Sosok Lilyana Natsir pasti sudah tidak asing bagi penggemar bulutangkis. Apalagi atlet kelahiran 9 September 1985 ini berhasil memberikan kado terindah untuk Indonesia pada ajang olahraga multicabang terbesar di dunia yakni Olimpiade Rio 2016 tepat tanggal 17 Agustus bersama rekannya Tontowi Ahmad.
Ganda campuran andalan Indonesia ini mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dan membawa pulang emas dengan skor 21-14, 21-12. Tak hanya berhasil meraih satu-satunya medali emas untuk kontingen Indonesia dan memberi kado terindah untuk HUT RI ke 71, Tontowi/Liliyana juga memecahkan rekor untuk sektor ganda campuran yang akhirnya sukses mencetak prestasi emas di olimpiade.
Namun, untuk menuju hingga babak ini, wanita yang akrab disapa Butet ini harus melalui aneka perjuangan yang luar biasa. Butet bahkan harus melepaskan pendidikannya demi fokus pada bulutangkis.
Kecintaan Butet terhadap olahraga bulutangkis memang telah muncul sejak masih berusia belia. Terbukti, ketika kelas empat SD di SD Eben Heazar Manado, Liliyana mengikuti Kejuaraan Bulu Tangkis Terbuka Tingkat SD se-Sulut Piala Ketua Bhayangkari Sulut Tahun 1995 dan menjadi pemenangnya. Untuk lebih serius, ia tergabung dalam klub bulutangkis Pisok, Manado dengan dukungan sang ayah.
https://www.instagram.com/p/BFJQIPeMbOG/
Pebulutangkis dengan tinggi badan 168 cm itu pun memutuskan pindah ke Jakarta untuk bergabung dengan klub PB Tangkas di Jakarta, lalu tiga tahun sesudahnya, ia sukses masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas).
Sempat dipasangkan Vita Marissa di partai ganda putri, ia melalui arahan sang pelatih, Richard Mainaky, ia kemudian bersanding dengan Nova Widianto di lapangan sejak 2004. Disinilah penghargaan demi penghargaan diraih Nova-Lilyana, seperti Singapore Open (2004), SEA Games (2005, 2007), Juara Dunia di Amerika Serikat (2005), Juara Taiwan Open (2006), Indonesia Open (2005) dan Runner-Up All England Open Super Series (2008).
https://www.instagram.com/p/BCB_RgpMbC4/
Dilansir dari Tribunnews, orangtua Liliyana, Benno Natsir (60) dan Olly Maramis (59) kini tinggal di Bengkel Korona Motor, usaha bengkel dan jualan suku cadang miliknya di Jalan 14 Februari Lingkungan II, Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea Manado.
Saat menginjak usia 14 tahun, Liliyana bergabung dengan Klub PB Bimantara Tangkas di Jakarta. Inilah babak baru kehidupan Liliyana. Usai lulus sekolah dasar, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan ke sekolah menengah pertama, dan fokus berlatih bulutangkis.
Kala berlatih di PB Bimantara Tangkas, sekarang PB Djarum Jakarta, Benno nyaris menyerah membiayai tempat tinggal, makan sehari-hari, bahkan agar Liliyana dapat mengikuti sejumlah kejuaraan.
Kala menginjak usia 15 tahun, Liliyana berhasil menjuarai sebuah kejuaraan bergengsi sehingga seluruh latihan hingga biaya hidupnya ditanggung oleh pemerintah dan memberinya uang saku.
Berkat itulah Liliyana dan keluarga mampu menjalani hidup dan terus berpikir positif. Perjuangan Butet pun dalam dunia bulutangkis sangat luar biasa. Wanita yang sangat dekat dengan ibunya ini pun sangat giat berlatih, hingga kehidupannya dan keluarganya berbuah manis.