Bekerja sebagai Tukang Kebun, Ternyata Pria Ini Seorang Raja

Sehari-harinya, pria ini terlihat bekerja sebagai seorang tukang kebun. Namun siapa sangka, ternyata dia adalah raja di negerinya. Siapa dia? Dia adalah Eric Manu. Bagaimana kisahnya dia bisa menjadi tukang kebun padahal dia adalah raja? Berikut kisahnya seperti dilansir dari Global News, Selasa (4/4/2017).

Eric Manu adalah seorang pria asal Ghana. Dia pindah ke British Columbia pada 2012, setelah menikahi seorang perempuan Kanada yang ditemuinya di Ghana. Di negeri orang, pemuda yang kini berusia 32 tahun itu bekerja menata taman atau kebun. Namun, nasib berkata lain. Pamannya yang menjabat sebagai kepala suku meninggal dunia.

Akhirnya, pada musim panas 2015, panggilan telepon dari kampung halaman mengubah hidupnya. Para tetua adat memintanya menjadi pewaris takhta. Awalnya, Manu menolak. “Aku terlalu muda untuk itu,” katanya. Namun, warga adatnya yakin bahwa sudah takdirnya menjadi pemimpin.

Eric Manu (CTV News)

Setelah pikir-pikir, Manu akhirnya setuju. Dia kemudian melapor ke bosnya, Susan Watson. Ia bahkan mengundang perempuan itu di acara penobatannya. Akhirnya, Manu pun kemudian dimahkotai sebagai pemimpin Suku Akan di Desa Adansi Aboabo Nomor 2 di Ghana selatan pada tahun 2015.

Hanya sebentar duduk di singgasana, Manu kembali ke Kanada. Ia juga meneruskan pekerjaannya sebagai seorang tukang kebun. Sehari-hari, ia mengayunkan cangkul, menyingkirkan gulma, serta menanam dan menata tumbuhan.

Eric Manu (The Star)

Banyak orang bertanya kepada Manu, kenapa dia tetap memilih untuk menjadi seorang tukang kebun, padahal dia adalah seorang raja. “Ini adalah wujud dari keinginanku untuk tetap rendah hati. Kapan pun berada di Kanada, aku bangga bisa bekerja untuk bosku,” jelasnya.

Manu rela menyingkirkan egonya sebagai pemimpin demi mengumpulkan uang untuk memperbaiki layanan kesehatan bagi rakyatnya di Ghana yang berjumlah 6 ribu.

Manu dan bosnya, Susan Watson, lalu mendirikan Yayasan To the Moon and Back Foundation. Mereka mengirimkan kontainer berisi obat-obatan, alat-alat sekolah, dan pakaian yang tiba di Ghana musim semi ini. Yayasan tersebut terus mengumpulkan uang dan donasi, berharap bisa mengirimkan kontainer kedua berisi peralatan untuk meningkatkan kualitas klinik lokal.

Susan Watson dan Eric Manu (The Star)

“Desanya sungguh miskin. Klinik di sana hanya punya satu bidan, sejumlah perawat, tapi sama sekali tak ada dokter,” kata Watson

Manu bertekad melakukan segala macam cara untuk menyejahterakan rakyatnya. “Aku ingin rumahku, desaku, menjadi ‘Kanada kedua’.” (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Tempat Paling Terasing di Dunia yang Mungkin Belum Kamu Tahu

Ban Canggih Masa Depan, Tak Perlu Angin dan Anti Bocor