Mahasiswa Malang Ciptakan Sumber Listrik dari Padi

Sekitar 35% penduduk Indonesia belum menikmati aliran listrik, terutama di wilayah terpencil dan pedesaan. Namun berkat pengembangan teknologi yang dilakukan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, sepertinya aliran listrik bakal bisa dinikmati oleh semua penduduk Indonesia. Teknologi tersebut memungkinkan tenaga listrik dihasilkan dari padi.

Temuan inovatif mereka ini kemudian dinamai dengan E-Paddy. Tim peneliti mahasiswa tersebut terdiri dari Dheniz Fajar Akbar, Lisa Normalasari, Yogan Surya Tirta, Tiara Wiranti dan Hamdan Mursyid.

Tim mahasiswa pembuat E-Paddy (BBC)
Tim mahasiswa pembuat E-Paddy (BBC)

E-Paddy ini bekerja dengan mengumpulkan elektron selama proses fotosintesis dan mengubahnya menjadi aliran listrik. “Penelitian ini untuk skala laboratorium. Bahan yang digunakan berupa tanaman padi jenis IR-64 dalam umur antara 25-30 hari,” kata Dheniz Fajar Akbar, dikutip dari Merdekacom, Kamis (13/10/2016).

Selain menggunakan tanaman padi, peneliti membutuhkan batang karbon grafit elektrode dengan ukuran 7 Cm X 5 Cm X 1 Cm untuk anoda dan katoda. Mereka juga membutuhkan pot dan tanah yang berasal dari sawah, ditambahkan air dan pupuk kompos. Semakin banyak penyiraman dan pemberian kompos akan menghasilkan peningkatan produksi elektron. Kondisi ini nantinya akan menghasilkan tegangan listrik yang makin tinggi.

Uji coba E-Paddy (BBC)
Uji coba E-Paddy (BBC)

Karbon grafit yang berfungsi sebagai anoda akan ditanam di bawah tanaman padi. Sementara satu karbon grafit lainnya diletakkan di atas tanaman. “Tanaman akan berfotosintesis dan menghasilkan glukosa (C6H1206), 30 persen akan diserap oleh tanaman, sementara 70 persen dibuang ke tanah. Jumlah yang 70 persen itu akan diserap oleh mikroorganisme dalam tanah untuk melakukan metabolisme,” jelas Dheniz.

Dheniz menambahkan bahwa nantinya hasil metabolisme tersebut akan menghasilkan berbagai unsur, di antaranya CO2 dan Air. Sementara hasil sampingannya berupa elektron yang kemudian dimanfaatkan sebagai listrik. Dan, semakin tua umur padi akan makin banyak menghasilkan elektron.

Uji coba E-Paddy (BBC)
Uji coba E-Paddy (BBC)

Elektron yang dikumpulkan akan diserap oleh anoda dan disalurkan ke katoda. Proses dari anoda ke katoda itu yang kemudian menghasilkan sebuah aliran listrik. “Berdasarkan penelitian, hasil optimal dengan penyiraman 500 mililiter air dan pupuk kompos 5 persen, diperoleh tegangan 331,6 mvolt dalam setiap menit. Itu skala kecil untuk satu pot yang berisi 20 helai tanaman padi,” ungkap Dheniz.

Agar bisa dimanfaatkan, listrik tersebut disimpan terlebih dahulu di sebuah baterai. Setelah terkumpul, barulah baterai tersebut dapat digunakan untuk segala keperluan, di antaranya mengisi baterai smartphone dan laptop.

E-Paddy isi ulang baterai smartphone (Merdeka)
E-Paddy isi ulang baterai smartphone (Merdeka)

Berdasarkan hitungan Dheniz, satu Ha tanaman padi di sawah bisa menghasilkan 21 giga joule per second. Jumlah tersebut diperkirakan dapat digunakan untuk penerangan di sawah dan kampung.

Inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi. Tanaman padi dipilih lantaran lahan sawah masih cukup luas. Mereka berharap teknologi ini dikembangkan karena lebih murah dan ramah lingkungan.

â??Teknologi PMFC, Plant Microbial Fuell Cell ini alangkah lebih baik dikembangkan untuk mencukupi aliran listrik di daerah yang belum teraliri listrik. Intinya kita tetap akan mengembangkan teknologi, agar tersebar luas di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan listrikâ? kata Dheniz. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Es Krim Ini Cuma Ada di Indonesia

Mengenal Lebih Dekat Tokoh-tokoh Power Rangers Versi Baru