Foot Binding: Mendambakan Kaki yang “Sempurna”

Foot Binding adalah suatu tradisi pengikatan kaki yang dilakukan oleh wanita-wanita china pada zaman Dinasti Tang / Tangchao (618-907) di abad ke-10. Tradisi ini dijalani oleh wanita begitu berusia 6-7 tahun. Tradisi ini telah menghadirkan penderitaan besar bagi para perempuan China pada masa itu. Memiliki kaki yang mungil bagai bunga lotus yang kuncup menjadi dambaan wanita-wanita china.

Semakin kecil kaki seorang gadis maka akan semakin cantik ia dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 cm saja. Kaki yang sempurna adalah kaki yang panjangnya 3 inci (7,5 cm). Kaki yang berukuran 3 inci akan mendapat julukan sancun jinlian, atau Golden Lotus / Teratai Emas.

Namun, banyak diantara mereka yang gagal membentuk kaki mereka seperti bunga lotus yang kuncup, mengeluarkan daging hingga nanah tanpa membentuk bunga lotus. Tidak sedikit pula yang meninggal akibat menderita infeksi yang berkepanjangan.

Bagi mereka ini adalah bentuk kepatuhan dan kekuatan bertahan dalam  penderitaan, karena hanya lewat penderitaanlah kebahagiaan didapatkan. Hal ini membuat wanita china pada saat itu berpikir bahwa untuk menjadi cantik harus mempunyai kaki yang kecil.

Legenda mengatakan bahwa ada seorang selir dari Pangeran Yao Niang yang berjalan dengan anggunnya dengan kaki diikat sehingga kaki diikat menjadi trend pada masa itu. dan mulai menyebar pada golongan kelas atas. Tetapi hal ini meyusahkan bagi wanita yang membantu orang tuanya berladang. Wanita dengan kaki terikat tidak bisa berjalan dengan baik sama sekali dan ketika harus bekerja diladang sering kali mereka harus berjalan merangkak.

Bagi wanita china dimasa itu pengikatan kaki menjadi suatu kewajiban, bagaimana tidak, karena pengikatan kaki menjadi suatu persyaratan untuk menikah. Laki-laki tidak akan menikahi wanita yang kakinya tidak diikat. Seorang ibu harus mengikat kaki anak perempuannya sebab kalau tidak maka anak perempuannya hampir pasti tidak akan menikah. Para orang tua mengatakan bahwa para gadis-gadis yang tidak mengikat kakinya akan menjadi perawan tua yang berkaki besar yang tidak diinginkan oleh siapapun. Tradisi ini menjadi lambang kesucian bahwa sekali diikat maka tidak akan bisa dibuka lagi seperti sabuk kesucian.

Hari pengikatan pun tidak sembarang dilakukan, biasanya dilakukan pada 24 bulan 8 penanggalan Cina, yang bertepatan dengan hari ulang tahun â??Dewi Kaki Kecilâ?? atau 19 bulan 2 penanggalan Cina, yang merupakan hari ulang tahun Dewi Kuan Im atau Dewi Welas Asih. Sebelum upacara pengikatan kaki dilaksanakan ibu dari wanita yang kakinya akan diikat melakukan persembahan dengan menyediakan sesaji bola-bola nasi ketan kepada â??Dewi Kaki Kecilâ? dan buah-buahan serta kue sebagai persembahan kepada sang Dewi. Kemudian mereka menyalakan dupa dan berdoa agar selama proses pengikatan menghasilkan kaki kecil yang â??sempurnaâ? atau disebut Golden Lotus.

Proses pengikatan, pertama-tama membengkokan jemari kaki kebelakang dengan bilah bambu dan membungkusnya dengan erat. Hal ini akan membuat wanita yang diikat kakinya menjerit kesakitan. Lalu kaki dibalut dengan kain putih yang sudah diberi tawas hingga berlapis-lapis. Setelah semua selesai kaki jemari itu dipukul dengan palu kayu. Dan gadis yang begitu cantik berubah menjadi manusia aneh yang tak dapat melakukan apa-apa sekalipun pekerjaan sederhana.

Namun ditahun 1900-an gerakan anti-pengikatan kaki mulai meluas. Berbagai seruan didengungkan â??sistem feodal itu buruk bagi kaum wanita, yang hanya menjadi mainan, tapi kami punya kaki alamiah, kami dapat berlari, melompat dan bermain ditengah hujan, tidak seperti kaki cacat yang mendatangkan kesakitan, jadi lepaskanlah pembungkusmu gadis-gadis! Dan ikutlah bergembira bersama kamiâ?.

Melalui Revolusi Sun Yat Sen, tradisi pengikatan kaki benar-benar dilarang. Hingga gadis-gadis yang diikat kakinya sudah tidak disukai lagi oleh laki-laki. Anak laki-laki dari keluarga kaya kini telah mengikuti cara berpikir yang baru. Udara segar telah berhembus di negeri china aspek kehidupan yang menakutkan kini telah terkikis dengan revolusi anti-pengikatan kaki.

Written by Ardy Messi

Work in PR agency, Strategic Planner wannabe, a bikers, a cyclist, music and movie freak, Barca fans.

Opium Menjadi Ucapan Selamat Datang di Desa Bishnoi

Mencicipi Sejarah Pasta yang Berasal dari China