spot_img
spot_img
BerandaPeopleRaih IPK 4, Anak Tukang Becak Ini Jadi Mahasiswa Terbaik ITB

Raih IPK 4, Anak Tukang Becak Ini Jadi Mahasiswa Terbaik ITB

Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Herayati bisa mendapatkan Indeks Prestasi (IP) 4. Mahasiswi jurusan Kimia Fakultasi Matematika dan IPA (FMIPA) ITB semester 6 ini menjadi salah satu yang berprestasi tahun ini.

Hera, sapaan akrabnya, mendapatkan nilai sempurna ketika berada di semester 5. Padahal saat itu merupakan semester berat baginya. Mengingat, banyak pelajaran praktik dan juga mengambil mata kuliah tambahan.

Mata kuliah Principia Kimia itu berasal dari program honours (kehormatan) yang diikutinya. Program tersebut dikhususkan bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata.

“Nggak nyangka sama sekali bisa dapat IP 4 di semester 5. Karena semester 5 ini berat, banyak praktik dan ngambil mata kuliah tambahan juga dari program honours yang saya ikuti,” kata Hera, seperti dikutip dari Detikcom, Senin (13/2/2017).

Herayati Bantennews
Herayati (Bantennews)

Berasal dari keluarga yang terbatas secara ekonomi tak membuat Hera putus asa untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Ayah Herayati, Sawiri yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak, tentunya kesulitan untuk membiayai kuliah anaknya. Namun, berkat prestasi Hera, ia bisa mendapat beasiswa berkuliah di ITB.

“Sehari-hari saya tukang becak, narik di lingkungan rumah sakit Krakatau Medika. Sehari-hari narik di situ,” kata Sawiri saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Banten.

Sawiri mengatakan anaknya memang gemar sekali belajar matematika. “Hera nggak maluan. Awalnya nanya Pak matematika caranya gimana? Saya jawab, Nong kalau matematika kuncinya di perkalian,” kata Sawiri bercerita.

Berkat ajarannya itu, prestasi Hera makin berkembang. Soal perkalian, pembagian dan pengurangan menurut Sawiri mudah dikuasai oleh anaknya.

Dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulomerak menurut Sawiri, anaknya pun tidak pernah lepas dari prestasi. “Kalau pulang sekolah langsung belajar. Kalau ada temannya ke rumah, Hera baru main,” ujarnya.

Mengenai kegiatan-kegiatan di sekolah, Sawiri mengaku tidak terlalu memperhatikan secara utuh. Namun, begitu pembagian rapor, yang ia tahu anaknya selalu saja mendapatkan peringkat. Sewaktu lulus dari SMA, anaknya pernah ditanya oleh wali kota Cilegon.

“Pernah ditanya sama wali kota mau sekolah di mana. Katanya mau ke ITB. Alhamdulillah sekarang di sana,” katanya.

Muhammad Sawiri Ayah Herawati Gonews
Muhammad Sawiri, Ayah Herawati (Gonews)

Hera pun membagikan kunci suksesnya meraih IPK sempurna. Selama kuliah, Hera tak lepas dari ketekunannya mengikuti perkuliahan selama ini. Selain itu, dia kerap belajar bersama di luar kampus.

“Tapi yang berbeda dari semester-semester sebelumnya, saya lebih meningkatkan ibadah seperti puasa Senin-Kamis, salat dhuha. Lebih mendekatkan diri dengan Allah, dengan beban yang berat ini,” kata dia.

Menurutnya salah satu motivasinya untuk terus berprestasi ialah orang tua. Ayahnya yang hanya bekerja sebagai tukang becak, tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sehingga, ia ingin membanggakan orang tuanya lewat nilai kuliah.

“Motivasinya orang tua. Nilai bagi saya penting untuk membahagiakan orang tua. Selain itu sebagai pertanggungjawaban saya supaya tetap dapet beasiswa dari kampus,” tutur dia.

Sukses meraih prestasi tak lantas membuat Hera berpuas diri. Hera masih ingin mencapai cita-citanya sebagai seorang dosen. Karena itu, dia harus mengambil pendidikan S2, karena syarat untuk menjadi dosen minimal berstatus S2.

Berkat keinginan yang keras itu, jalan menuju cita-citanya itu mulai terbuka. Saat ini, Hera sedang mengikuti program honours (kehormatan) yang ada di FMIPA ITB. Lewat program itu, Hera bisa melangkah ke program unggulan lainnya yaitu fast track.

“Jadi program fast track itu membuat kita bisa kuliah S1 dan S2 selesai dalam waktu 5 tahun. Ini kesempatan yang baik buat Hera. Mudah-mudahan lancar terus ke depannya,” ungkap dia.

Hera mengaku apabila nantinya terwujud cita-citanya menjadi dosen, ia ingin mengajar di salah satu universitas di tempat tinggalnya di Banten. Hal ini sebagai salah satu pengabdiannya.

“Kalau jadi dosen pengennya di Untirta (Banten). Karena Hera dapet beasiswa dari Pemkot (Cilegon). Jadi pengen mengabdi di sana. Biar dekat juga sama orang tua,” ucap Hera.

Semoga prestasi Hera masih terus berlanjut, lebih bagus lagi nantinya bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. (tom)

Hutomo Dwi
Hutomo Dwi
Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.
Trending
close