Pagi itu, Tony Stark sedang membaca koran di teras rumahnya. Karena ia bisa keluarkan zat panas sendiri, disundutkan tangan setrikaannya (baca: iron) ke rokok. Jadilah simsalabim, alah… rokok doang. Si Iron Man sedang membaca koran harian Sinar Terbit Maju Jaya Habis Gelap Terbitlah Terang. Baru baca halaman depan dia terkaget-kaget, “Oh my God, tangan gue ada yang nyamain.” Manusia mana itu.
Orang itu adalah orang Indonesia, berdomisili di Desa Nyuh Tebel, Karang Asem, Bali. I Wayan Sumardana namanya. Namanya tenar (bahasa kekiniannya: diperbincangkan netizen) pada awal 2016 lalu, karena ia memiliki tangan robot yang diciptakannya. Tak pelak, lengan pria yang karib disapa Tawan itu disebut “Iron Man”.
Kata Tawan, tangan “Iron Man” ini tidak untuk menumpas kejahatan, bukan untuk membumibinasakan Loki, musuh di film Avengers, tapi untuk diperdayakan dalam pekerjaannya sebagai tukang las. Langsung saja, Tawan didatangi banyak orang, terutama wartawan lokal dan internasional untuk diwawancarai. Tawan mengaku tangannya mendadak terkena stroke 6 bulan sebelumnya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berkreasi membuat tangannya kembali berfungsi agar tetap bisa bekerja sebagai tukang las.
Namun pengakuan Tawan soal tangannya tersebut dibantah oleh Director Neuroscience Center pada Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, dr Rizki Edmi Edison PhD yang menyambangi Tawan langsung di rumahnya. dr Rizki menyimpulkan bahwa hoax.
“Sayang sekali, setelah melihat langsung elektroda yang ditempatkan di kepala dan tangan robot, saya bisa pastikan keseluruhannya hanyalah hoax semata,” demikian ditulis dr Rizki melalui akunnya pada Facebook, beberapa jam lalu. Setelah saya amati dengan seksama, terdapat keanehan pada peletakan elektroda di kepala Tawan, yang menurutnya menghantarkan perintah dari otak ke mesin, sehingga tangan robotnya bisa digerakkan.”
Menurut dia, sebenarnya, Hoax ini dapat dipercaya begitu mudah oleh masyarakat karena pengaruh media massa mainstream. Jurnalis meliput begitu saja tanpa melakukan investigasi atas adanya sejumlah kejanggalan.
Dari hal tersebut, kali ini, jadiBerita ingin membantu kamu agar menjadi pembaca cerdas yang tak mudah percaya dengan kabar apapun tanpa harus konfirmasi yang jelas, di mana saat ini, tengah marak berita HOAX. Berikut Tips Menjadi Pembaca Cerdas #NoHOAX
1. Baca sumber berita kredibel, agar tidak terjebak hoax

Pastikan sumber berita atau media yang kamu baca adalah media yang kredibel. Setidaknya sudah begitu dikenal dan memiliki struktur organisasi dan lokasi kantor yang jelas. Jurnalis-jurnalis di bawah media kredibel yang memang pada umumnya adalah media mainstream tentu sudah dilatih agar selalu bertanggung jawab terhadap berita yang mereka publikasikan.
2. Baca berita menyeluruh

Seringkali, pembaca terjebak hanya pada judul saja. Baru baca judul saja, sudah langsung percaya begitu saja. Padahal ternyata isi beritanya ada konfirmasi penjelasan yang lebih lengkap. Jadi sebaiknya kamu baca dulu ya beritanya secara menyeluruh. Pahami dahulu, baru kemudian share atau pun berkomentar jadi tidak terjebak berita hoax.
3. Baca beberapa sumber

Yang terjadi sekarang adalah maraknya situs-situs dan blog yang dengan bebas memuat berita-berita apapun, yang kebanyakan belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Sementara, media mainstream (seperti Detik, Liputan6, Kompas) yang diharapkan bisa menjadi poros utama kebenaran saja, kadang ada beberapa berita yang belum bisa dipastikan, apakah berita itu benar atau HOAX. Maka, sebaiknya kamu baca beberapa sumber berita untuk suatu hal, kasus, kabar yang sedang ramai.
4. Cek saksi dan sumber berita

Berita yang bisa dipercaya adalah berita yang memuat kesaksian dari seseorang yang benar-benar mengalaminya. Misal ada konser Giant di Lapangan Senayan. Terus si upin bilang konsernya si Giant bikin kuping dia mau pecah. Nah, kamu mesti cek terlebih dahulu apakah kuping si Ipin beneran pecah, (eh) maksudnya kamu cek dulu apakah benar si Ipin itu datang ke lokasi. Atau ternyata si Ipin cuma diberitahu (katanya) si saudara kembarnya yang nonton, Upin. Jadi penting banget nih, saksi yang bicara harus benar-benar kredibel ada di lokasi. Artinya sumber kabar bahwa konser Giantnya bikin kuping mau pecahnya benar-benar jelas.
5. Tanya ahlinya

Kadang, baca berita secara menyeluruh dan cek berbagai sumber tidak cukup untuk kamu mengetahui apakah berita itu HOAX atau tidak. Ada baiknya, kamu coba tanya ke orang yang ahli terkait berita tersebut. Jika beritanya soal seorang pria yang bisa bertelur, coba kamu tanya ahli telur, eh maksudnya ahli biologi atau teman yang mungkin adalah seorang dokter kandungan.
Yup, jadi pembaca cerdas, skeptis, dan kritis. Karena berita yang kamu share dan yang kamu “comment” itu sebenarnya menunjukkan brand personality kamu lho, JB’ers. Happy reading and be brilliant social media savvy yap. (jow)
*bagian awal berita ini tentang Tony Stark “ngopi” hanyalah fiktif belaka, HOAX. Mohon maaf jika ada kesalahan nama atau tokoh