Indonesia patut bangga pada produk senjata buatan perusahaan BUMN, PT Pindad (Persero). Pasalnya, perusahaan tersebut memiliki senapan sniper yang ditakuti oleh banyak negara termasuk negara-negara maju. Di dunia, hanya empat negara termasuk Indonesia yang sanggup membuat senjata ini.
Sniper yang dinamai SPR 2 ini adalah senapan anti materil yang merupakan anggota senapan array presesi tinggi yang dihasilkan oleh PT Pindad. Sniper tersebut sudah dipamerkan di Indo Defense 2014 Expo&Forum yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan di JIExpo Kemayoran, bulan November tahun lalu. Senjata ini ditakuti karena memiliki peluru yang mampu menembus lapis baja termasuk ranpur tank.
Dilansir dari Metrosiantarcom, Rabu (8/4/2015), peluru anti material ini bisa menembus lapis baja. Saat peluru ditembakkan dan menembus material, peluru tersebut akan terbakar dan meledak di lokasi sasaran tembak.
â??Sniper SPR-2 jaraknya bisa sampai 2 km, sangat diketahui oleh banyak negara, termasuk negara maju. Pelurunya yang ditakuti namanya 12,7 mm anti material,â? ujar Humas Pindad, Sena Maulana. â??Banyak dipakai pasukan kita seperti Kopassus, Kavaleri. Hampir semua pengunjung dari asing yang datang melihatnya senjata ini karena sudah didengar di dunia Pindad punya unggulan ini,â? sambung Sena.
Seorang peneliti dari Universitas Indonesia yang hadir di pameran, Egalita mengaku kagum dengan teknologi alat pertahanan dari dalam dan luar negeri yang dipamerkan dalam acara ini. Ia pun berharap agar ke depan Pindad sebagai salah satu produsen dalam negeri bisa lebih maju lagi. â??Teknologi oke banget tapi saya berharap agar Pindad lebih besar lagi. Supaya industri dalam negerinya maju,â? tuka Ega di lokasi yang sama.
Menurut Desain Ghrapic Divisi Senjata PT Pindad, Dede Tasiri, produksi SPR-2 memiliki harga lebih murah, yaitu ‘hanya’ sekitar Rp 200 juta per pucuknya. Sniper ini memiliki fungsi sama hebatnya jika dibandingkan dengan Black Arrow M93 yang harganya di atas Rp 1 miliar per pucuknya. Sayangnya, Black Arrow diketahui banyak yang sudah rusak.
Senjata sniper buatan Pindad ini dibuat dalam 3 versi yaitu SPR1, SPR2, dan SPR3. Untuk SPR-2, jarak tembak efektif mampu menembus lapisan baja dengan ketebalan sampai 2 cm pada jarak 500 meter. Pengoperasian dengan sistem bolt action bukan berarti SPR-2 kalah modern, namun diharapkan memiliki kelebihan karena akurasi biasanya lebih jitu.
Kemunculan sniper ini sempat membuat mata negara-negara maju di dunia tercengang, sebab sebelumnya hanya tiga negara yang mampu membuat sniper dengan kaliber besar ini, yaitu Amerika Serikat (AS) dan dua negara di Eropa.
Semakin banyaknya varian produksi industri pertahanan ini menjadi bagian dari keinginan pemerintah untuk menciptakan kemadirian Indonesia dengan mampu menghasilkan persenjataan sendiri.
Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) TNI AD Mayjen TNI Hinsa Siburian sebelumnya menyatakan kualitas produk alat utama sistem senjata (alutsista) PT Pindad semakin baik. Hal itu membuat prajurit Indonesia bertambah ‘sakti’ dalam menjalankan tugasnya.
“Adanya produk-produk PT Pindad, kesaktian para prajurit bertambah. Mereka memiliki sistem persenjataan yang semakin baik,” kata Hinsa.
Menurut dia, produk Pindad juga kian menjawab kebutuhan prajurit di lapangan, sehingga bisa menuntaskan tugas-tugasnya dengan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan alutsista. (tom)