Nama-nama unik terus bermunculan menyusul orang yang memiliki nama Tuhan, Syaiton hingga satu huruf D. Tak jauh dari daerah tempat pria bernama Tuhan tinggal (Banyuwangi), seorang wanita di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur diketahui bernama Mati. Meski demikian, kondisi dirinya ternyata masih sehat.
Perempuan paruh baya yang sehari-hari menjadi buruh tani itu tidak pernah merasa cemas dengan nama bernuansa kematian yang disandangnya. Ibu 2 anak itu mengaku sudah terbiasa dengan nama yang diberikan orang tuanya 46 tahun silam.
Sudah terbiasa sejak kecil. Orang di sini biasa memanggil saya Mathi, tapi tulisannya Mati. Benar sesuai di KTP, saya segar bugar,” ungkapnya ketika ditemui di rumahnya, di Dusun Palangan Barat RT 03 RW 01 Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, seperti dikutip dari Detikcom, Jumat (11/9/2015).
Sesuai data di KTP elektronik bernomor 3512124107690017, nama wanita ini memang bertuliskan Mati. Dia lahir di Situbondo pada 1 Juli 1969. Mati merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, yang lahir dari pasangan Marin dan Ambasi.

Menurut kedua orang tuanya, nama Mati didapat karena dia dilahirkan di era pembantaian sehingga banyak orang yang mati. Dari kedua orang tuanya pula Mati tahu bahwa dia dilahirkan di jurang tempat orang tuanya bersembunyi dari aksi pembantaian.
Mati tidak pernah memprotes kedua orangtuanya yang kini telah meninggal dunia. Ia juga mengaku tidak tahu dan tak pernah menanyakan kepada orang tuanya soal pemberian nama Mati kepada dirinya.
Padahal ketiga kakaknya memiliki nama yang wajar. Saudara tertuanya bernama Maya, lalu anak kedua bernama Toyani, ketiga Sumawi, lalu si bungsu bernama Mati.
â??Tapi sekarang tinggal tiga, kakak ketiga saya, Asmawi, sudah meninggal dunia,â? sambung Mati.
Meski namanya sendiri tergolong cukup aneh, namun Mati tidak berinisiatif memberikan nama yang aneh-aneh pula kepada anak-anaknya. Terbukti, kedua anaknya hasil pernikahan Mati dengan Shaleh namanya cukup bagus, yakni Isnawati dan Hadi. Kedua anak Mati itu kini sudah sama-sama telah menikah.
Kepala Desa Palangan Kecamatan Jangkar, Mashudi mengatakan, data dalam KTP itu sudah benar. Warga setempat juga tidak merasa janggal dengan nama Mati tersebut. Sebab, panggilan keseharian yang bersangkutan jauh dari makna kematian.
“Hanya tulisannya Mati, kalau orang-orang di sini memanggilnya Mathi. Masak mau ditulis Madi, nanti malah mirip nama laki-laki. Jadi KTP itu sudah benar dan tidak ada masalah,” papar Mashudi. (tom)