Bukan Wright Bersaudara, Inilah Manusia yang Mampu Terbang Pertama Kali

Manusia bermimpi bisa terbang sejak mereka belajar berjalan. Hal itu dibuktikan dengan sejarah yang penuh dengan legenda dan dongeng tentang manusia yang mencoba untuk terbang.

Seperti yang kamu ketahui, sejarah mencatat bahwa manusia yang mampu terbang untuk pertama kali adalah Wright Bersaudara. Mereka juga sekaligus mendapatkan gelar sebagai penemu pesawat terbang pertama.

Namun, kini ada penemuan terbaru. Dilansir dari Forgotten Islamic History, Selasa (21/6/2016), rupanya, manusia pertama yang bisa terbang dicapai oleh seorang Muslim bernama Abbas Ibnu Firnas pada tahun 875 di kota Qutuba Al-Andalus, sekarang Cordoba, Spanyol.

Ilustrasi Abbas Ibnu Firnas (forgottenislamichistory)
Ilustrasi Abbas Ibnu Firnas (forgottenislamichistory)

Abbas Ibnu Firnas lahir di Izn-Rand Onda Al-Andalus (sekarang Ronda, Spanyol) pada tahun 810. Pria berdarah Maroko ini tinggal di Kordoba yang merupakan salah satu pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam saat itu.

Dia dikenal ahli dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, Ibnu Firnas juga seorang penemu, insinyur, penerbang, dokter, musisi, dan penulis puisi.

Pada tahun 852, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan ujicoba â??terbangâ?? dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah sutra yang disangga kayu.

Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya. Dia berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal sebagai parasut pertama di dunia.

Ilustrasi parasut (ahmadthoriq-islam)
Ilustrasi parasut (ahmadthoriq-islam)

Keberhasilannya itu tak lantas membuatnya puas. Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep dan teori yang ia adopsi dari gejala-gejala alam yang kerap diperhatikannya.

Setelah 23 tahun kemudian, atau tepatnya pada tahun 875, Ibnu Firnas yang kala itu telah berusia 70 tahun, kembali menciptakan mesin terbang. Meski masih sama dengan model pertama, tapi kali ini dia melengkapi sayapnya dengan dengan bulu-bulu.

Ibnu Firnas kemudian mengundang orang-orang Cordoba untuk ikut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.

Setelah mendaki puncak Jabal Al-‘Arus, Ibnu Firnas melompat dan berhasil meluncur untuk beberapa lama. Banyak saksi yang saat itu hadir mengatakan Ibnu Firnas berhasil terbang selama 10 menit.

Namun masalah datang ketika dia hendak mendarat. Dia menyadari ada yang salah dengan desain ‘pesawat’ buatannya itu. Ternyata selama ini dia hanya fokus pada upaya terbang, tapi tidak memikirkan bagaimana mendaratnya.

Akibatnya, Ibnu Firnas mengalami kesulitan saat mendarat. Karena tidak bisa menguasai kecepatan saat mendarat, Ibnu Firnas terhempas ke tanah dengan cukup keras dan mengalami luka yang cukup serius.

Beruntung Ibnu Firnas masih bisa bertahan hidup selama 12 tahun setelah kejadian ini. Dalam tahun-tahun terakhirnya ia merenung tentang apa yang salah dengan percobaannya itu. Dan ia sampai pada kesimpulan bahwa desain alat terbangnya tidak memasukkan mekanisme untuk memperlambat kecepatan saat mendarat.

Burung (Tahukahkamu)
Burung (Tahukahkamu)

Dia menyadari bahwa seekor burung menggunakan ekor dan sayap secara bersama-sama untuk memperlambat kecepatan terbang agar bisa melayang tepat di atas tanah sebelum mendarat. Ibnu Firnas menyadari bahwa ia lupa untuk merancang ekor.

Ibnu Firnas tidak membuat upaya lain untuk terbang di sepanjang sisa hidupnya. Berabad-abad berlalu sebelum upaya lain dilakukan oleh Ahmed Celebi, seorang ilmuwan Turki di era Ottoman, yang meluncur di atas Bosporus antara tahun 1630-1632.

Pada tahun 1783 Montgolfiers Bersaudara meluncurkan balon udara panas yang ditambatkan pada papan sebagai tempat duduk di Paris. Baru pada tahun 1853 Sir George Cayley menciptakan glider modern pertama berdasarkan pemahaman dasar teori aerodinamis yang dikembangkan Ibnu Firnas 1.000 tahun sebelumnya.

Meski masih sangat sederhana, namun keberhasilan Ibnu Firnas ini menjadi inspirasi bagi ilmuwan Barat untuk mengembangkan pesawat terbang. (tom)

Written by Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.