STORY: Citra, Sang Ratu Jamu Gendong Indonesia

Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan. Apalagi, menjalani pekerjaan yang membuat orang lain sehat, tentunya akan lebih menyenangkan untuk dijalani. Hal itulah yang dijalani oleh Citra Wahidatul Jannah, seorang penjual jamu keliling asal Desa Ndaleman, Kutoarjo, Purworejo.

Di balik parasnya yang cantik, perempuan berusia 21 tahun itu mengaku tak malu menjalani aktivitas kuliahnya sebagai mahasiswi semester V jurusan pendidikan matematika di Universitas Muhammadiyah Purworejo, sembari menjual jamu tradisional secara berkeliling. Dilihat dari jurusan kuliah yang diambilnya, tak heran kalau dirinya bercita-cita menjadi seorang pengajar.

Dia memanfaatkan waktu luang kuliahnya untuk mengayuh sepedanya sembari menawarkan jamu tradisional yang diracik oleh tantenya, Harmi. â??Saya senang berjualan jamu, karena dari jamu inilah saya bisa hidup dan membiayai kuliah saya. Awalnya cuma bantu-bantu bulik (tante) saya saja,â? kata perempuan yang akrab disapa Ida ini, sebagaimana dilansir dari Detikcom, Jumat (9/1/2015).

Citra yang lahir pada tanggal 23 Januari 1993 ini menjelaskan, jamu merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidupnya. Dari jamu itu, secara turun temurun lahir penghidupan dan terus dilestarikan oleh keluarganya hingga saat ini.

Berbekal pengetahuan menjual jamu, Ida akhirnya memberanikan diri untuk berjualan jamu keliling dengan sepeda tua warisan orang tuanya.

Citra mengaku tidak setiap hari berkeliling menjajakan jamu gendong. Untuk berjualan, penggemar jamu kunyit asam seduhan jamu pegal linu ini hanya memanfaatkan waktu luang saat tidak ada jadwal kuliah. “Jualannya nggak setiap hari karena saya juga masih meneruskan kuliah. Jadi kadang titip-titip di tukang sayur,” kata Ida.

Terkait pekerjaannya sebagai penjual jamu gendong, Citra mengaku tidak pernah merasa malu. Penghasilannya memang tidak seberapa, namun diakuinya cukup untuk membantu membiayai kuliahnya. “Kalau malu, saya nggak bisa kuliah,” katanya.

Citra menilai popularitas jamu di kalangan anak muda memang masih rendah. Oleh karenanya, Citra menilai positif program kampanye minum jamu yang tengah digalakkan oleh beberapa kementerian.

Persepsi bahwa jamu rasanya pahit, menurut Citra paling membuat kaum muda enggan mencoba minum jamu. Padahal tidak semua jamu rasanya pahit, dan yang pasti obat tradisional ini lebih aman dari risiko efek samping.

“Jangan pernah takut minum jamu. Jangan takut pahit, toh obat-obat di warung juga pahit,” pesan Citra yang saat ini tengah menabung untuk membuka depot jamu seduh kecil-kecilan.

Karena kecantikan dan juga kepiawaiannya meracik jamu, maka dirinya memutuskan untuk mengikuti ajang Ratu Jamu Gendong Indonesia tahun 2104 lalu, dan akhirnya keluar sebagai juara pertama.

Gadis berusia 21 tahun itu memikat hati dewan juri karena kepiawaiannya meracik aneka rempah-rempah menjadi jamu tradisional. Ida juga dinilai paling luwes tatkala menyajikan jamu racikannya kepada para konsumen. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

5 Aktor Indonesia yang Cocok Jadi James Bond

Menikmati Pemandangan Kota Padang di Bukit Nobita