Dalam masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, nama Mohammad Hatta atau biasa dikenal sebagai Bung Hatta adalah salah satu proklamator yang dianggap paling berjasa membangun negeri ini di samping Soekarno. Sosok beliau yang sederhana dan mengabdikan hidupnya untuk negara sangat cocok untuk menjadi teladan kita sebagai penerus bangsa.
Salah satu bukti nyata bahwa Bung Hatta memang benar-benar seorang nasionalis adalah janjinya untuk tidak menikah sampai Indonesia resmi merdeka. Tak sekadar janji, pria yang lahir di Bukittinggi tahun 1902 ini baru menikahi Rahmi Rachim yang saat itu baru berusia 19 tahun 3 bulan setelah kemerdekaan negara ini. Beliau sendiri menikah pada umur 43 tahun.
Di kesehariannya, Bung Hatta dikenal sebagai orang yang jujur, rendah hati, sederhana serta hemat. Salah satu contoh kehematan Bapak Koperasi ini di tahun 1950, di mana saat itu ada kebijakan dipotongnya mata uang Indonesia (saat itu masih ORIâ??Oeang Republik Indonesia) dari 100 menjadi 1.
Kebijakan ini sempat dipertanyakan Ibu Rahmi karena ini berarti beliau tidak dapat membeli mesin jahit yang diidam-idamkannya, padahal selama beberapa lama beliau telah menabung demi mesin jahit tersebut.
Bung Hatta tentunya mengerti perasaan istrinya ini. Beliaupun menghibur Ibu Rahmi dan mengatakan bahwa tidak apa-apa berkorban sedikit demi kepentingan segenap masyarakat Indonesia.
Tak hanya sekali itu saja Bung Hatta mengorbankan kepentingan pribadi demi bangsa ini serta orang-orang di sekitarnya. Sampai akhir hayatnya, Bung Hatta bahkan tidak kesampaian membeli sepatu yang diidam-idamkannya sejak lama.
Sepatu itu adalah sepatu merk Bally yang di tahun 50-an memang sedang populer. Bung Hatta bahkan sampai menggunting foto sepatu ini dari majalah dan menempelnya di buku hariannya. Walaupun dengan jabatannya sebagai wakil presiden RI saat itu Bung Hatta sebenarnya bisa saja dengan gampang memiliki sepatu ini, beliau lebih memilih untuk menyisihkan uangnya sendiri untuk membeli sepatu Bally tersebut.
Namun, tabungan beliau ini selalu terpakai untuk kebutuhan rumah tangga serta menolong orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan. Ini membuat sampai detik terakhir hidupnya angan-angan Bung Hatta untuk bisa membeli sepatu Bally tidak tercapai.
Kisah ini sungguh mengharukan dan juga merupakan kisah yang patut diteladani. Tanpa banyak kata, Bung Hatta telah menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok orang yang sama sekali tidak memikirkan diri sendiri dan lebih senang jika dapat membantu orang di sekitarnya. Sungguh suatu hal yang jarang ditemui di jaman sekarang ini. Nah, semoga saja kita sebagai penerus bangsa selanjutnya dapat mengikuti jejak kesederhanaan Bung Hatta ini, ya. (alo)