spot_img
spot_img
BerandaNewsMengenang Sosok Verryz Yamarno, Pemeran Mahar Laskar Pelangi

Mengenang Sosok Verryz Yamarno, Pemeran Mahar Laskar Pelangi

Dengan radio yang selalu menggantung di lehernya, tokoh Mahar dalam film “Laskar Pelangi” selalu terdepan untuk urusan seni. Ia pun senantiasa digambarkan ceria dan pantang menyerah. Karakter dan pembawaan itu tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki Verrys yang memerankan Mahar. Namun, ada pula perbedaan antara Verrys asli dengan Verrys ketika menjadi Mahar.

Saat syuting, Verrys mengaku harus menahan nafsu makannya agar badannya tidak melebar. Padahal dia sendiri merupakan seseorang yang suka makan apapun yang dihidangkan. “Waktu syuting, makananku memang dibatasi. Itu perintah langsung dari Mas Riri Riza, karena perannya, kan, jadi anak orang miskin. Masa anak orang miskin gemuk?” katanya seperti dilansir dari Tabloidnovacom, Selasa (13/1/2015).

Dalam kesehariannya, bungsu dari dua bersaudara ini tak pernah lepas dari musik. Bahkan honor pertamanya dari bermain film, sebagian digunakan untuk membeli MP4 Player dan seperangkat drum mainan. Maklum saja, Verrys sangat menggilai alat musik gebuk itu.

“Maunya beli drum asli, yang sungguhan, tapi tak ada duit. Mahal nian,” ujarnya dengan dialek Belitung yang khas.

Saat berusia tujuh tahun, orangtua Verrys, Normala-M. Yamin bercerai. Sejak itu, ia tinggal bersama kakak dan ibunya di Desa Gantung, Belitung Timur. Namun, meski besar di keluarga yang tidak utuh, Verrys tumbuh sehat jasmani dan rohani. Yang jelas, ibunya mendidiknya cukup keras.

Kehidupan mereka pun jauh dari mewah. Rumah kayu yang ditempati, belum dilengkapi saluran listrik. Malam hari, mereka mengandalkan lampu minyak sebagai penerangan. “Mau beli genset tapi tak ada duit. Mending ditabung untuk sekolah. Kalau malam, aku sering ngungsi ke rumah Nenek. Di sana suka nonton TV dan dengar musik,” katanya.

Siapa sangka, dalam kesederhanaan, Verrys justru bisa tumbuh menjadi anak yang sangat berbakat. Termasuk untuk urusan musik. “Aku suka lagu-lagu Chrisye, Ebiet G. Ade, dan Koes Plus. Aku juga suka Siti Nurhaliza. Semua lagu mereka indah,” ungkap Verrys.

Tiga tahun setelah film yang dia perankan meledak, Verrys sudah lebih dewasa dan jauh dari kesan anak kampung. Meski terlihat ceria, namun Verrys menyimpan kecewa. Dia merasa apa yang dilakukan bersama anak-anak “Laskar Pelangi” kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal dengan peran mereka di film fenomenal tersebut, nama daerah telah terkenal di Indonesia. “Saya dikontrak di film itu 8 juta. Kemudian dapat royalti 6 juta ditambah dari Miles Co 10 juta. Jadi total saya dapat dari main film itu sekitar 24 juta,” jelasnya

Uang yang termasuk besar itupun kini habis tak berbekas. Selain dipakai untuk biaya keseharian dia dan ibunya yang menjanda, Verrys juga menggunakannya untuk biaya pengobatannya. Setelah menikmati ketenaran pasca pemutaran “Laskar Pelangi”, Verrys mendapat musibah. Dia mengalami kecelakaan motor di kampungnya. Selama 14 hari ia tak sadarkan diri akibat luka parah. Untungnya dengan tanggungan Askes dan uang keringatnya bermain film, Mahar bisa sembuh. Namun musibah itu tetap meninggalkan bekas di tubuhnya, yaitu satu ruas jari telunjuk kanannya putus tak bisa disambung lagi.

Verrys mengaku, pasca selesainya kontrak di “Laskar Pelangi”, tidak ada pendapatan yang mereka terima dari film itu. Gaung besar fenomena Laskar Pelangi tidak begitu mereka rasakan nikmatnya. Kalaupun ada yang tersisa, mereka masih menikmati beasiswa hingga S1 dari PT Pertamina dan komputer pemberian PT Pelindo. “Sebenarnya ada juga komputer dari Presiden SBY untuk kami. Tapi sekarang sudah rusak. Jadi yang bisa dipakai sekarang yang pemberian Pelindo,” katanya dengan logat kental Belitung pada tahun 2012 lalu.

Ketika ditanya apa cita-cita Verrys, dirinya mengaku ingin menjadi Ustaz dan dirinya ingin bermain film lagi jika ibunya mengizinkan. Namun, sayang, kini cita-cita Verrys tinggal kenangan setelah ia ditemukan tak bernyawa di usianya yang ke-18, di kamar kosnya di Jalan Kramat V, Kenari, Senen, Jakarta Pusat, Senin kemarin.

Selamat jalan, Verrys. (tom)

Hutomo Dwi
Hutomo Dwi
Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.
Trending
close