Tanggal berapakah hari ini? Yap, 29 Februari. Berbeda dengan tahun 2015 lalu, pada 2016 ini manusia di Bumi bisa bertemu dengan tanggal 29 Februari setelah terakhir kali berjumpa di tahun 2012 silam. Tahun yang memiliki tanggal 29 Februari seperti tahun ini dinamakan Tahun Kabisat. Mungkin kamu sudah tahu hal ini saat belajar di sekolah. Namun tahukah kamu asal mula dari penentuan tahun Kabisat ini?
Pada dasarnya tahun Kabisat merujuk pada satu hari tambahan di bulan Februari yang terjadi setiap empat tahun sekali. Tahun Kabisat terjadi untuk menyeimbangkan jadwal waktu Bumi mengelilingi Matahari alias Revolusi. Seperti yang kamu tahu, Bumi membutuhkan waktu 365,25 hari untuk mengelilingi Matahari. Rupanya, penetapan tahun Kabisat ini dimulai saat Romawi dipimpin oleh Julius Caesar.
Saat itu, Julius Caesar diketahui gusar terhadap penanggalan yang tidak bisa menunjukkan musim dengan tepat. Bulan Desember misalnya, kadang musim dingin, kadang tidak. Kemudian, ia memerintahkan ahli astronomi atau perbintangan kerajaan bernama Sosigenes, untuk membuat penanggalan baru.
Dengan bantuan Sosigenes asal Alexandria itu, terciptalah kalender Julian dengan jumlah hari 365,25 dalam setahun. Terjadi perhitungan yang kacau karena 0,25 hari menjadi satu hari dalam waktu empat tahun. Akhirnya Julius Caesar memutuskan jumlah satu hari ini masuk pada bulan Februari. Saat itu Februari masih berjumlah 29 hari dan setiap empat tahun sekali menjadi 30 hari. Lalu bulan Juli memiliki 31 hari dan Agustus memiliki 29 hari.
Namun semua berubah saat Augustus Caesar jadi pemimpin. Dia mengganti Bulan Hexelius menjadi Agustus dan malah menambah dua hari di bulan Agustus yakni jadi 31 hari seperti bulan Juli. Hal ini membuat Februari kehilangan hari sampai saat ini.
Sejak saat itulah bulan Agustus menjadi 31 hari sampai saat ini dan bulan Februari hanya punya 28 hari di tahun-tahun reguler, dan 29 hari saat tahun Kabisat. Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa harus Februari yang jadi korban? Dilansir dari Telegraph, Senin (29/2/2016), pada masa itu, bulan terakhir dalam satu tahun adalah Februari dan ini sudah ditetapkan semenjak era Raja Numa Pompilius.
Hanya saja kriteria tahun Kabisat ala pemimpin Romawi ini bermasalah setelah dipakai selama 1.500 tahun. Hingga akhirnya Paus Gregorius XIII memerintahkan ahli perbintangan Christopher Clavius untuk mencari solusinya. Christopher menemukan, bahwa lama satu tahun adalah 365,24219 hari, pembulatannya menjadi 365,24 hari. Perhitungan Sosigenes meleset 11 menit 14 detik setiap tahunnya. Akibatnya, setelah sekitar 1.500 tahun, kesalahannya menjadi 10 hari.
Akhirnya, Christopher mengusulkan untuk mengubah kriteria tahun Kabisat menjadi tahun yang habis dibagi empat. Paus Gregorius XIII setuju, dan kemudian usulan ini resmi dimulai pada tahun 1582.
Bicara soal tahun Kabisat, rupanya ada banyak sekali mitos yang beredar di kalangan masyarakat. Seperti salah satunya dari Tiongkok yang menyebut kalau mereka yang terlahir di 29 Februari umumnya tak pandai berbisnis dan akan mengalami kesulitan dalam hidupnya. (tom)