Ilmuwan Ungkap ‘Wujud’ Indera Keenam Manusia

Bukti bahwa manusia sebenarnya punya ‘indera keenam’ mungkin telah ditemukan. Joe Kirschvink, seorang peneliti dari California Institute of Technology, mengklaim manusia secara bawah sadar dapat mendeteksi medan magnet Bumi.

Menggunakan sangkar Faraday dan monitor EEG, Kirschvink mengamati perubahan gelombang otak alpha manusia ketika diberikan medan magnet di sekitarnya. “Ini bagian dari sejarah evolusi kita. Pendeteksian medan magnet (Magnetoreception) mungkin menjadi kemampuan dasar manusia,” kata Kirschvink seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (18/7/2016).

Joe Kirschvink (Antarcticsun)
Joe Kirschvink (Antarcticsun)

Kemampuan untuk mendeteksi medan magnet Bumi telah ditemukan pada makhluk-makhluk tertentu seperti burung, serangga dan mamalia lain yang menggunakan kekuatan itu, untuk bermigrasi atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar mereka.

Kekuatan itu didapat dari mineral besi dan magnetit yang bertindak sebagai jarum kompas. Namun pendapat lain mengatakan, indera keenam itu tergantung pada protein dalam retina yang disebut cryptochrome, tulis laporan majalah Science.

Selama uji coba, Kirschvink dan timnya membangun sangkar Faraday untuk menguji kemampuan tersebut pada manusia. Sangkar tersebut terbuat dari kotak aluminium yang mampu memblokir aliran elektromagnetik agar tidak bisa keluar. Peserta penelitian duduk dalam kotak yang sangat gelap tersebut, dan benar-benar terpapar medan magnet murni.

Kirschvink merekrut 24 peserta penelitian untuk eksperimennya, yang terhubung ke monitor EEG untuk menganalisis aktivitas otak mereka ketika terkena medan magnet yang dibuat mirip seperti medan magnet Bumi.

Medan magnet Bumi (NASA)
Medan magnet Bumi (NASA)

Dari pantauan terhadap monitor EEG, Kirschvink menemukan bahwa ketika medan magnet berputar searah jarum jam, ada penurunan gelombang alpha pada otak peserta penelitian. Gejala itu menandakan peserta penelitian merespon sekaligus berproses terhadap medan magnet yang tercipta di dalam sangkar Faraday itu.

Selain hasil pengamatan tersebut, Kirschvink menemukan bahwa respon saraf tertunda beberapa ratus milidetik yang menunjukkan respon otak yang aktif. Ini mungkin terkait dengan gagasan bahwa medan magnet dapat mempengaruhi ‘arus listrik di otak yang meniru sinyal EEG’.

Dan karena monitor EEG itu menangkap aktivitas otak dan tidak terganggu oleh medan magnet, Kirschvink percaya Magnetoreception mungkin menjadi sumber utama dari kemampuan ini. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Imutnya Masjid Serba Pink di Filipina yang Jadi Berita Wisata Popular

5 Jurusan yang Kamu Anggap Kurang Keren Ini, Siap Tawarkan Masa Depan Cerah