Mungkin kamu pernah mendengar julukan Paris van Java untuk kota Bandung. Dari manakah asal julukan tersebut? Berikut jadiBerita berikan sejarahnya.
Pemerhati sejarah kota Bandung, Ridwan Hutagalung, menyayangkan penamaan tidak tepat untuk â??Paris van Javaâ?, nama salah satu pusat perbelanjaan di kota tersebut. Menurutnya, kalau mau mengikuti kaidah bahasa Belanda dan sejarah yang benar, kata Paris seharusnya ditulis sebagai Parijs bukan Paris.
â??Kalau tetap mau menggunakan kata Paris ya bagusnya jadi Paris of Java atau apalah yang sesuai kaidahnya,â? katanya seperti dikutip dari Historiaid, Jumat (6/5/2016).
Julukan Parijs van Java untuk Bandung itu memang dipopulerkan pertama kali oleh orang-orang Belanda. Sejarawan Haryoto Kunto mengisahkan kemungkinan munculnya julukan itu dari seorang pedagang berdarah Yahudi Belanda bernama Roth.
“Untuk mempromosikan dagangannya di pasar malam tahunan Jaarbeurs (sekarang Jalan Aceh) pada 1920, Roth mempopulerkan kalimat Parijs van Java,â? tulis Kunto dalam buku “Wajah Bandoeng Tempo Doeloe”.
“Bagi Roth, pemilik toko meubel dan interior itu, sebutan Bandung Parijs van Java sangat penting untuk promosi dagangnya. Sejak lama Paris jadi kiblat mode dunia, sehingga embel-embel nama Paris diharapkan mencuri minat orang untuk datang ke pasar malam tahunan di Bandung. Slogan itu semakin populer setelah Bosscha (pengelola perkebunan terkemuka di Hindia Belanda) sering mengutipnya dalam berbagai kesempatan pidato di depan masyarakat Bandungâ?¦â? tulis Ridwan Hutagalung dan Taufanny Nugraha dalam “Braga Jantung Parijs van Java”.
Selain faktor tersebut, Ridwan pun berpendapat jika Bandung sebagai Paris-nya Pulau Jawa muncul karena adanya perkembangan pesat mode Paris yang berbarengan dengan antusiasme kalangan berpunya di Bandung pada seni. Sebut saja di antaranya adalah seni arsitektur, yang menerapkan art deco sebagai acuan pembangunan gedung di hampir se-antero kota Bandung. â??Contoh yang paling terkemuka adalah Gedung Hotel Preanger dan Savoy Homan,â? ujar Ridwan.
Di dunia fesyen, selera Bandung lagi-lagi â??sangat Parisâ? saat itu. Di Bandung pada era 1900-an, ada sebuah toko bernama Aug. Hegelsteens Kledingmagazijn (terletak di kawasan Jalan Braga), tempat orang-orang Bandung yang ingin tampil â??lebih terkiniâ?. Toko itu semakin terkenal saat berganti nama menjadi berbau Prancis, yaitu Au Bon Marche Modemagazijn. Toko itu sendiri didirikan oleh pebisnis A. Makkinga pada 1913.
â??Pada masa kejayaanya, busana dengan tren mode terbaru dari pusat mode di Paris akan segera dipajang di toko ini,â? ungkap lelaki kelahiran Pematang Siantar pada 1967 tersebut.
Toko Au Bon Marchel dikenal bergengsi saat itu, tercermin dari setiap iklan mereka di majalah-majalah. Di sana mereka menawarkan aneka mode berbahan sutra lembut dengan pilihan desain motif bunga dan sandang bergaya elegan. Ditulis di dalam iklan tersebut: wij brengen steeds de laatse mode (kami selalu menyajikan mode terbaru).
â??Si calon pembeli kemudian diyakinkan dengan tambahan kalimat: zie geregeld onze etalagesâ? (lihatlah etalase kami yang tersusun rapi),â? tulis Ridwan.
Bagaimana soal harga di Toko Au Bon MarcheI Modemagazijnronisnya? Jangan tanya, tentu saja selangit. Hal ini wajar mengingat pakaian yang dipajang di etalase toko tersebut adalah mode kelas satu sehingga kalangan biasa sulit untuk memilikinya. Kenyataan ini sungguh ironis jika mengetahui nama bon marche sendiri dapat diartikan secara bebas menjadi â??belanja murah meriahâ?.
Dari situ, bisa ditarik kesimpulan, kalau julukan Paris van Java itu berasal dari kota Bandung yang dulu dikenal sebagai kota mode, layaknya kota Paris di Prancis. (tom)