Bekasi Dulu Pernah Dikenal sebagai Kota Patriot

Hutomo Dwi

Beberapa waktu lalu, kota Bekasi pernah dijadikan bahan bully karena kondisinya yang panas dan jalanan berlubang. Namun tahukah kamu kalau dulu Bekasi pernah disebut sebagai Kota Patriot?

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda kembali ingin berkuasa. Mereka menggelar agresi militer tahun 1947 dan 1948. Sejumlah daerah milik Republik pun kembali dikuasai Belanda.

Sebelum tahun 1950, Bekasi, Cakung, dan Tambun merupakan bagian dari Jakarta (Batavia) dengan kabupatennya Jatinegara. Namun pada tahun 1950, rakyat Bekasi menuntut untuk keluar dari distrik Jakarta dan menolak masuk ke Negara Pasundan yang merupakan boneka Belanda. Rakyat Bekasi menginginkan masuk ke Republik Indonesia Serikat.

Stasiun Cakung (Geolocation)
Stasiun Cakung (Geolocation)

“Makanya hari jadi Bekasi tanggal 15 Agustus 1950,” ujar Sejarawan, Ali Anwar, seperti dikutip dari Merdekacom, Selasa (6/10/2015).

Ali menambahkan untuk merebut seluruh wilayah Indonesia, maka sekutu harus melakukan perebutan kekuasaan dan berhadapan dengan tentara republik. Tentara Republik tersebut berada di front terdepan, tepatnya di Kali Cakung.

Front terdepan ini merupakan tempat para pejuang Republik Indonesia untuk mempertahankan wilayahnya. Selain itu, para pejuang tidak hanya berisi tentara dari Bekasi saja, melainkan juga tentara dari daerah lain.

“Ada juga kiriman-kiriman dari Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Garut mereka bergantian menjaga pertahanan, kalau Bekasi bobol, maka Republik Indonesia bobol. Logikanya seperti itu,” jelasnya.

Para tentara yang berada di Kali Cakung merupakan garda terdepan dalam pertempuran. Sementara Karawang merupakan garda belakang dalam menjaga kokohnya lini pertahanan. “Itu sebabnya Bekasi disebut sebagai kota patriot. Patriot pertempuran terdepan,” ujar Ali.

Stasiun Tambun (Tribun)
Stasiun Tambun (Tribun)

Sejarawan alumni Universitas Indonesia ini menjelaskan, jika pada tahun 1963-1964 Karawang berencana menjadikan kotanya sebagai kota patriot. Tapi kemudian hal tersebut diprotes oleh Bekasi. Hal tersebut justru memicu pertemuan para tokoh masyarakat, para pejuang Bekasi di Gedung Bioskop Parahiyangan. Tokoh yang hadir di antaranya adalah mantan ketua Persatuan Pelajar Islam (PII) Kabupaten Bekasi tahun 1964-1965, Marzuki Hidayat, Aburrahim, M Husein Kamaliy, dan lain-lain.

Hasil pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan jika Kabupaten Bekasi adalah kota Patriot. Namun seiring perkembangan waktu hal itu terlupakan. Pada tahun 1997, diselenggarakan sayembara lambang kota Bekasi pada masa Wali Kota, Kailani AR. Berbagai usulan muncul, mulai dari kota iman, kota ihsan, kota perjuangan, hingga kota patriot. Setelah melalui perdebatan yang tidak berjalan alot, akhirnya disepakati Kota Patriot. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.