Malaman, Tradisi Lebaran yang Kini Terlupakan

Ada yang hilang di daerah Waykanan, Lampung saat malam menjelang Lebaran. Biasanya, puluhan tahun lalu, desa menyala di malam hari. Di halaman rumah, warga menyalakan obor. Suasana kehangatan terasa di seluruh pelosok desa.

Itulah Malaman, sebuah tradisi di malam kemenangan bagi umat muslim. Malaman adalah tradisi membuat obor dari batok kelapa oleh seluruh warga desa. Sayangnya, tradisi itu hilang ditelan modernisasi.

Tradisi Malaman (National Geographic)
Tradisi Malaman (National Geographic)

Iskandar, seorang tokoh adat di Waykanan, menyatakan tradisi malaman mulai hilang dari daerah yang berada di sebelah utara Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan itu sekitar tahun 1965. “Itu tahun terakhir saya yang saat itu masih kecil menyaksikan Malaman, tahun selanjutnya tidak lagi. Barangkali karena zaman semakin maju,” katanya.

Ia menuturkan, obor terbuat dari batok kelapa yang disusun setinggi kurang lebih 1,5 meter. Obor dari batok kelapa itu lalu dibakar di depan rumah oleh masyarakat secara serentak pada tiga hari menjelang Ramadhan, atau sampai dengan Takbir yang mengakhiri Tarawih dan puasa berkumandang.

“Malam tak lagi gelap. Dan, orang-orang keluar rumah menikmati kehangatan dan nyala api dari malaman yang dibakar,” kata dia seraya mengatakan rindu pada tradisi tersebut.

Malaman, jelasnya, ditegakkan dengan bambu karena pada bagian tengah batok kelapa tersebut dilubangi. Batok kelapa bagian bawah sendiri diletakan tengkurap, dan susunan selanjutnya terus menghadap ke atas. “Malaman mampu menyala sekitar 6 jam. Secara sosial, tetangga saling membantu membuat malaman. Mereka bisa bercengkerama saat malaman dibakar,” katanya.

“Saat api habis, bara malaman yang berwarna merah terlihat menyala berjajar di depan rumah-rumah penduduk, sangat menarik disaksikan pada malam gelap,” imbuhnya.

Tradisi Malaman (Kompas)
Tradisi Malaman (Kompas)

Sebagai sebuah tradisi, lanjutnya,  malaman layak ditumbuhkan lagi, sehubungan mempunyai nilai secara sosial.

Senada dengan Iskandar, tokoh pemuda Blambanganumpu, Edward Apriadi sepakat malaman layak dikembangkan lagi. Misalnya, dilakukan dengan menyelenggarakan festival malaman. (tom/rei)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Tips Mudah Mengelola Uang THR Agar Tak Cepat Habis

5 Alasan Mengapa Ramadan Selalu Dirindukan Kehadirannya