Saat film fiksi ilmiah “The Day After Tomorrow” dirilis pada tahun 2004, banyak pakar iklim yang mentertawai dan menganggap penggambaran akhir dunia yang disajikan dalam film besutan Hollywood tersebut adalah mustahil. Namun, kini kenyataannya para ilmuwan dari University of Southampton melontarkan sebuah prediksi bahwa iklim Bumi akan berubah seperti yang terjadi di film tersebut, meski tidak separah itu.
Dilansir dari Washington Post, Jumat (16/10/2015), dalam “The Day After Tomorrow”, pemanasan global menyebabkan perubahan sistem arus utama di Samudera Atlantik yang dinamakan Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC). Arus tersebut merupakan komponen penting dalam sistem iklim Bumi. Arus tersebut berperan bak sabuk pengantar yang membawa air laut hangat dari kawasan tropis ke arah utara. Di saat bersamaan, sistem arus tersebut mendorong air yang bersuhu lebih dingin ke arah selatan untuk menjaga agar Eropa dan Amerika lebih hangat.
Dengan menggunakan model iklim ECHAM milik Jerman di Max Planck Insitute, Profesor Sybren Drijfhout yang merupakan pemimpin proyek penelitian dari Ocean and Earth Science University of Southampton, mengambil kesimpulan jika sistem Atlantic Meridional Overtuning Circulation (AMOC) yang berada di Samudera Atlantik bisa ambruk karena efek pemanasan global (seperti yang terjadi di film “The Day After Tomorrow”), maka sebagian besar permukaan Bumi akan membeku kurang lebih selama 20 tahun lamanya.
Di saat yang sama, ia melanjutkan, pemanasan global justru terus akan berlanjut dengan temperatur global sebesar 0.8 derajat Celsius. “Bumi akan pulih dari runtuhnya AMOC pada 40 tahun setelahnya, namun pemanasan global akan terus-menerus terjadi. Tetapi, di dekat lokasi perbatasan timur Atlantik Utara (kepulauan Inggris) harus membutuhkan waktu sekitar lebih dari 1 abad agar suhunya kembali seperti sedia kala,” tuturnya dikutip dari Tech Times.
“Saya melihat dari sebuah studi yang juga dipublikasikan di Scientific Report, menjelaskan bahwa efek pendinginan atmosfer dari runtuhnya AMOC ini terjadi karena aliran panas yang terhantar dari atmosfer ke dalam samudera. Ini telah kami amati selama 15 tahun terakhir melewati berbagai jeda iklim,” tambahnya.
Terlepas dari semua teori yang dilontarkan ilmuwan, mungkin kini sudah saatnya manusia sadar akan pentingnya dampak dari pemanasan global dengan melestarikan lingkungan sebelum Bumi akhirnya menjadi planet yang tak bisa ditinggali lagi. (tom)