Agar bulan Ramadan ini semakin lengkap, maka ada yang namanya salat Tarawih yang dilaksanakan setelah salat Isya. Umumnya masjid-masjid di Indonesia mengerjakan salat Tarawih sebanyak 11 rakaat. Karena jumlah rakaat yang tidak sedikit, maka pengerjaannya pun tidak bisa cepat. Namun berbeda halnya dengan pengerjaan salat Tarawih di Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Udanawu, Blitar.
Dilansir jadiBerita dari NU Online, Selasa (23/6/2015), di sana, pengerjaan salat Tarawih dilakukan sebanyak 23 rakaat, yaitu 20 rakaat salat Tarawih ditambah dengan 3 rakaat salat Witir. Hanya saja bukan itu yang membuat pesantren ini luar biasa. Yang membuatnya berbeda adalah waktu pengerjaan salat Tarawihnya. Kegiatan ibadah tersebut mereka lakukan hanya dalam waktu 15 menit.
Durasi yang singkat ini menarik perhatian anak muda di sekitar pesantren untuk mengikuti salat sunah pada malam puasa itu. Akibatnya, jumlah jamaahnya sangat fantastis, yaitu lebih dari 5 ribu orang, baik tua maupun muda setiap malamnya. 75 persen di antara jamaah tersebut adalah anak muda, dan mereka datang dari wilayah Kediri,Blitar, serta Tulungagung.
Kegiatan ibadah secara kilat itu ternyata sudah dilakukan turun-temurun selama beberapa generasi, yakni sejak pesantren tersebut didirikan oleh KH Abdul Ghofur sekitar 160 tahun lalu.
â??Saya ini hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh para sesepuh. Kami tidak berani mengubahnya,â? kata KH Diyaâ??uddin Az-Zamzami, atau dikenal dengan nama Gus Diya’, salah seorang pengasuh pesantren Mambaul Hikam.
Menurut Gus Diyaâ?? yang juga anggota Jamiyah Ahlith thoriqoh Al-Muâ??tabaroh Annahdliyah ( Jatman) itu, salat secepat itu bisa dilakukan karena sang imam Tarawih hanya mengerjakan doa yang wajib-wajib misalnya niat, takbirotul ihram, baca surat Al-Fatihah plus ayat pendek Alquran hingga salam.
â??Doa rukuk, kita singkat cukup â??Subhanallah’. Lainnya hanya Allah-Allah saja. Tahiyat akhir juga hanya sampai bacaan shalawat untuk nabi Muhammad kemudian salam,â? jelas Gus Diya’.
Sementara Wakil Sekretaris PP LDNU (Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama) H Syaifullah Amin mengatakan, di sini terjadi perbedaan keberkahan waktu. Artinya cepat atau lambat tidak mengurangi kekhusyuâ??an orang yang ibadah. â??Sebagian orang memang diberikan kelebihan oleh Allah dalam melipat waktu,â? kata H Amin.
Apakah masjid di dekat rumah kamu pernah melakukan hal yang sama? (tom)