Menguak Misteri di Balik Pembuatan Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi terbesar peninggalan abad ke-9. Candi ini terlihat begitu impresif dan kokoh sehingga terkenal seantero dunia. Peninggalan sejarah yang bernilai tinggi ini sempat menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia.

Yang cukup menarik perhatian dari candi ini adalah misteri mengenai cara pembuatannya. Misteri ini banyak melahirkan pendapat yang spekulatif hingga kontroversi. Dilansir dari berbagai sumber, jadiBerita akan mencoba untuk menguak misteri di balik pembuatan candi ini.

Data mengenai candi ini baik dari sisi desain, sejarah, dan falsafah bangunan begitu banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan purbakala menulis mengenai keistimewaan candi ini. Namun, hasil penelusuran data baik di buku maupun internet, tidak ada satupun yang sedikit mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi. Satu-satunya informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin yang aneh dan misterius.

Edward Leedskalnin (Lonerwolf)
Edward Leedskalnin (Lonerwolf)

â??Saya telah menemukan rahasia-rahasia piramida dan bagaimana cara orang Mesir purba, Peru, Yucatan dan Asia (Candi Borobudur) mengangkat batu yang beratnya berton-ton hanya dengan peralatan yang primitif,â? katanya.

Edward adalah orang yang membangun Coral Castle yang terkenal. Beberapa orang lalu memperkirakan bagaimana cara kerja dia untuk mengungkap misteri tentang pengetahuan dia bagaimana bangunan purba dibangun. Ada yang mengatakan bahwa ia mungkin telah berhasil menemukan rahasia para arsitek masa purba yang membangun monumen seperti piramida dan Stonehenge. Ada pula yang mengatakan mungkin Edward menggunakan semacam peralatan anti gravitasi untuk membangun Coral Castle.

Coral Castle (Wikipedia)
Coral Castle (Wikipedia)

David Hatcher Childress, penulis buku “Anti Gravity and The World Grid”, memiliki teori yang menarik. Menurutnya wilayah Florida Selatan yang menjadi lokasi Coral Castle memiliki diamagnetik kuat yang bisa membuat sebuah objek melayang. Apalagi wilayah Florida selatan masih dianggap sebagai bagian dari segitiga bermuda.

David percaya bahwa Edward Leedskalnin menggunakan prinsip diamagnetik jaring bumi yang memampukannya mengangkat batu besar dengan menggunakan pusat massa.

David Hatcher Childress (Ancient-origins)
David Hatcher Childress (Ancient-origins)

David juga merujuk pada buku catatan Edward yang ditemukan yang memang menunjukkan adanya skema-skema magnetik dan eksperimen listrik di dalamnya. Walaupun pernyataan David berbau sains, namun prinsip-prinsip esoterik masih terlihat jelas di dalamnya.

Lalu bagaimana dengan Candi Borobudur? Apakah pembuatannya juga menggunakan prinsip yang sama?

Untuk mengetahui cara pembuatannya, atau paling tidak dugaan cara membuatnya, ada beberapa aspek yang perlu diketahui, yaitu:

 

  • Bentuk bangunan. Candi ini berbentuk tapak persegi ukuran panjang kurang lebih 123 m, lebar kurang lebih 123 m dan tinggi kurang lebih 42 m. Luas candi secara keseluruhan kira-kira 15.129 m2.
  • Volume material utama. Material utama candi ini adalah batuan andesit berporositas tinggi dengan berat jenis 1,6-2,0 t/m3. Diperkirakan terdapat 55 ribu m3 batu pembentuk candi atau sekitar 2 juta batuan dengan ukuran batuan berkisar 25 x 10 x 15 cm.
  • Konstruksi bangunan. Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi.
  • Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk.
  • Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur.
  • Candi Borobudur merupakan bangunan yang kompleks dilihat dari bagian-bagian yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 505 arca yang melengkapi candi.
  • Teknologi yang tersedia. Pada saat itu belum ada teknologi angkat dan pemindahan material berat yang memadai. Diperkirakan menggunakan metode mekanik sederhana.
  • Perkiraan jangka waktu pelaksanaan. Tidak ada informasi yang akurat. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa candi borobudur dibangun mulai tahun 824 M â?? 847 M. Ada referensi lain yang menyebut bahwa candi dibangun dari tahun 750 M hingga 842 M atau 92 tahun.
  • Pembangunan candi dilakukan bertahap. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. Tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
Stupa Borobudur (Wikipedia)
Stupa Borobudur (Wikipedia)

Dari data yang ada, bisa ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar 25 x 10 x 15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 sampai 2 ton/m3. Ini berarti berat per potongan batu hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk berat jenis 2 t/m3). Potongan batunya ternyata sangat ringan. Untuk batuan seberat itu, rasanya tidak perlu teknologi apapun. Masalah yang mungkin muncul adalah medan miring yang harus ditempuh. Medan miring secara fisika membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat. Meski demikian, proses pengangkutan potongan batu dapat dilakukan dengan mudah.

Bagian-bagian Candi Borobudur (Anehdidunia)
Bagian-bagian Candi Borobudur (Anehdidunia)
Struktur tanah Candi Borobudur (Anehdidunia)
Struktur tanah Candi Borobudur (Anehdidunia)

Kedua, disebutkan pula sumber material batu diambil dari sungai sekitar candi. Hal ini berarti jarak antara quarry dan site sangat dekat. Walaupun jumlahnya mencapai 2 juta potongan, namun ringannya material tiap potong batu dan dekatnya jarak angkut, hal ini berarti proses pengangkutan pun dapat dilakukan dengan mudah tanpa perlu teknologi tertentu.

Candi Borobudur (Anekatempatwisata)
Candi Borobudur (Anekatempatwisata)

Ketiga, anggaplah pembuatan candi ini memakan waktu paling cepat 23 tahun. Jika persiapan lahan dan material awal adalah 2 tahun, maka masa pemasangan batu adalah 21 tahun atau 7665 hari. Candi ini terdapat 2 juta potong batu. Maka produktifitas pemasangan batu adalah 2 juta dibagi dengan 7665, yang menunjukkan hasil 261 batu per hari. Produktifitas ini rasanya sangat kecil. Tidak perlu cara apapun untuk menghasilkan produktifitas yang kecil tersebut. Tentunya angka produksifitas akan semakin kecil jika jangka waktu pembuatannya semakin lama.

Dengan demikian, bisa dibilang kalau pembuatan Candi Borobudur ini tidaklah menggunakan kekuatan mistik seperti pembuatan candi lainnya. Candi ini lebih dapat dijelaskan dengan konsep fisika sederhana. Cara membangun candi ini bukanlah suatu hal yang dianggap misteri apalagi mistis.

Candi ini lebih bernilai dan terkenal bukan pada misteri-misteri yang berserakan, tapi candi ini memiliki nilai design aristektur dan teknik sipil serta kemampuan manajemen proyek yang tinggi yang menunjukkan kemajuan pemikiran para pendahulu bangsa kita. (tom)

 

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Tak Cuma Mobil, Kini Diciptakan Kaca Spion Pintar

5 Guru Tercantik Sedunia yang Bikin Kamu Semangat Sekolah