Jadi Wisudawan Terbaik, Pemuda-Pemudi Ini Buktikan Prestasi Bisa Diraih dengan Keterbatasan

Hutomo Dwi

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menuju masa depan, terutama sebagai modal untuk melanjutkan kehidupan yang nyata di tengah-tengah masyarakat. Dengan pendidikan pula integritas seseorang bisa dinilai baik secara intelektualitas maupun kualitas. Meski demikian, ada beberapa orang yang tak bisa melanjutkan pendidikannya, atau memiliki prestasi biasa-biasa saja karena keterbatasan ekonomi. Hal berbeda ditunjukkan oleh 5 pemuda dan pemudi ini. Terlahir di keluarga yang sederhana tak lantas menjadikan mereka meratapi nasib. Justru mereka berusaha lebih jauh lagi untuk bisa membanggakan orangtuanya, hingga akhirnya bisa menjadi wisudawan terbaik di kampusnya. Siapa saja mereka?

1. Raeni

Raeni dan ayahnya (Unnes)

Masih ingat dengan sosok yang satu ini? Raeni adalah putri dari tukang becak bernama Mugiyono dan merupakan lulusan terbaik dari Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, yaitu 3.96. Banyak diberitakan di media, banyak pula orang yang kemudian salut pada Raeni. Mulai dari prestasinya hingga kerendahhatiannya karena tak malu di antar sang ayah dengan becak saat wisuda.

2. Najmul Afad

Najmul Afad (Unnes)

Najmul Afad merupakan lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes) periode 1 dengan IPK 3,87 dan memperoleh predikat Cumlaude. Najmul juga menyelesaikan studinya dalam waktu yang cukup cepat, yaitu 3 tahun 4 bulan saja. Mahasiswa jurusan Sosiologi Antropologi Unnes ini terlahir di keluarga sederhana. Ayahnya adalah buruh tani sementara sang ibu menjual beras eceran & bekatul (makanan ayam). Untuk menutupi kekurangan biaya pendidikannya, dia berkeliling berjualan donat dan buku-buku perkuliahan.

3. Nur Isnaini Wulan Agustin

Nur Isnaini Wulan Agustin (Joglosemar)

Dara 21 tahun yang akrab disapa Ulin ini didaulat sebagai wisudawan terbaik Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, periode April 2017. Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) ini lulus dengan predikat sangat memuaskan dengan IPK 3,80. Sang ayah, Iding, berprofesi sebagai pedagang kerupuk, yang saban hari meloper ke warung-warung. Sedangkan sang ibunda, Ninik Purwanti, berjualan makanan ringan di SD dekat rumah.

4. Oktiviatun

Oktiviatun (Tribunnews)

Oktiviatun merupakan lulusan terbaik Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, dengan IPK nyaris sempurna, 3,92, dan meraih gelar Cumlaude. Dia sendiri telah diwisuda pada tanggal 21 Oktober lalu. Oktiviatun merupakan putri dari pasangan Jakun dan Kaminah. Sang ibu, Kaminah, merupakan seorang buruh cuci piring di warung makan atau kantin di lingkungan Unisri. Tak jarang Oktoviatun juga membantu ibunya bekerja sebagai buruh cuci piring di warung. Ia mengaku tak malu dengan profesi buruh cuci yang dipilih ibunya. Justru dari sang ibu, Oktiviatun termotivasi untuk menyelesaikan studi dan meraih prestasi akademik.

5. Parara Wendy Indarjo

Parara Wendy Indarjo (Sajakperantau)

Mahasiswa angkatan 2011 jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) ini sangat luar biasa. Pasalnya, semua mata kuliah yang dia pelajari mendapatkan nilai A dan pada tanggal 3 Juni 2015 lalu dia adalah wisudawan terbaik karena memperoleh IPK sempurna 4,00. Dia merupakan mahasiswa perantauan dari Sampit Kalimantan Tengah yang berjuang di Bogor. Meski berprestasi, dia terlahir di keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah petugas pembersih semak belukar dan menyadap getah karet di hutan yang penghasilannya tidak seberapa.

Kelima pemuda dan pemudi tadi memberikan kita pelajaran, bahwa selama kita berusaha tanpa kenal lelah, maka semua kesulitan pasti bisa dilalui. Jadi, buat JB’ers yang masih kuliah, jangan malas-malasan yah. Buatlah orangtuamu bangga dengan prestasimu. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.