleh kematangan dalam tiga segi. Segi yang kedua adalah dalam kepercayaan. Aku banyak berpikir dan berbicara tentang Tuhan. Sekalipun di negeri kami sebagian terbesar rakyatnya beragama Islam, namun konsepku tidak disandarkan semata-mata kepada Tuhannya orang Islam. Pada waktu aku melangkah ragu melalui permulaan jalan yang menuju kepada kepercayaan, aku tidak melihat Yang Maha Kuasa sebagai Tuhan kepunyaan perseorangan. Menurut jalan pikiranku maka kemerdekaan bagi seseorang meliputi juga kemerdekaan beragama. Ketika konsep keagamaanku meluas, ideologi dari Pak Cokro (gurunya di Jogja) dalam pandanganku semakin sempit dan semakin sempit juga. Pandangannya tentang kemerdekaan untuk tanah air kami semata-mata ditinjau melalui lensa mikroskop dari agama Islam. Aku tidak lagi menoleh kepadanya untuk belajar.”

5. Sosialis, bukan komunis

Sukarno di AS (Wikimedia)
Sukarno di AS (Wikimedia)

Presiden Sukarno memang merangkul semua golongan, dari golongan agamis, nasionalis, sampai komunis. Tapi kedekatannya dengan kaum komunis bukan berarti dia komunis. Dalam bukunya beliau berkata: “Dalam bidang ideologi, aku adalah seorang sosialis. Kuulangi bahwa aku adalah sosialis, bukan Komunis. Aku tidak menjadi Komunis. Masih saja ada orang yang berpikir bahwa Sosialisme sama dengan Komunisme. Mendengar perkataan sosialis mereka tidak dapat tidur. Mereka melompat, “Haaa, saya sudah tahu! Bahwa Bung Karno adalah seorang Komunis!” Tidak, aku bukan Komunis. Aku seorang SosiaIis. Aku seorang Kiri. Orang Kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis-imperialis yang ada sekarang.”

6. Tidak percaya takhayul

Sukarno bersama Agus Salim (Wikimedia)
Sukarno bersama Agus Salim (Wikimedia)

Sukarno tidak percaya pada takhayul. Hal ini tertulis di buku otobiografinya. Di sana tertulis: “Aku percaya pada hari baik dan hari nahas, aku percaya pada jimat yang membawa rahmat dan jimat yang mempunyai pengaruh jahat. Di Bandung ada orang yang memberiku sebentuk cincin pakai batu. Dalam batu itu terlihat lobang berisi cairan hitam yang tidak pernah tenggelam. Seperti biji kecil yang mengapung dan selalu berada di atas. Di waktu itu aku mempercayai apa saja, karena aku memerlukan segala kekuatan yang bisa kuperoleh. Tapi tidak lama setelah itu aku tertangkap dan dibuang ke Pulau Bunga. Sejak itu, aku tidak percaya lagi kepada takhayul. Demikianlah, ketika kuyakinkan pada diriku sendiri, kepercayaan yang kegila-gilaan ini harus dihentikan. Dan kukatakan pada diriku, “Engkau sudah melihat, penyakit takhayul yang jahat”.

7. Pakai peci karena botak

Sukarno (Penasoekarno)
Sukarno (Penasoekarno)

Menurut pengakuannya, dia adalah orang yang pertama kali memperkenalkan kombinasi antara jas modern dengan peci/kopiah hitam kala acara-acara Jong Java. Dari sanalah banyak yang meniru gaya berpakaian seperti itu dan jadi ciri dari kaum intelektual Indonesia. Padahal, ada alasan lainnya dia mengenakan peci, seperti yang tertulis dalam bukunya. Berikut kutipannya: “Pada waktu aku melangkah gagah keluar dari kereta api di stasiun Bandung dengan peciku yang memberikan pemandangan yang cantik, maka peci itu sudah menjadi lambang kebangsaan bagi para pejuang kemerdekaan. Tapi kalau sekarang, peci itu bagiku lebih merupakan sebagai lambang untuk pertahanan diri. Sesungguhnya, kepalaku kian hari semakin botak. Karena orang Islam diharuskan mencuci rambutnya setelah dia berhubungan dengan seorang perempuan, maka kawan-kawan menggangguku, “Hei Sukarno, itu barangkali yang membikin Bung botak.” Apapun alasannya, aku gembira karena telah mempunyai pandangan ke depan 44 tahun yang lalu untuk membikin peci ini begitu hebat.” (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Tempat Wisata Unik yang Hanya Ada di Pangkal Pinang

Kekuatan Unik Superman yang Belum Muncul di Film