Dalam dunia sains, makhluk hidup memiliki siklus lahir, hidup, lalu mati. Dulu, sains tak mengenal adanya kehidupan setelah kematian, seperti halnya yang diajarkan dalam agama. Namun kini, apa yang tertulis dalam kitab-kitab suci mulai diterima secara ilmiah.
Sebuah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan kematian bukanlah pemberhentian terakhir. Observasi ilmiah yang dilakukan menyimpulkan kehidupan dan kematian ternyata berkorespondensi dengan alam lain (multiverse).

Paparan ilmiah tersebut dijelaskan oleh teori ilmiah bernama biosentrisme. Menurut teori ini, kendati tubuh dirancang untuk hancur sendiri, namun ada sebuah ‘energi’ yang bekerja dalam otak, yaitu ‘perasaan hidup’ mengenai ‘siapakah saya’.
“Energi itu tidak musnah ketika manusia mati,” tulis ilmuwan terkemuka dunia dan pengarang buku Biocentrism, Robert Lanza, seperti dilansir dari situs resminya Robertlanza.com, Rabu (13/4/2016). Menurut Lanza, energi ‘perasaan hidup’ itu tak tercipta, tapi tak juga bisa musnah.
Kaitan antara pengalaman dan semesta ini melampaui gagasan-gagasan manusia mengenai ruang dan waktu. Tapi biosentrisme sendiri menyatakan, ruang dan waktu bukan obyek sulit seperti yang dibayangkan.
Teori ini menganalogikan waktu sebagai udara yang sia-sia untuk ditangkap manusia karena memang tak pernah bisa diraih. “Anda tak bisa melihat apa pun melalui tulang tengkorak yang menyelimuti otak Anda,” kata Robert Lanza. “Apa yang Anda lihat dan rasakan sekarang adalah putaran informasi pada otak Anda.”
Menurut biosentrisme, ruang dan waktu semata-mata adalah alat penghimpun informasi secara bersamaan. Karena itulah, dalam dunia yang tidak ada ruang dan waktu, tak ada istilah kematian.
Dalam buku lain yang berjudul â??Ghosthunters,â? peneliti hantu John Kachuba menulis, â??Einstein membuktikan bahwa seluruh energi di alam semesta adalah tetap dan tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Jadi apa yang terjadi denmgan energi itu ketika kita mati? Jika itu tak dapat dihancurkan, energi itu pastinya, menurut Einstein, berubah menjadi energi dalam bentuk lain. Apakah energi baru itu? Apakah kita bisa menyebut kreasi baru itu hantu?â?
Jawaban pertanyaan itu sebenarnya sangat sederhana dan tidak misterius. Setelah seseorang meninggal, energi dalam tubuh mereka maupun seluruh organisme lain pindah ke lingkungan. Ketika seorang manusia mati, energi yang tersimpan dalam tubuh mereka dilepas dalam bentuk panas, dan pindah ke binatang yang mengonsumsi jasad itu, baik binatang liar maupun bakteri dan cacing serta tumbuhan yang menyerap nutrisi dari tanah. Jika jasad itu dikremasi, energi dilepas dalam bentuk panas dan cahaya.
Ilmuwan lain asal Jerman, Berthold Ackermann, dilansir dari World News Daily Report, mengklaim dirinya berhasil mengungkap adanya kehidupan setelah kematian. Ackermann dengan tim psikolog yang dipimpinnya dari Technische Universtät di Berlin membuktikan melalui eksperimen secara klinis, adanya bentuk-bentuk kehidupan setelah kematian.

