Kisah Anak Super Cerdas dari Surabaya, Sampai Dikira Sakit Jiwa Saking Pintarnya

Audrey Yu Jia Hui (Facebook)

Sepertinya Indonesia belum siap dengan orang super cerdas. Buktinya, terdapat cerita dari seorang anak ajaib yang kini sudah berusia 29 tahun bernama Audrey Yu Jia Hui. Ia mengisahkan tentang dirinya yang pernah akan dibawa ke dokter jiwa karena saking pintarnya.

Sosok yang lahir pada 1 Mei 1988 di Surabaya tersebut, sedari kecil telah memperlihatkan sejumlah tanda-tanda kecerdasan yang nggak lazim pada anak seusianya. Memasuki usia 3 tahun, dirinya sangat kesulitan mendapatkan teman lantaran “pemikiran aneh” yang ada dalam benaknya. Saat itu, “benih-benih” pola pikir jenius tersebut, dianggap nggak sesuai dan jauh dari hal normal anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun. Pemikiran Audrey ini juga merepotkan orangtuanya, terutama sang ibu. Teman-teman sang ibu menyarankan agar membawa Audrey ke dokter jiwa.

Akibatnya, di usia yang masih belia, dirinya pun harus merasakan susahnya depresi ala orang dewasa dan stres yang berkepanjangan. Sebagai pelipur rasa frustasinya tersebut, ia pun mencurahkan perhatiannya pada buku-buku sastra dan kamus yang sering dibacanya. Dirinya juga teringat akan pesan gurunya semasa SD, bahwa setiap cita-cita, pasti akan tercapai jika diiringi dengan sikap giat belajar dan bersungguh. Berbekal petuah ini, dia pun berhasil lulus kuliah pada usia yang masih cukup belia, yaitu 16 tahun.

Audrey Yu Jia Hui (Fotojet)

Diketahui, dulunya Audrey bercita-cita untuk menjadi seorang tentara. Cita-cita ini terinspirasi dari banyaknya siswa Indonesia yang pernah belajar di Amerika Serikat, memilih masuk militer ketika pulang ke tanah air. Dalam benaknya, lingkungan militer yang mengusung prinsip egaliter atau “semua sama rata” tersebut, dinilai sebagai jalan yang mulus baginya untuk mendapatkan teman atau bahkan kekasih.

Dalam perjalanannya menggapai impian menjadi seorang tentara, dirinya mengakui ada banyak halangan dan penolakan yang harus dihadapinya. Nggak hanya itu, dirinya bahkan harus menerima kenyataan pahit, menjadi bulan-bulanan kebencian oleh orang-orang di sekitarnya, Yang miris, dirinya bahkan ditinggalkan dan rencananya tersebut dianggap sebagai main-main belaka.

Sikap diskriminatif tersebut ternyata pernah dialami oleh Audrey semenjak kecil. Pada saat Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan reformasi, dirinya yang merupakan keturunan Tionghoa, mengaku mengalami peristiwa yang cukup sulit kala itu. Anggapan tidak nasionalis dan bukan pribumi asli, sering dialaminya. Walau ia mengaku bahwa dirinya merupakan sosok yang Pancasilais, nggak ada yang mau menggubrisnya pada saat itu.

Gagal berdinas di kemiliteran, dirinya pun merubah haluan hidupnya menjadi seorang penulis. Tercatat, ada beberapa buku yang telah ditulisnya hingga saat ini. Salah satu yang menarik perhatian adalah bukunya yang berjudul “Mencari Sila Kelima” atau “Tong Bao” dalam bahasa Tiongkok. Dalam buku tersebut, dirinya menekankan bahwa pentingnya nilai-nilai Pancasila untuk diamalkan, bukan sekedar menjadi teori ideologi belaka.

Audrey adalah satu dari sekian banyak permata Indonesia yang “disia-siakan” negaranya. Padahal, ia masuk dalam 72 ikon Prestasi Indonesia pada 2017 lalu. Nama Audrey kembali jadi perbincangan setelah seorang pengguna Facebook bernama Rudi Kurniawan menuliskan kisahnya di dinding Facebook-nya pada tanggal 26 Januari lalu.

Audrey Yu Jia Hui (Instagram)

Dari cerita yang ditulis Rudi, kita tahu, Audrey benar-benar anak ajaib. Ia menyelesaikan sekolah dasarnya hanya 5 tahun, SMP 1 tahun, dan SMA 11 bulan, persis di usianya yang masih 13 tahun. Persoalan terjadi ketika ia hendak masuk ke perguruan tinggi. Saat itu nggak ada satu pun kampus di Indonesia yang mau menerima bocah usia 13 tahun sebagai mahasiswanya.

Meski demikian, Audrey masih belum menyerah. Audrey akhirnya memutuskan pergi ke luar negeri, persisnya ke University of Virginia di Amerika Serikat, mengambil jurusan fisika.Ia hanya membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk merampungkan studinya dengan gelar cumlaude. Saat itu, umurnya masih 16 tahun.

Kepandaian Audrey nggak hanya sampai situ. Ketika masih berusia 10 tahun, sekor TOEFL-nya sudah 573, yang memecahkan rekor MURI untuk sekor TOEFL tertinggi di usia termuda. Saat usianya 11 tahun, ia telah hafal di luar kepala kamus Indonesia-Inggris yang tebalnya 650 halaman. Dan ketika usianya 14 tahun, skornya naik menjadi 670.

Sayangnya, kepintaran dan kecerdasannya justru membuatnya terkucilkan. Orang-orang dewasa di sekitarnya menganggapnya nggak normal. Teman sebayanya menyebutnya aneh, harus dijauhi, dan nggak bisa diajak berteman. Intinya, ia dikucilkan teman-temannya.

Meski sempat mengalami penolakan oleh bangsanya sendiri, hal tersebut nggak lantas membuat seorang Audery membenci Indonesia. Berbekal kejeniusan dan semangatnya akan nilai luhur Pancasila, dia berusaha bangkit dan menepis segala tuduhan yang menyudutkan dirinya. Bahkan, melalui karya tulisnya, Audrey mampu menjadi contoh nyata yang membuka mata hati pribumi Indonesia, tentang bagaimana menghayati Pancasila tanpa harus membenci latar belakang etnis tertentu. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Mau Jadi Pembuat Game? Ini 5 Tools Bikin Game Tanpa Perlu Belajar Programming

5 Cover OST Dilan 1990 Terbaik, Mana yang Paling Kece?