Menelusuri Sejarah Awal Mula Dibangunnya Sekolah

Anak-anak sekolah, mulai tingkat TK hingga SMA, sudah mulai memasuki tahun ajaran baru hari Senin kemarin. Setiap orang kini wajib duduk di bangku sekolah untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Tapi pernahkah kamu tahu mengenai siapa yang pertama kali membangun sekolah dalam sejarah? Berikut sejarahnya seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

Rupanya, sekolah sudah didirikan sejak tahun-tahun Sebelum Masehi. Namun, pada zaman Sebelum Masehi, belum dikenal apa yang disebut sekolah. Ketika itu, orang-orang pintar hanya mendatangi rumah-rumah bangsawan dan pejabat negara untuk memberikan beberapa pelajaran kepada anak laki-laki mereka. Sementara anak perempuan tidak diizinkan mendapatkan pelajaran, dan hanya mendapatkan didikan dari ibunya berupa budi pekerti, memasak dan menjahit.

Ketika masa kejayaan kerajaan Yunani Purba, masih pada zaman Sebelum Masehi, para cendikia yang suka berkeliling ke tiap rumah untuk mengajarkan filsafat, dialektika (berdiskusi), atau orasi (berpidato) itu, di antaranya Phytagoras (580-500 SM), dan Socrates (469-399 SM). Baru pada masa hidup Plato (427-347 SM) didirikanlah sekolah. Artinya guru sudah tidak lagi berkeliling, tapi menetap di sebuah gedung.

Ilustrasi Plato (Coursera)
Ilustrasi Plato (Coursera)

Setelah itu, mulai dikenal pula apa yang disebut ruang belajar, dan ditentukan lama pendidikannya. Sekolah pertama kali di dunia penemuan Plato itu dinamakan â??Academyâ?. Gagasan Plato yang terkenal, dan masih diakui hingga kini adalah yang berbunyi: â?Tiap-tiap manusia memiliki tugas untuk mengabdikan kepentingannya kepada negara. Karena itu, pendidikan harus diselenggarakan oleh negara, dan untuk negara.â?

Ilustrasi Academy yang didirikan Plato (Wikipedia)
Ilustrasi Academy yang didirikan Plato (Wikipedia)

Karena Plato bukan termasuk orang kaya, maka sekolah pertamanya itu menopang pada barak tentara yang disebut Gymnasium. Di tempat itu Plato mengajarkan kerohanian, budi pekerti, membaca, serta menulis dengan menggunakan sejenis lilin yang digores dengan batu. Diajarkan juga pelajaran membaca dan olahraga. Sementara untuk sekolah lanjutan, Plato mengajarkan aritmatika, ilmu ukur, sastra, dan dialektika yang meliputi debat logika, dasar-dasar ilmu hukum, dan ketatanegaraan.

Aristoteles, murid Plato (384-322 SM) meneruskan sistem pendidikan penemuan gurunya itu dengan menambahkan pelajaran musik, serta membangun asrama sekolah. Aristoteles menyebut sekolahnya “Lyceum”. Aristoteles sebagai pendidik terkenal, pernah diundang oleh Raja Macedonia (dekat Yugoslavia kini) untuk mengajari putra mahkotanya yang kelak dikenal sebagai â??Alexander The Greatâ? atau â??Iskandar yang Agungâ?, tokoh penakluk banyak kerajaan yang tertulis dalam kitab suci, maupun buku-buku sejarah dunia.

Aristoteles (Guioteca)
Aristoteles (Guioteca)
Sisa reruntuhan Lyceum buatan Aristoteles (GTP)
Sisa reruntuhan Lyceum buatan Aristoteles (GTP)

Ketika peradaban Yunani pudar, muncullah kerajaan Romawi, tapi pendidikan di negeri itu malah mengalami kemunduran, karena kekaisaran Romawi sedang berusaha untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Eropa, sampai ke negeri di seberang lautan. Maka para remaja laki-laki pun dituntut untuk belajar ilmu-ilmu kemiliteran, dan sekolah pun diabaikan. Undang-undang Romawi menyatakan, pendidikan bukan tugas negara, tapi diselenggarakan oleh keluarga. Itu pun bukan merupakan pendidikan untuk rakyat, tapi merupakan pendidikan untuk anak-anak bangsawan dengan mendatangkan guru-guru ke rumahnya.

Baru sesudah Romawi mencapai kejayaan, berhasil menaklukkan banyak negeri, mulai dari Eropa, melintasi Turki, sampai ke Afrika utara, maka sistem pendidikan mengalami perubahan. Banyak para pemuda Romawi yang menuntut ilmu di universitas-universitas di Yunani. Setelah kembali ke negerinya, para sarjana ini mendirikan sekolah-sekolah model Yunani. Cuma ada bedanya, guru-guru zaman Romawi lebih menekankan kedisiplinan yang teramat keras kepada setiap muridnya. Seperti misalnya, siswa-siswa yang diwajibkan tinggal di asrama, harus sudah bangun pada pukul 4.00 pagi, lalu disuruh menghapalkan sejumlah mata pelajaran, termasuk bahasa asing. Sistem pendidikan Romawi memang menekankan daya ingat yang kuat, melalui berbagai hafalan.

Ilustrasi pendidikan Romawi Kuno (Crystalinks)
Ilustrasi pendidikan Romawi Kuno (Crystalinks)

Guru-guru zaman Romawi juga dikenal kejam, mereka mencambuk murid-muridnya yang melanggar aturan sekolah. Pendidikan ala Romawi yang penuh kekerasan ini, dicontoh oleh para guru di Jerman, pada sekolah Gymnasium, di Prancis di sekolah Lycee, dan guru di Skotlandia pada sekolah Academy. Untungnya, cara mendidik murid dengan kekerasan dalam sekolah-sekolah zaman sekarang sudah dilarang, dan digantikan dengan sistem pendidikan yang sudah kita kenal sekarang. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Berada di Ketinggian 4 Ribu Meter, Inilah Kafe Tertinggi di Dunia

Ilmuwan Indonesia Temukan Rahasia Tidur Nyenyak Secara Ilmiah