Tak perlu menunggu tua untuk menjadi sukses. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Dea Valencia, seorang entrepreneur muda di bidang fashion.
Dea berhasil meraup ratusan juta per bulan dengan berdagang batik di bawah nama Batik Kultur dari hobinya mengoleksi baju-baju batik kuno.
“Saya jatuh cinta dengan batik. Jadi semua motif batik yang saya jual designnya adalah hasil karya saya sendiri,” ujar Dea seperti dilansir dari suara.com.
Dea mengawali penjualan batik pada saat kuliah di semester tiga. Mulanya ia berdagang batik sebagai sambilan untuk menambah uang jajan.
Menariknya, Dara cantik kelahiran 1994 ini sudah dapat berkreasi dengan menggunakan batik-batik lawas menjadi lebih kekinian sejak usia 16 tahun.
Model batik yang dirancang Dea merupakan adaptasi dari model batik lawasan. Hasilnya, desain Batik Kultur miliknya terbilang unik dan anak muda banget. Corak kuno ditransfer ke dalam busana kekinian, menjadi ciri khas Batik Kultur.
Jika melihat karyanya, tentu takakan ada yang menduga bahwa ia sama sekali tak memiliki kemampuan menggambar. Pasalnya, desaim produk Batik Kultur rancangannya, merupakan buah dari imajinasinya dengan memanfaatkan sahabatnya untuk menggambar pola batik menjadi sebuah gambar.
Dikisahkan Dea, mulanya ia hanya sanggup memproduksi Batik Kultur sekitar 20 potong pakaian, kini bisnis Dea mampu memproduksi 800 potong Batik Kultur setiap bulan dengan harga Rp 250.000 – Rp1,2 juta.
Lantaran target marketingnya adalah anak muda, alumni Sistem Informasi Universitas Multimedia Nusantara ini benar-benar memanfaatkan kekuatan internet dan media sosial dalam hal pemasaran.
“Batik Kultur 95 persen memanfaatkan internet dan media sosial dalam urusan pemasaran. Bahkan katalog Batik Kultur dapat dilihat di Facebook dan Instagram,” kata dia.
Ia blak-blakan menyebut bahwa dalam setahun mampu meraup untung hingga Rp300juta. Jelas angka fantastis untuk seorang fresh graduate yang baru berkecimpung di dunia usaha.
Kini Batik Kultur bahkan telah diekspor ke beberapa negara. Beberapa customer dari Norwegia, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Singapura dan Hongkong sudah melakukan pemesanan.
Tak hanya itu, dari yang hanya punya seorang karyawan, kini dia mampu memiliki ratusan karyawan. Bahkan sebagian diantara mereka adalah diffabel.
“Pendapatan bukan hasil akhir saya. Bagi saya justru berapa banyak orang yang bisa saya berdayakan untuk bekerja di bisnis yang saya miliki ini adalah kebanggan saya,” ungkap Dea.