Seluk Beluk Genre Film Found Footage

Kamu yang menyukai film horor pasti pernah menonton film “Paranormal Activity”, yang sempat tenar pada tahun 2007 karena menampilkan horor dari sisi yang berbeda. Selain horor, genre atau jenis film itu termasuk ke dalam genre found footage. Ada juga yang menyebutnya mockumentary. Dilansir dari Kaskus, Selasa (30/6/2015), found footage adalah genre film yang menggunakan mentahan video hasil rekaman sebagai isi dari filmnya. Gaya found footage sendiri biasanya direkam secara POV (point of view), sengaja dibuat seperti kejadian nyata, shaky (berguncang-guncang), buram, dan berjalan dengan alami.

Walau ada yang menyukai film jenis ini, ada juga yang kurang menyukainya. Alasannya adalah rasa bingung dan bimbang mengenai apa yang terjadi ketika menonton, perasaan mual karena guncangan rekaman, ataupun terkadang membuat kita susah fokus.

Film jenis found footage ini pertama kali digunakan dalam film “Cannibal Holocaust” yang rilis tahun 1980. Film ini memiliki kisah dan alur yang tak tanggung-tanggung, yaitu berkisah tentang rekaman para pembuat film dokumenter yang menghilang saat merekam suku di sisi sungai Amazon yang ditemukan oleh seorang profesor New York University yang berusaha menyelamatkan mereka. Film ini kemudian dibanned atau dilarang oleh banyak negara karena vulgaritas dan kesadisannya yang luar biasa. Namun tetap saja film ini dianggap sebagai “nenek moyang” genre found footage dalam perfilman dunia.

Cannibal Holocaust (Hitfix)
Cannibal Holocaust (Hitfix)

Found footage kemudian digunakan lagi dalam film berjudul “The Blair Witch Project” yang rilis pada tahun 1999. Film ini menjadi fenomena global karena adanya kampanye yang menyatakan bahwa film ini “asli” tanpa rekayasa. Film ini berkisah mengenai para pelajar yang berusaha untuk menyelidiki bukti adanya penyihir, atau istilahnya Blair Witch, di pedalaman hutan Maryland. Film berbudget rendah dengan modal USD 22 ribu ini berhasil mendapatkan penghasilan USD 240,5 juta. Film ini lalu masuk Guinness Book of Records sebagai film dengan budget terkecil dengan penghasilan terbesar, dengan rasio USD 1 berbanding USD 10.931.

The Blair Witch Project (Fanpop)
The Blair Witch Project (Fanpop)

Beberapa tahun kemudian, film dengan genre serupa muncul kembali. Pada tahun 2007, “Paranormal Activity” dirilis. Found footage tetap menjadi jenis film yang dipakai dalam sekuel-sekuel “Paranormal Activity”. Selain “Paranormal Activity”, ada juga film buatan Spanyol berjudul “REC”, yang juga memakai genre found footage. Bedanya, kalau “Paranormal Activity” lawannya arwah, maka “REC” lawannya adalah zombie.

Paranormal Activity (Thevrexperts)
Paranormal Activity (Thevrexperts)

Tak berhenti sampai di situ, found footage kemudian juga merambah film lain. Misalnya “Cloverfield” yang rilis pada tahun 2008. Plot yang diangkat oleh film tersebut adalah monster bawah laut yang menyerbu kota New York. Film ini memiliki banyak viral campaign untuk mempromosikan filmnya. Film ini mampu membuat penontonnya merasa tegang dan ikut merasakan kegetiran para tokoh utamanya saat melintasi jalan utama Manhattan.

Cloverfield (Epicbuzz)
Cloverfield (Epicbuzz)

Kemudian pada tahun 2012 dirilis film “Chronicle”. Film thriller yang dianggap oleh banyak orang “film found footage terbaik” ini memang benar-benar menakjubkan. Berlatar di Seattle, film ini menjadi salah satu achievement dan milestone penting dalam pembuatan film found footage. Chronicle berkisah mengenai Andrew, seorang pelajar yang dibully di sekolahnya, berteman dengan sepupunya dan bintang sekolah, mendapat kekuatan super telekinesis, dan perlahan-lahan akhirnya memunculkan sisi kelam dalam diri mereka.

Chronicle (Examiner)
Chronicle (Examiner)

Selain film yang sudah disebutkan tadi, masih ada beberapa film lain yang menggunakan genre serupa, contohnya antara lain “Troll Hunter”, “The Bay”, dan “V/H/S”. Mengingat film ini masih digemari, bukan tidak mungkin kalau genre film ini akan muncul lagi di masa depan.

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.

Misteri Huruf ‘N’ di Permen Yosan Era 90-an Akhirnya Terpecahkan

Mengorek Telinga Ternyata Berbahaya, Ini Penjelasannya