Nama sutradara Alejandro Gonzales Inarritu sudah bukan nama asing dalam ajang perfilman seperti Golden Globe atau Oscar. Film-filmnya seperti “Amores Perros”, “Babel”, “21 Grams” dan “Biutiful” sudah wara-wiri dalam daftar nominasi ajang penghargaan besar. Semua karyanya itu mampu menampilkan kisah yang dramatis, inovatif, dan tentunya pas dengan selera para juri Oscar.
Namun lewat karya terbarunya, “Birdman”, Inarritu beralih dari tema-tema gelap dan penuh dengan lamunan menjadi lebih bercita rasa komedi. Perubahan itu juga didukung dengan penggunaan gaya pengambilan gambar yang inovatif untuk merekam Michael Keaton, Emma Stone dan Edward Norton. Tak disangka perubahan gaya tersebut membuat Inarritu mendapat empat nominasi Screen Actors Guild, tujuh Golden Globes, dan juga sembilan nominasi untuk ajang Oscar, bahkan mendapatkan piala Oscar untuk kategori film terbaik, sutradara terbaik, skenario asli terbaik, dan sinematografi terbaik.
Inarritu memutuskan untuk melakukan terobosan besar dalam “Birdman”. Percaya atau tidak, proses pengambilan gambar dalam film ini hanya dilakukan dalam sekali take. Itu berarti setiap gambar yang telah direkam, baik atau tidak hasilnya akan dipakai dalam filmnya.
“Aku tahu bahwa hal ini akan menjadi semacam bunuh diri bagiku, terlebih film ini adalah sebuah narasi panjang. Dalam komedi, ritme adalah Tuhannya, jadi aku tahu bahwa mempertahankan ritme tersebut adalah segalanya,” tuturnya seperti dilansir dari Deadline, Selasa (24/2/2015).
Hasilnya sungguh luar biasa. Dan itu tak lepas dari dukungan para pemain yang ada dalam film ini. Bagi Inarritu, pembuatan film adalah kerja sama tim yang harus dilakukan dengan selaras dan penuh tanggung jawab. “Birdman” adalah film garapan sutradara hebat beserta pemain yang hebat pula.
“Sutradara-sutradara lain patut mencoba hal ini dan wow hasilnya benar-benar berbeda,” serunya. Tak bisa dipungkiri dengan sistem penyutradaraan semacam ini, sutradara mendapat tantangan lebih seperti menata blockingnya dengan sempurna dan mempersiapkan segalanya. “Harus berhasil atau hancur sepenuhnya,” candanya. Inarritu menegaskan bahwa ia tidak menambahkan apapun setelah ia mengatakan “cut”.
Inarritu mengungkapkan bahwa sutradara cenderung mencari jalan aman dengan mengambil gambar dalam beberapa kali take. Dari situ seringkali sutradara memilih adegan yang salah saat mengedit film-filmnya. Proses syuting sekali take memaksa para sutradara untuk sejujur mungkin dalam berkarya. “Kamu harus tahu apa yang kamu inginkan. Kamu harus tahu detail sekecil apa pun sebelum memulai proses syuting,” tegasnya.
Terobosan Inarritu dalam membuat “Birdman” tak bisa dipungkiri berjalan sukses berkat bantuan dari salah satu aktornya, yaitu Michael Keaton yang tampil impresif dalam filmnya. Inarritu tertarik dengan Keaton ketika ia bermain dalam “Need For Speed”. Reaksi pertamanya saat melihat Keaton adalah, “Kemana saja dia selama ini? Pria ini brilian,” ceritanya. Satu hal yang disuka Inarritu dari Keaton adalah kemampuan Keaton untuk beralih cepat dari aneh menjadi gila, kemudian setengah gila, lalu lucu, dan mengharukan. Keunikan Keaton seperti itulah yang kemudian ditampilkan dalam film “Birdman”. (tom)