Albert Einstein, Si Jenius yang Ternyata Kesulitan Baca

Hutomo Dwi

Albert Einstein. Rambut putih yang tampak tidak disisir, wajah berkumis, dan jenius adalah kata yang sering mewakili sosoknya. Setelah teori relativitas umum ia rumuskan, segera Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia bahkan keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia.

Meski Einstein adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20, rupanya dia memiliki masa lalu yang bisa dibilang berlawanan 180 derajat dibandingkan kejeniusannya yang termahsyur. Berikut kisahnya seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

Masa kecil Einstein tidak menunjukan tanda-tanda kejeniusannya. Bahkan Einstein kecil sering sakit-sakitan, kemampuan bicara yang terlambat, suka marah dan melempar barang, dan menderita sindrom Asperger yang berhubungan dengan autisme. Selain itu bentuk kepalanya tidak biasa, kemungkinan disebabkan oleh disleksia (sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis), sifat pemalu atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya yang diteliti setelah kematiannya. Sampai usia 3 tahun Einstein belum dapat bicara, namun minatnya terhadap ilmu pengetahuan dan matematika sudah tumbuh sejak kecil.

Einstein muda (Satujam)
Einstein muda (Satujam)

Einstein kecil bertubuh gemuk dan berkulit pucat, dengan rambut hitam yang tebal. Ia begitu pendiam dan pemalu sehingga orang tuanya sangat khawatir ada sesuatu yang tidak beres dengan keadaan Einstein kecil. Konon Einstein kecil tidak berkata sepatah katapun hingga umur 3 atau 4 tahun. Kata-kata yang pertama kali diucapkan adalah â??Supnya Terlalu Panas”.

Banyak anak kecil seumurannya bermain perang-perangan namun Einstein kecil hanya berdiam diri di rumah dan melamun. Permainan yang sangat disukai Einstein kecil adalah permainan susun balok, ia bisa menyusun balok sampai 14 tingkat. Orang tua Einstein kecil pun khawatir dengan keadaannya, dan memeriksakan Einstein kecil ke dokter. Namun kata dokter Einstein tidak mengidap penyakit apapun.

Selama masa sekolah, Einstein dikenal memiliki keterbelakangan pribadi oleh teman bahkan gurunya. Ketika ditanya oleh gurunya, Einstein butuh waktu sangat lama untuk bisa menjawabnya, itu pun dirinya komat-kamit pada dirinya sendiri dulu sebelum akhirnya bisa menjawab dengan lantang.

Hal yang tak terduga lainnya adalah Einstein ternyata tak suka menghapal. Karena itu juga, gurunya berulang kali menghukumnya, seperti membersihkan kelas seusai jam pelajaran sekolah. Berulang kali ia harus pulang terlambat, sering kena hukuman, tidak punya teman, bahkan dapat label negatif dari lingkungan sekitarnya dan dianggap tak bisa meraih sukses dalam bidang apapun.

Pada suatu hari, saat sedang sakit, Albert Einstein kecil diberi hadiah kompas oleh pamannya. Ini merupakan titik balik kehidupannya. Ia penasaran dengan jarum yang selalu menunjuk ke arah utara itu. Dari situ ia memiliki keingintahuan yang besar tentang pengetahuan alam. Dan secara tak sengaja, ia dikenalkan dengan salah seorang doktor sains. Jelas, itu merupakan peluang besar bagi Einstein untuk menggali ilmu. Einstein pun diberi buku-buku referensi untuk dipelajari, dan tak jarang mereka belajar hingga larut malam.

Einstein muda (YouTube)
Einstein muda (YouTube)

Einstein mulai belajar matematika pada umur 12 tahun. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika. Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, keluarga Einstein pindah dari Muenchen, Jerman, ke Pavia, Italia (dekat kota Milan). Ia tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung dengan keluarganya di Pavia.

Meski demikian, Einstein rupanya tidak pernah lulus SMP, dan hanya mengantongi keterangan pernah bersekolah SMP dari sekolahnya. Berbekal surat keterangan tersebut ia nekad berusaha melamar di SMA, namun bisa ditebak kalau sebagian besar sekolah SMA yang didatanginya menolak. Namun Einstein dan orang tuanya tidak pernah patah semangat untuk terus mencoba hingga akhirnya ada sekolah SMA yang menerimanya.

Sayangnya, masa SMA Einstein juga tidak mulus, dan kembali ia tidak menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Meskipun Einstein tahu ia belum tamat SMA dan tidak punya pernah punya ijazah, ia tetap berani melamar ke perguruan tinggi, sama seperti ketika dirinya melamar ke SMA walau belum lulus SMP.

Tahun 1895 ia melamar di Politeknik Federal, di Zurich, Swiss, namun ditolak karena dianggap terlalu muda. Pada waktu ia ditanya ijazahnya, ia dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak pernah memiliki ijazah, namun kemampuannya dalam bidang Fisika dan Matematika boleh diuji.

Einstein muda (Jrbenjamin)
Einstein muda (Jrbenjamin)

Terbukti, setelah Einstein lulus dari kuliahnya, Einstein mencetak beberapa prestasi. Tahun 1909, Einstein diangkat sebagai profesor di Universitas Zurich. Tahun 1915, ia menyelesaikan kedua teori relativitasnya. Penghargaan tertinggi atas kerja kerasnya sejak kecil terbayar dengan diraihnya Hadiah Nobel pada tahun 1921 di bidang ilmu fisika. Selain itu Einstein juga mengembangkan teori kuantum dan teori medan menyatu.

Pada tahun 1933, Einstein beserta keluarganya pindah ke Amerika Serikat karena khawatir kegiatan ilmiahnya, baik sebagai pengajar ataupun sebagai peneliti, terganggu. Tahun 1941, ia mengucapkan sumpah sebagai warga negara Amerika Serikat, walaupun dia adalah keturunan Yahudi.

Pada 17 April 1955, Einstein mengalami pendarahan internal. Namun ia menolak operasi karena sedang mempersiapkan untuk penampilan televisi dalam memperingati ulang tahun Negara Israel ke-7. Namun, ajal menjemputnya sebelum usai merampungkan naskah pidato yang ia rencanakan itu. Dia meninggal di Rumah Sakit Princeton, pagi hari 18 April 1955 dalam usia 76 tahun. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.