Hidup adalah perjuangan. Itulah yang memang dirasakan oleh semua orang, tak terkecuali oleh gadis bernama Restu Mayang Sari ini. Gadis cantik ini harus berjuang menjalani kehidupan dengan berjualan cilok di wahana wisata Coban Rondo, Malang. Hanya saja penampilan Restu membuatnya menarik perhatian karena begitu tak biasa.
Jika biasanya penjual cilok adalah abang-abang dengan baju kasual, Restu justru lebih tampak seperti penyanyi RnB yang gaul. Menggunakan kacamata bening dengan frame hitam, Restu menggunakan baju warna putih yang terbuka di bagian lengan sehingga siapapun bisa melihat tato-tato yang terukir di tubuhnya. Penampilan garang Restu itu dipercantik dengan rambut panjang yang tertutup dengan topi.
Meskipun ada bagian tubuhnya yang bertato, yaitu di bagian lengan dan bagian tubuh lainnya, Restu justru berperilaku ramah terhadap pembeli. Bersama sang kakak, Catur Putri Rahayu yang berusia dua tahun lebih tua, Restu melayani setiap pembeli. Dibandingkan dengan Restu, penampilan Catur memang berbeda 180 derajat. Di mana Catur terlihat seperti gadis desa dengan baju warna-warni dan rambut panjang dibiarkan terurai.
Mereka pun memiliki gaya tersendiri dalam menawarkan dagangannya dari belakang gerobak bertulis ‘Cilok Salome, Pentol Cilok Daging’. Keduanya kompak meneriakkan kalimat ala penjaga minimarket saat menyambut pembeli masuk ke toko. Keduanya bersama-sama menawarkan kepada pembeli dengan cara yang tidak jauh beda dengan karyawan toko berjaringan nasional itu.
“Silakan ciloknya dicoba. Rasanya luar biasa, silakan ciloknya dicoba,” kata mereka bersamaan dan berulang-ulang seperti dikutip dari Merdekacom, Senin (21/12/2015).
Restu dan Catur mengaku kalau gaya menawarkan dagangannya itu meniru gaya SPG yang ada di mal-mal. Gaya itu sengaja dilakukan untuk menarik perhatian para pejalan kaki agar bersedia mampir membeli ciloknya.
“Dari pada diam kan mas, lebih baik teriak-teriak menawarkan. Pembeli kita sambut dengan ramah,” kata Restu yang diamini kakaknya.
Soal tato, Restu mengaku memiliki banyak tato di tubuhnya. Restu mengaku memang menyukai tato, dan tato yang berada di tubuhnya itu tato permanen yang dibuat sekitar dua tahun terakhir. “Saya suka (tato) saja, di lengan kanan-kiri ada, pundak, kemudian paha kanan-kiri dan betis juga ada,” katanya.
Sementara itu, sang kakak, Catur mengungkapkan, setiap hari berjualan cilok besama adiknya. Keduanya hanya berjualan, sementara yang memasak kedua orangtua mereka. Bisnis itu sudah digeluti ayahnya, berpuluh tahun lalu, kini keduanya hanya melanjutkan. Penjualannya pun akan meningkat lebih besar saat akhir pekan atau hari libur.
“Biasanya omzet di atas Rp 1 Juta, terutama hari Sabtu dan Minggu, atau hari libur. Tetapi tidak pasti, kadang juga tidak sampai segitu,” timpal Restu.
Restu sendiri mengaku hanya lulusan kelas 2 MTs setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu drop out lantaran ingin bekerja membantu orangtuanya. Sekarang restu ingin kembali melanjutkan pendidikan melalui sekolah kesetaraan. “SMP nggak lulus, hanya kelas 2. Ingin ikut sekolah paket. Masak gini-gini terus,” katanya.
Sementara kakaknya, Catur berhasil menyelesaikan sekolahnya hingga SMU. Catur mengaku mendapat pelajaran dagang dari orangtuanya. “Sekarang tinggal meneruskan saja,” kata Catur.
Mungkin bagi kamu, salah satu hikmah yang bisa diambil dari kisah hidup kedua kakak ini adalah kita harus tetap semangat mencari rezeki yang halal, walaupun terlihat hina menurut pandangan orang lain. (tom)