Kebanyakan orang mungkin bertanya-tanya mengapa bentuk hidung orang Timur Tengah atau negara-negara Eropa, kerap terlihat lebih mancung dari pada hidung orang Asia, termasuk Indonesia. Kenyataannya tidak semua orang melakukan operasi plastik untuk membuat hidungnya terlihat menarik, karena memang bentuk hidung dipengaruhi banyak faktor, salah satunya ternyata faktor cuaca.
Para peneliti menemukan lewat sebuah studi yang menggunakan gambar tiga dimensi ratusan orang keturunan Asia Timur, Asia Selatan, Afrika Barat dan Eropa Utara, yang mengindikasikan bahwasannya ada faktor iklim lokal, khususnya temperatur dan kelembaban, memainkan menjadi peran kunci dalam menentukan bentuk hidung
Hidung yang lebih lebar lebih umum pada orang-orang dari daerah dengan iklim hangat dan lembab menurut temuan mereka, seperti negara-negara di Asia. Sedangkan hidung yang lebih sempit lebih umum pada mereka yang berasal dari daerah dengan iklim dingin dan kering seperti negara-negara di Eropa.

Fungsi hidung utamanya untuk bernafas dan membaui. Ada lendir dan kapiler darah di dalam hidung yang membantu menghangatkan dan melembabkan udara yang dihisap sebelum mencapai bagian-bagian sensitif dari saluran pernafasan. “Memiliki nasal lebih sempit bisa membantu meningkatkan kontak antara udara yang dihisap dan jaringan di dalam hidung yang membawa kelembaban dan panas,” kata ahli genetik Penn State University, Arslan Zaidi, penulis utama studi yang terbit di jurnal PLOS Genetics, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/5/2017).
Menurutnya, hal ini mungkin memberikan manfaat di iklim yang lebih dingin. â??Di iklim yang lebih hangat, sisi lainnya mungkin benar,â? lanjutnya.
Sekitar 200 ribu tahun lalu, spesies kita muncul di Afrika. Lalu, mereka bermigrasi ke bagian-bagian lain di dunia. Para peneliti mengatakan, orang dengan lubang hidung lebih sempit mungkin lebih baik dan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan mereka yang memiliki lubang hidung lebih lebar di daerah lebih dingin dan lebih kering.

Secara umum, temuan itu mendukung apa yang disebut aturan Thomson, yang diformulasikan oleh ahli anatomi dan antropologi Inggris Arthur Thomson (1858-1935), bahwa orang dari daerah iklim dingin dan kering cenderung punya hidung yang lebih panjang dan lebih ramping ketimbang orang-orang dari daerah beriklim hangat dan lembap.
Zaidi mengatakan, bukti paling berharga sehubungan dengan aturan Thomson datang dari pengukuran tengkorak. Sementara, studi ini memperluasnya dengan melakukan analisis eksternal bentuk hidung. Para peneliti mempelajari lebar hidung, lebar lubang hidung, tinggi hidung, panjang punggung hidung, ujung tonjolan hidung, area permukaan eksternal dan total area lubang hidung.
â??Kami uji hipotesis yang sangat sederhana mengenai hidung, yang tampaknya punya sejarah evolusi kompleks. Banyak yang tidak kita ketahui,â? kata Zaidi. (tom)