Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki ‘tuah’ dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Dalam kitab tersebut, banyak ramalan-ramalan yang sudah diperingatkan untuk generasi berikutnya. Ramalan itu pun diyakini dan benar-benar terjadi. Apa saja ramalannya? Berikut kesembilan ramalannya, dilansir dari Merdekacom, Selasa (10/3/2015).
1. Jawa akan terpecah-pecah
Menurut ahli sejarah Kediri, Ki Tuwu, keadaan pulau Jawa saat ini yang terbagi-bagi sebenarnya sudah dijelaskan dalam Kitab Jangka Jayabaya. “Itu masuk dalam periodesasi zaman besar kedua yang disebut dalam Jangka Jayabaya adalah Zaman Kalijaga artinya zaman tumbuhan. Di Jawa yang saat itu masih menyatu dengan pulau-pulau lain mengalami perubahan, yakni terpecah menjadi pulau-pulau kecil,” kata Ki Tuwu.
2. Marak seks bebas
Dalam Kitab Jangka Jayabaya pernah diungkapkan bahwa nanti akan banyak kaum laki-laki dan perempuan yang akan kehilangan rasa hormat sampai rasa malu. “Ada lagi yang menarik ungkapan dalam Jangka Jayabaya yakni wong wadon ilang kawirangane wong lanang ilang prawirane. Artinya banyak perempuan hilang rasa malunya dan banyak laki-laki hilang kehormatannya. Saya tidak mau mendahului kehendak Allah, namun ini sudah terbukti,” kata Ki Tuwu. Ki Tuwu juga menambahkan fenomena lain saat ini yang juga sudah dijelaskan di Kitab Jangka Jayabaya, yakni akeh udan salah mangsa, akeh prawan tua, akeh randa nglairake anak, akeh jabang bayi lahir nggoleki bapake. Artinya banyak hujan turun bukan pada musimnya, banyak perawan tua yang terlambat menikah karena terlalu memilih-milih pasangan dan juga mementingkan karier. Banyak janda melahirkan anak (akibat hubungan bebas) dan banyak yang lahir mencari siapa ayahnya.
3. Korupsi merajalela
Kitab Jangka Jayabaya memprediksi akan terjadi praktik korupsi di tanah air yang dulu masih bernama Nusantara, dan prediksi tersebut terbukti menjadi kenyataan saat ini. Ungkapan yang menggambarkan situasi tersebut dalam Kitab Jangka Jayabaya adalah akeh janji ora ditetepi, akeh wong nglanggar sumpahe dewe (artinya – banyak orang melanggar janji dan sumpah jabatan yang diartikan untuk para pejabat banyak dilanggar, misalnya hakim berkhianat, pejabat yang korupsi dan lain sebagainya). Akeh menungso mung ngutamakke duwit, lali kemenungsan, lali kebecikan lali sanak lali kadang (Banyak manusia yang hanya mengutamakan uang, lupa perikemanusiaan, lupa kebaikan dan lupa saudara.
4. Pasar pagi menghilang
Jayabaya bisa memprediksi pasar rakyat yang biasanya ramai di pagi hari kini sudah tak bisa didengar lagi dalam radius 5 km. Beberapa sindiran tersebut antara lain, Mbesuk yen ana kereta mlaku tanpa jaran, tanah Jawa kalungan wesi, prahu mlaku ing duwur awang-awang, kali ilang kedunge pasar ilang kumandange. Iku tanda yen tekane jaman Joyoboyo wis cedak. “Kalau diterjemahkan – besok kalau sudah ada kereta berjalan tanpa kuda, tanah Jawa berkalung besi – artinya adanya kereta api, perahu berjalan di atas angkasa – artinya terciptanya pesawat terbang. Sungai hilang kedungnya artinya kehilangan sumber air dan ini sudah terbukti, termasuk pasar hilang kumandangnya, di mana zaman dahulu pasar di pagi hari seperti suara lebah karena suara pedagang dan pembeli bisa terdengar di radius 5 km,” kata Ki Tuwu.
5. Terciptanya pesawat terbang dan kereta api
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, dikatakan kalau nanti akan tercipta kereta api dan pesawat terbang, dan di saat itulah pasar pagi akan menghilang. Kini terbukti, kalau ramalan Jayabaya itu memang benar dengan terciptanya kereta api dan pesawat terbang sebagai pengganti kereta kuda pada zaman dahulu.
6. Pesugihan semakin tren
Selain memprediksi munculnya teknologi pesawat terbang dan kereta api, dalam Kitab Jangka Jayabaya juga mengatakan akan maraknya fenomena orang-orang tergila-gila dengan pesugihan karena malas untuk bekerja mencari uang. Perlambang tersebut mengatakan: Akeh wong nyambut gawe apik-apik pada krasa isin, luwih utama ngapusi. Wegah nyambut gawe kepengen kepenak, ngumbar nafsu angkara murka, nggedekake duraka (Banyak orang yang bekerja baik-baik merasa malu, lebih utama menipu. Banyak yang malas bekerja tapi pengen kaya. Banyak orang mengumbar nafsu angkara murka dan memperbesar perbuatan durhaka).
7. Jawa sering banjir
Ramalan ini benar-benar terjadi parah di pulau Jawa hingga kini. Raja Jayabaya sudah memprediksi sejak dulu bahwa pulau Jawa akan banyak digenangi banjir. Zaman itu disebut olehnya Zaman Kalatirto. Zaman Kalatirto atau zaman air, di Jawa sering terjadi banjir karena Sang Hyang Raja Kano yang bertahta di Negara Purwocarito sering menata batu besar untuk membendung kali dan bengawan.
8. Terkait pemimpin negeri
Salah satu ramalan Jayabaya yang paling tersohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro. Banyak yang percaya dan meyakini dengan ramalan tersebut. Hal ini karena pemimpin di negeri ini sesuai dengan apa yang ditulis Jayabaya, yakni Notonogoro.
9. Indonesia bebas dari kekejaman kulit putih berkat orang kulit kuning
Orang berkulit kuning yang dimaksud adalah Sakari Ono, orang asal Jepang yang saat itu berprofesi sebagai tentara. Selama bertugas di Indonesia, Ono lebih banyak kecewa melihat sikap para tentara Jepang lain. Apalagi masa 1943 sampai awal 1945 di mana tidak ada perang di Jawa. Kemudian, Ono melarikan diri dari militer Jepang dan bergabung dengan tentara Indonesia. Ono pun mengubah namanya menjadi Shigeru. Sehingga para veteran Jepang mengenalnya sebagai Rahmat Shigeru Ono. Dia kemudian berjuang bersama para pemuda. Dia melatih mereka dan memimpin gerilyawan Indonesia berperang melawan Belanda. (tom)