Mahasiswa Malang Berhasil Ciptakan Energi Listrik dari Kulit Pisang

Hutomo Dwi

Keberadaan limbah organik yang dihasilkan rumah tangga selalu menjadi persoalan karena hanya bisa dibuang ke tempat sampah. Padahal, sampah-sampah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.

Salah satunya adalah kulit pisang. Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang, Jawa Timur, memproduksi energi listrik yang memanfaatkan bakteri anaerob dari pembusukan limbah kulit pisang yang diberi nama Mikrobial Fuellcell.

â??Konsep ini masih jarang. Biasanya yang diolah kan limbah cair, tapi kami olah limbah padat. Kulit pisang mudah didapat, mulai dari penjual pisang goreng hingga di daerah industri keripik pisang,â? kata salah seorang mahasiswa pencipta Mikrobial Fuellcell, Chrisma Virginia, seperti dikutip dari Edunewsid, Rabu (9/11/2016).

Chrisma Virginia dan timnya (Malangvoice)
Chrisma Virginia dan timnya (Malangvoice)

Selain Charisma, mahasiswa lain yang tergabung dalam penciptaan Generator Listrik dari Limbah Kulit Buah Pisang Mikrobial Fuellcell itu adalah Muhammad Errel Prasetyo dan Sang Aji Arif Setyawan.

Ide tersebut berawal dari kian berkurangnya sumber daya alam minyak bumi sebagai sumber energi utama, sehingga perlu ada pengganti energi yang bisa diperbarui dan berkelanjutan.

â??Kami memilih kulit pisang, karena potensinya sangat besar dan bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja,â? katanya.

Ia menjelaskan cara kerja alat tersebut. Yang pertama dilakukan adalah menghancurkan kulit pisang dengan cara ditumbuk, namun tidak boleh ditambah air karena akan berkurang substratnya. Selanjutnya, kulit yang sudah halus seperti bubur dimasukkan dalam kotak reaktor atau bio chamber.

Alat penghasil listrik dari kulit pisang (Koran Sindo)
Alat penghasil listrik dari kulit pisang (Koran Sindo)

Kotak reaktor itu, katanya, dibagi dua, yakni kotak anoda dan katoda. Pada setiap kompartemen terdapat elektroda. Pada anoda, diisi kulit pisang yang halus, sedangkan kotak katoda diisi aquades. Prinsip kerjanya cukup mudah, yakni kulit pisang akan difermentasi mikroba dan menghasilkan elektron yang dialirkan dari anoda ke katoda.

Dari kedua kotak tersebut, lanjutnya, akan menghasilkan listrik sebesar 1,5 volt dan mampu menghidupkan lampu LED merah. Saat ini, tim tersebut masih mencari cara agar alatnya bisa menghasilkan 5 volt listrik, sehingga bisa menyalakan lampu dan mengisi powerbank.

â??Kami akan mengembangkan jenis elektrodanya. Rencananya akan kami ganti grafit, tetapi dari isi pensil karena alat ini sifatnya recycle. Hanya saja, masih ada kendalanya, kami harus memastikan kemurnian grafit yang dipakai, kalau beli yang murni sangat mahal. Kan grafit ini termasuk bahan tambang,â? urainya.

Semoga teknologi ini bisa terus dikembangkan, tak hanya dari kulit pisang, tapi dari barang bekas lainnya. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.