Putar Mesin Waktu ke Masa Lalu, Ini Kisah 5 Patung Legendaris Jakarta

Kalau kamu tinggal di Jakarta, mungkin kamu sering melihat patung-patung atau monumen yang ada di Jakarta, seperti misalnya Patung Tugu Tani, atau Patung Pemuda Membangun. Namun tahukah kamu mengenai sejarahnya? Kalau belum tahu, tenang saja, karena jadiBerita akan memberikan kisah dan sejarahnya untuk kamu, seperti dilansir dari berbagai sumber.

Patung Jenderal Sudirman

Patung Jenderal Sudirman (Konfrontasi)
Patung Jenderal Sudirman (Konfrontasi)

Patung ini merupakan salah satu patung yang berada di Jakarta tepatnya di kawasan Dukuh Atas, depan Gedung BNI, Jalan Jenderal Sudirman. Rencana pembangunan patung Sudirman dan sejumlah patung yang akan menghiasi jalan protokol sesuai nama jalan mencuat pada September 2001. Rencana itu merupakan realisasi sayembara patung pahlawan yang dilakukan tahun 1999. Menurut rencana Patung Jenderal Sudirman harusnya diresmikan 22 Juni 2003 bertepatan HUT ke-476 Jakarta, namun tidak terealisasi. Peresmian akhirnya dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2003. Jenderal Sudirman sendiri adalah pemimpin pasukan gerilya pada masa perang kemerdekaan (1945-1949). Ia menyandang anugerah Panglima
Besar. Jasa dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara layak dikenang dan
diabadikan.

Patung Selamat Datang

Patung Selamat Datang (Coretankoi)
Patung Selamat Datang (Coretankoi)

Patung Selamat Datang atau sering disebut Monumen Selamat Datang adalah sebuah monumen yang terletak di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Indonesia. Monumen ini berupa patung sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan. Patung tersebut menghadap ke utara yang berarti mereka menyambut orang-orang yang datang dari arah Monumen Nasional. Pada tahun 1962, Jakarta menyambut tamu-tamu kenegaraan di Bundaran Hotel Indonesia dalam rangka Asian Games IV yang diadakan di Jakarta. Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Sukarno dan rancangan awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Patung Pahlawan/Tugu Tani

Patung Tugu Tani (Wajahkota)
Tugu Tani (Wajahkota)

Patung Pahlawan atau disebut juga Tugu Tani adalah sebuah patung yang dibuat oleh dua pematung Rusia kenamaan, Matvey Manizer dan Ossip Manizer, sebagai hadiah dari pemerintah Uni Soviet atas persahabatannya dengan Indonesia. Patung ini menggambarkan seorang ibu yang melepaskan kepergian anaknya yang mengenakan caping dan membawa senapan ke medan perang. Alasan pembuatan patung ini dari segi sejarahnya berbeda-beda, tetapi ada dua versi latar belakang pembuatan patung ini. Yang pertama, patung tugu tani dibuat atas inspirasi ketika Sukarno berkunjung ke Uni Soviet tahun 1922.  Saat itu di Negara Rusia terjadi pergolakan antara kaum yang pro sistem kekaisaran Rusia dengan kaum komunis. Hal ini mengingatkan Sukarno dengan keadaan di Indonesia. Akhirnya dia pun mencari pembuat patung untuk membuatkan monumen demi menghargai perjuangan para buruh tani dalam gerakan G 30 S PKI. Sedangkan versi lain mengatakan asal-usul pembangunan patung ini berhubungan dengan pengklaiman daerah Irian Barat. Dalam sebuah buku diceritakan bahwa Sukarno menginginkan Tugu Tani dibuat untuk memperingati perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan Irian Barat yang selama ini dikuasai Belanda hingga tahun 1963.

Patung Asta Brata

Patung Asta Brata (Jakartasemua)
Patung Asta Brata (Jakartasemua)

Patung Asta Brata, atau yang dikenal juga dengan nama Patung Arjuna Wijaya, adalah patung yang terletak di persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka. Patung ini dibuat pada tahun 1987, seusai lawatan kenegaraan Presiden Indonesia Suharto dari Turki. Menurut Nyoman Nuarta, perancang patung ini, dia melihat banyak monumen yang menjelaskan tentang cerita-cerita masa lalu Turki di jalan-jalan protokolnya. Presiden Suharto menyadari hal tersebut tidak dia jumpai di ruas jalan-jalan protokol di Jakarta, sehingga dia menggagas pembangunan sebuah monumen yang memuat filsafat Indonesia. Melalui Nyoman Nuarta akhirnya kisah Perang Baratayuda digunakan sebagai ide di balik wujud akhir patung tersebut. Patung ini menggambarkan sebuah adegan dalam kisah klasik Mahabharata, di mana dua tokoh dari kubu Pandawa, yaitu Arjuna yang menggenggam busur panah dan Batara Kresna yang menjadi sais sedang menaiki kereta perang berkepala garuda yang ditarik delapan ekor kuda yang melambangkan delapan filsafat kepemimpinan “Asta Brata”. Keduanya digambarkan sedang berada dalam situasi pertempuran melawan Adipati Karna yang berasal dari kubu Kurawa.

Patung Pemuda Membangun

Patung Pemuda Membangun (Ariesaksono)
Patung Pemuda Membangun (Ariesaksono)

Patung Pemuda Membangun adalah monumen yang terletak di bundaran air mancur Senayan. Patung ini dibuat dari beton bertulang dengan adukan semen dan bagian luarnya dilapisi dengan bahan teraso. Pekerjaan dimulai bulan Juli 1971 dan diresmikan bulan Maret 1972. Rencana semula peresmiannya akan dilakukan pada acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1971, namun saat itu patung belum selesai dibangun sehingga peresmiannya pun tertunda beberapa bulan. Dinamakan pemuda membangun karena patung tersebut menggambarkan seorang pemuda membawa obor dengan semangat yang berkobar. Makna obor adalah sebagai alat penerang dan dalam artian filosofis adalah untuk menerangi hati dan jiwa yang gelap. Harapan dari patung ini adalah kaum muda mampu mengambil peran penting dalam pembangunan bangsa. Partisipasi aktif dalam memajukan tanah air sangat diperlukan karena melalui tangan pemudalah terletak cita-cita dan harapan masa depan.

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Orang Tertua di Dunia Ternyata Berasal dari Indonesia

Tahukah Kamu, Ternyata Cahaya Bisa Bikin Bersin Lho