Pembuktian tersebut berdasarkan kesimpulan dari penelitan tipe baru tentang pengalaman mendekati kematian yang diawasi secara medis. Secara klinis, pasien â??dimatikanâ? selama hampir 20 menit sebelum dihidupkan kembali di dalam penelitian yang menggunakan metode mutakhir tersebut.
Sebanyak 944 sukarelawan telah mengikuti prosedur penelitian yang kontroversial ini selama 4 tahun terakhir. Dibutuhkan campuran rumit obat-obatan termasuk epinefrin dan dimethyltryptamine, dalam proses mematikan dan menghidupkan kembali pasien, untuk mengetahui pengalaman mendekati kematian. Campuran obat-obatan rumit itu membuat tubuh bertahan saat mati dan membuat proses penghidupan kembali tanpa merusak tubuh.
Proses itu juga melibatkan alat canggih bernama AutoPulse. Alat ini sudah digunakan dalam beberapa tahun terakhir untuk menghidupkan kembali orang mati antara 40 menit hingga satu jam sebelumnya.
Tim kemudian memonitor dan menyusun testimoni dari para pasien selama sakaratul maut, mati dan hidup kembali. Meskipun bervariasi, namun pasien memiliki memori yang hampir mirip satu sama lain ketika mereka dalam keadaan sakaratul maut, mati dan hidup kembali.
Para pasien mengatakan mereka merasa terpisah dari tubuhnya, kemudian memiliki perasaan melayang dan tenang, nyaman dan penuh kehangatan. Mereka juga merasa terputus dari dunia nyata dan melihat cahaya yang luar biasa terang.

Tim yang dipimpin Ackermann menyadari penemuan mereka ini sangat mengejutkan semua orang, termasuk beberapa dari kalangan agamis yang selama ini menggambarkan sakaratul maut, dan kematian yang ternyata berbeda dari apa yang digambarkan para pasien.
Para relawan adalah orang-orang yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda, mulai dari Kristen, Islam, Yahudi, Hindu dan ateis.
Fakta ilmiah lainnya yang mengungkap kehidupan setelah kematian adalah ketika orang dalam keadaan mati suri. Kebanyakan orang yang pernah mengalami mati suri menyatakan bahwa mereka bertemu dengan keluarga mereka yang sudah meninggal. Banyak pihak berpendapat bahwa hal ini adalah akibat halusinasi ekstrem ketika otak tidak bisa berfungsi secara normal tetapi Dr. Bruce Greyson dari University of Virginia berpendapat lain.
Dari penelitian yang telah dilakukannya, Dr. Greyson menemukan bahwa jumlah pasien yang menyatakan bertemu dengan anggota keluarga yang telah mati berjumlah jauh lebih banyak dari yang tidak. Jika hal ini diakibatkan oleh halusinasi tentu akan lebih banyak yang bertemu anggota keluarga yang masih hidup, bukan yang telah mati. Yang lebih aneh lagi adalah beberapa di antara mereka bahkan menyatakan bertemu kakek atau nenek yang mereka sendiri bahkan tidak mengenalnya akan tetapi mampu menceritakan secara tepat bentuk tubuh dan ciri-ciri mereka.
Kisah lainnya dari berasal dari orang buta yang mengalami Near-Death Experiences (NDE) atau pengalaman mendekati kematian. Menurut Prof. Kenneth Ring dan Prof. Sharon Cooper, orang-orang yang buta sejak lahir bisa mendapat penglihatan ketika dalam kondisi NDE. Dari ke 31 responden yang diteliti, semuanya mengklaim mendapatkan penglihatan ketika dalam kondisi di ambang batas hidup dan mati. Entah itu berupa cahaya putih menyilaukan, bertemu keluarga yang telah mati, atau melayang keluar dari tubuh. Semua ini memang hanya sebatas apa yang dikatakan para responden sehingga tidak bisa dijadikan bukti yang super valid adanya hidup sesudah mati. Tetapi setidaknya menimbulkan pertanyaan menggelitik, bagaimana bisa seseorang yang buta sejak lahir menceritakan suatu pengalaman yang didapatnya secara visual?
Terlepas dari sudut pandang sains mengenai kehidupan setelah kematian, tentunya bagi orang yang beragama percaya dan yakin kalau memang ada kehidupan kekal setelah kematian, dan kehidupan di dunia ini hanya sementara. (tom)